Yang Mesti Anda Ketahui Tentang Bulan Sya’ban

0

Tak terasa, seiring berjalannya waktu dan silih bergantinya siang dan malam, kini kita semua telah memasuki bulan sya’ban, suatu bulan yang sangat dinantikan oleh seluruh umat islam untuk mempersiapkan diri menyambut bulan penuh berkah, Ramadhan. Sebagai bulan yang mengiringi hadirnya Ramadhan, dan gerbang untuk memfokuskan diri beribadah didalamnya, tentunya ia memiliki beberapa keistimewaan yang berbeda dengan bulan-bulan lainnya.

Selain terdapat beberapa ibadah yang sunnah untuk diamalkan didalamnya, juga terdapat berbagai hukum dan amalan yang erat kaitannya dengan bulan Ramadhan.. Namun ketika memperhatikan fenomena sebagian umat islam dibulan ini, kita mendapati bahwa mereka telah banyak membuat-buat amal ibadah khusus yang tidak pernah dicontohlan oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam dalam bulan ini, sehingga mereka mencampur adukkan antara amalan sunnah yang haq dan amalan bid’ah yang batil, padahal penentuan adanya amal ibadah itu merupakan hak Allah ta’ala, tidak boleh bagi siapapun mengkhususkan ibadah –baik tata cara atau waktunya- tanpa adanya dalil baik dari Al-Quran dan hadis-hadis shahih.

Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam telah bersabda : “Barangsiapa yang beramal dengan sebuah amalan yang bukan dari ajaran kami maka amalan itu akan tertolak.” (Muttafaqun ‘alaih) Semoga tulisan ini dapat membuka hati kita untuk lebih mengenali amalan-amalan yang disunnahkan dan amalan yang tidak disunnahkan dalam bulan ini.

Amalan Yang Disunnahkan

1. Memperbanyak puasa dibulan Sya’ban. Ini merupakan petunjuk Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam, sebagaimana dalam hadis Aisyah radhiyallahu’anha :

ما رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم استكمل صيام شهر قط إلا رمضان وما رأيته في شهر أكثر منه صياما في شعبان

Artinya : ”Saya tidak pernah melihat rasulullah shallallahu’alaihi wasallam berpuasa sebulan penuh kecuali dalam ramadhan dan saya tidak melihat beliau berpuasa lebih banyak daripada dibulan Sya’ban”. (HR Bukhari : 1969 dan Muslim : 1156)

Adapun sebab beliau memperbanyak puasa dibulan ini adalah : 1).agar mengajar umatnya untuk berlatih puasa sehingga akan terasa mudah menjalani puasa ramadhan karena telah terbiasa dengan puasa sya’ban. 2).Beliau melakukannya untuk mengingatkan para sahabatnya akan dekatnya bulan ramadhan, 3).Sebagai rasa syukur atas dekatnya kedatangan ramadhan. Apakah dibolehkan berpuasa setelah pertengahan bulan sya’ban ? Jawabannya adalah tetap dibolehkan berpuasa karena hadis larangan berpuasa selepas pertengahan sya’ban yaitu (Jika pertengahan Sya’ban telah tiba maka janganlah berpuasa) adalah dhoif lagi munkar dan menyelisihi hadis shahih yang hanya membatasi larangan itu pada sehari atau dua hari sebelum Ramadhan.

2.Tidak berpuasa sehari atau dua hari sebelum Ramadhan. Sebagaimana dalam hadis : “Janganlah seorang diantara kalian mendahului ramadhan dengan puasa sehari atau dua hari kecuali jika seseorang telah terbiasa dengan puasanya, maka hendaknya ia berpuasa pada hari itu” . (HR Bukhari 1914). Sebabnya adalah karena ia merupakan yaum al-syaqq ; hari yang diragukan apakah ia masih dalam sya’ban atau sudah masuk ramadhan. Dalam hadis, Ammar bin Yasir radhiyallahu’anhuma berkata : “Barangsiapa yang berpuasa pada hari yang diragukan, maka sesungguhnya dia telah bermaksiat kepada Abul Qosim (yaitu Rasulullah) shallallahu ‘alaihi wasallam.” (HR.Abu Dawud dan Tirmidzi, dan Tirmidzi mengatakan, “Hadits hasan shahih.” Dishahihkan oleh Al Albani)

Puasa pada sehari atau dua hari sebelum Ramadhan ini tidak boleh dilakukan kecuali ; a).Bagi orang yang telah terbiasa puasa misalnya telah terbiasa puasa senin kamis atau puasa daud, maka ia boleh berpuasa pada hari itu jika bertepatan dengan hari puasa kebiasaannya. b).Bagi orang yang masih memiliki utang qadha puasa ramadhan sebelumnya atau puasa nadzar atau kaffarat yang belum lunas, maka ia wajib mengqadha puasanya walaupun bertepatan tanggal 30 sya’ban (yaum al syaq), karena puasa qadha ini adalah kewajiban yang harus ia bayar sebelum masuk bulan ramadhan.

3.Orang yang masih memiliki utang puasa ramadhan ditahun sebelumnya atau puasa nadzar/kaffarat yang belum ia lunasi, maka wajib baginya untuk melunasi puasa yang ia tinggalkan ini dalam bulan sya’ban sehingga ia masuk dalam Ramadhan tanpa memiliki beban dan hutang puasa.

4.Disyariatkannya melihat hilal bulan Ramadhan diakhir Sya’ban untuk penentuan awal hari bulan Ramadhan. Rasulullah bersabda : “Jika kalian melihatnya (hilal) maka berpuasalah….” (Muttafaq’Alaihi). Hal ini merupakan kewajiban orang yang memiliki keahlian dalam bidang ru’yah serta bersifat amanah dari segi agama dan akhlaknya.

 

Amalan Sebagian Umat Islam Yang Tidak Dicontohkan Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam Dalam Bulan Sya’ban.

1.Peringatan malam nishfu sya’ban.Amalan ini tidak memiliki dalil shahih dari amalan Rasul ataupun para sahabat, bahkan ia adalah suatu amalan baru yang bid’ah.

2.Menghidupkan malam nishfu sya’ban untuk banyak beribadah dan shalat, serta berpuasa disiang harinya. Pengkhususan ini dilandasi oleh hadis-hadis dhoif dan munkar tentang keutamaan malam nishfu sya’ban, diantaranya hadis : “Allah memandang semua makhluk-Nya pada malam nishfu sya’ban, lalu Dia mengampuni mereka semua kecuali orang musyrik atau yang saling bertengkar”. Hadis ini diriwayatkan dari beberapa sahabat dan semuanya adalah hadis dhoif jiddan/lemah sekali dan munkar yang sama sekali tidak bisa dijadikan dalil. Juga hadis lainnya yang lemah sekali, bahkan palsu : “Jika pada malam nishfu sya’ban, maka shalatlah pada malam harinya, dan berpuasalah pada siang harinya, karena pada hari itu Allah turun kelangit dunia ketika matahari terbenam, lalu berfirman : adakah orang yang memohon ampunan niscaya Aku mengampuninya…sampai terbitnya fajar”.

Abu Syamah Asy-Syafi’i dalam kitabnya Al-Ba’its (33) menukil dari Ibnu Dihyah bahwa ia berkata : “Para ulama hadis menyatakan : Tidak terdapat satupun hadis shahih yang menyebutkan keutamaan malam nishfu sya’ban”. Perlu diketahui bahwa seorang muslim tetap disunnahkan menghidupkan malam nishfu sya’ban sebagaimana malam-malam lainnya karena setiap akhir malam Allah ta’ala turun kelangit dunia, juga disunnahkan berpuasa pada siang harinya karena bertepatan dengan tanggal 15, salah satu ayyamul-bidh yang disunnahkan puasa, namun dengan tidak diiringi keyakinan untuk menghidupkan atau meraih fadhilah nishfu sya’ban secara khusus sebab semua dalilnya lemah sekali dan munkar.

3.Memperbanyak dan mengkhususkan ziarah kubur dibulan sya’ban. Ziarah kubur merupakan sunnah, namun jika dikhususkan dibulan sya’ban dan menjelang ramadhan, maka ini adalah perkara yang tidak sesuai dengan sunnah, bahkan lebih dekat dengan bid’ah sebab tidak ada satu dalil shahihpun yang menerangkannya. Dalam hadis : ” Barangsiapa yang beramal dengan sebuah amalan yang bukan dari ajaran kami maka amalan itu akan tertolak.” (Muttafaqun ‘alaih)

4.Shalat Alfiyah (Didalamnya membaca surat Al-Ikhlash 1000 x); yaitu shalat dengan 100 rakaat, setiap rakaat membaca surat Al-Ikhlash 10 x. Shalat ini diriwayatkan dalam hadis palsu sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnul-Jauzi dalam kitabnya “Al-Maudhu’at/Hadis-hadis palsu”.

5.Mengadakan berbagai macam ritual adat yang lebih menjurus pada khurafat dan keyakinan syirik, seperti acara mandi bersama, atau sendiri-sendiri menjelang ramadhan agar dapat menggugurkan dosa-dosa atau mendatangkan keberkahan. Demikian pula ritual kenduri dan acara makan bersama yang biasanya diawali dengan membaca Al-Fatihah, shalawatan, yasinan, atau tahlilan, lalu menghadiahkan pahalanya kepada arwah keluarga atau kerabat yang telah meninggal. Semua amalan seperti ini tidak ada dalilnya sama sekali dari agama islam, sebab itu seorang muslim seharusnya menjauhinya sesuai dengan kesanggupannya.

Sambutlah Ramadhan Dengan Ilmu Dan Tarbiyah.

Puasa ramadhan merupakan salah satu rukun dari 5 rukun islam, hukumnya fardhu ‘ain bagi setiap muslim dewasa, berakal dan mampu untuk melaksanakannya. Karena ibadah ini suatu kewajiban bagi tiap individu muslim sebagaimana halnya shalat lima waktu, maka hukum mempelajari dan mengilmui masalah puasa ini juga wajib bagi setiap muslim, tidak ada alasan untuk bermalas-malasan atau enggan mempelajarinya. Sebab itu, sudah sepantasnya bagi kita untuk menyambut bulan ini dengan mempelajari hukum-hukumnya serta tatacara memaksimalkan ibadah didalamnya,baik dengan menghadiri/mendengarkan kajian, ataupun membaca buku-buku seputar Ramadhan yang sesuai sunnah Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam.

Selain persiapan ilmu, seorang muslim juga hendaknya mempersiapkan jiwa dan hatinya agar ia masuk kedalam Ramadhan dengan hati yang suci dan siap menjadikannya sebagai moment mentarbiyah dirinya diatas ibadah dan akhlak mulia. Sebab itu, jika belum terbiasa dengan amalan-amalan ibadah, marilah dibulan sya’ban ini, kita melatih diri masing-masing dan menempanya dengan banyak puasa, dzikir, shalat malam, dan jenis-jenis ibadah lainnya agar kita terlatih dan melewati ramadhan dengan penuh kemudahan dan meraih pahala dan ampunan, serta tetap konsisten dengan ibadah-ibadah ini selepas Ramadhan. Wallaahu a’lam wa ahkam.

Oleh Maulana La Ode, L.c

Sumber : wahdah.or.id

Share.

Leave A Reply