Published On: Sun, Dec 30th, 2012

Ternoda itu Sangat Menyakitkan

Saudariku, engkau pasti sudah sangat sering melihat, mendengar tentang wanita-wanita yang ternoda mahkota kesuciannya yang ketika ditanya mengapa? Mereka akan menjawab “ini karena cinta” ataukah “ini sebagai bukti cinta sejatiku padanya” tetapi apa yang kemudian terjadi setelahnya?

Yang ada dalam diri mereka adalah penyesalan yang teramat sangat dan tak berujung. Yah, penyesalan yang terkadang berujung maut karena rasa malu dan penderitaan karena telah menjadi korban penipuan atas nama cinta. Kalaupun masih ada rasa takut akan kata ‘kematian’, maka penyesalan itu beralih membunuh semangat keceriaan dan memadamkan pelita harapan masa depan, yang tidak hanya sampai di situ karena masih ada mimpi buruk dan trauma yang selalu menghantui.

Bahkan ada yang lebih lagi… penyesalan itu melayang menjadi pekik-pekik genit dan ketika ditanya kepada mereka ‘mengapa?’ mereka akan berkata dengan bibirnya yang berbalut merah menyala, “sudah kepalang basah, mending nyebur aja sekalian”, Na’udzubillahi mindzalik (kita berlindung kepada Allah dari hal demikian).

Demikian pula dengan penyesalan yang telah menimpa salah seorang wanita yang kisahnya akan segera kututurkan. Tapi sungguh demi Allah, bukan maksudku untuk mengumbar dan menyebar aibnya. Akan tetapi, aku hanya sangat berharap kepadamu wahai para muslimah agar pengalamannya tersebut dapat dijadikan sebagai pelajaran berharga.

Semoga dengan belajar dari kisahnya, kita akan senantiasa menjaga diri, agar hal yang terjadinya padanya tidak akan menimpa kita. Amin.

Ia adalah seorang korban dari sekian korban lelaki yang tidak bertanggungjawab. Meskipun hal yang seharusnya tidak boleh terjadi itu juga disebabkan karena lemahnya iman dan mental sebagai seorang wanita. Alhamdulillah, karena wanita ini masih bisa merasakan penyesalan. Semoga saja penyesalannya itu dapat menyadarkannya sehingga ia bersegera bertaubat kepada Allah.

Ia adalah seorang janda yang usianya sudah memasuki kepala tiga. Sejak berpisah dengan suaminya, ia senantiasa dilanda kegelisahan. Keinginan untuk segera mendapatkan penggantinya begitu kuat. Hingga terkadang ia sudah tidak mampu lagi untuk berpikir secara realistis.

Suatu hari, ia mendapatkan sms nyasar ke hpnya. Sesuatu yang sering terjadi pada pengguna handphone. Ia kemudian membalas sms itu, dan ternyata pengirim sms kesasar itu adalah seorang pemuda. Tiba-tiba saja terlintas dalam bayangannya, jangan-jangan lelaki di seberang sana kelak akan menjadi jodohnya. Bukankah sudah begitu banyak contoh, seseorang bertemu dengan jodohnya lewat suatu kejadian yang kebetulan dan tidak pernah disangka-sangka sebelumnya? Ia pun mulai berharap.
Mereka pun semakin sering ber-smsan. Awalnya bahasa laki-Iaki itu begitu manis, cukup sopan. Meskipun mereka belum pernah bertemu, namun wanita itu merasa dekat dengan sang pemuda yang senantiasa dihayalkannya itu.

Pertemanan mereka pun kian hari menjadi kian akrab. Mereka mengatasnamakan hubungan mereka sebagai hubungan persahabatan, saling menasehati dan berbagi cerita serta masalah. Namun, ada satu ketakutan yang dihadapi oleh sang wanita. Ia tidak berterus terang tentang status dan usianya yang sebenarnya. Ia tidak percaya diri dengan statusnya dan khawatir jika sang pemuda mengetahui tentang status dan usianya, pemuda itu akan pergi meninggalkannya dan tidak mau lagi berteman dengannya. Bagaimana tidak, pikirnya. Usia mereka terpaut begitu jauh.

Hingga suatu ketika, sms dari pemuda itu tidak pernah lagi datang. Setiap kali ia menatap hpnya, ia berharap ada pesan yang masuk dan berharap pesan itu datangnya dari orang yang dinantikannya. Namun, yang ia dapatkan hanyalah kekecewaan. Hubungan mereka pun seakan-akan tiba-tiba hilang, berganti dengan kegelisahan yang melanda siang malam.

Di saat ia mulai berpikir untuk tidak berharap lagi dan melupakan pemuda itu, tiba-tiba saja sms dari sang pemuda itu kembali datang menyapanya. Ia pun kembali bersemangat. Bahasa-bahasa dalam sms itu pun kian hari kian berubah berani, yang awalnya sopan sebagaimana teman biasa, berubah menjadi bahasa-bahasa perhatian dan kemesraan. Tidak ada lagi rasa malu dan segan untuk bercerita tentang hal-hal yang sifatnya pribadi.

Sang wanita benar-benar telah dibuai oleh bujuk rayu sang pemuda yang ternyata begitu lihai melambungkan harapan dan hayalannya. Ia begitu kegirangan, hingga ia memutuskan untuk berterus terang kepada sang pujaan hatinya itu perihal kondisinya yang sebenarnya. Ternyata apa yang terjadi?! Pemuda itu ternyata sama sekali tidak mempermasalahkan masalah status dan usianya, baginya cinta tak akan memandang status dan usia. Sang wanita pun menjadi semakin gila dengan harapannya. Ia begitu yakin bahwa pemuda itu benar-benar mencintainya.

Mereka pun kemudian mengikat janji untuk bertemu di suatu tempat. Mimpi yang selama ini bercokol dalam kepalanya akan menjadi kenyataan, ia akan bertemu dengan kekasihnya yang selama ini selalu memanggilnya sayang dalam setiap sms-smsnya.

Hari itu pun tiba, jantungnya kian berdetak saat melihat sang pemuda yang selama ini hanya ada di alam hayalnya. Pemuda itu memperlakukannya demikian baik, ia merasa begitu tersanjung. Rayuan pemuda itu telah menghempasnya dari alam nyata. Ia begitu mempercayai akan janji-janjinya yang mungkin saja semu. Ia rela membiarkan dirinya larut dalam godaan-godaan mesra yang dianggapnya sebagai ungkapan sayang dari sang pemuda. Pemuda itu begitu pandai menggoda, sehingga ia merasa bahwa ia adalah wanita tercantik di bumi ini.

Hingga akhirnya, ia harus menelan pahitnya kecewa dalam penyesalan. Penyesalan yang begitu teramat menyakitkan. Bukan saja menyakitkan, tapi sangat memalukan. Hari itu, ia telah termakan rayuan-rayuan yang begitu manis, ia terlena dan lupa diri. Ia telah menyerahkan kesucian dan harga dirinya sebagai seorang wanita begitu saja. Begitu sangat mudah. Ia begitu mudah memenuhi permintaan pemuda itu untuk melakukan sesuatu yang tidak seharusnya dilakukan oleh pasangan yang belum mengikat tali pernikahan.

Ia pun kembali ke rumah setelah memberikan apa yang diinginkan oleh serigala berbulu domba dengan wujud pemuda itu. Ia berharap bahwa pemuda itu akan bertanggungjawab atas dosa besar yang telah mereka lakukan. Namun ternyata, hari itu adalah pertemuannya yang pertama dan terakhir dengan sang pemuda itu.

Ia tak pernah lagi menerima sms, bahkan sms yang ia kirim pun tak berbalas lagi. Setiap kali ia mencoba untuk menelponnya, yang ada hanya nada putus. Tak ada lagi kata-kata indah, tak ada lagi bahasa sayang dan kemesraan, semuanya telah hilang berganti dengan kepedihan karena penipuan atas nama cinta. Wanita itu pun memutuskan untuk mengunjungi seorang psikiater karena beratnya beban penyesalan yang dideritanya, lebih berat daripada bersabar untuk menahan hawa nafsunya.

Ternyata, kesimpulan yang ditarik oleh psikiater itu dari semua kisahnya adalah; “Pemuda itu tidak pernah sekali pun mencintainya!” Semua rayuannya hanyalah sebatas bibir untuk mendapatkan pelampiasan nafsunya! Apa yang ia rasakan hanyalah ilusi, karena ia telah termakan dan terjebak oleh rayuan gombal sang pemuda. Akal sehatnya tidak mampu mengimbanginya lagi sehingga ia tak mampu menggunakan akalnya secara realistis dan objektif dalam memandang sosok asli sang pemuda.

Saudariku muslimah, ingat dan senantiasa ingatlah! Jangan mudah mendengar rayuan dari lelaki yang mengatasnamakan cinta. Lelaki yang baik tidak akan dengan mudah mengobral rayuannya kepadamu. Jika dia benar-benar menyukaimu, ia pasti akan melalui jalan yang baik untuk mendapatkanmu dengan cara yang baik pula.

Renungkanlah nasihat dari seorang ulama besar kita, Ibnul Qayyim rahimahullah: “Alangkah meruginya seorang yang menjual dirinya kepada selain kekasih yang pertama (Allah) dengan harga yang murah, hanya karena nafsu syahwat sementara yang akan berakhir kenikmatannya dan akan terus membawa malapetaka. Syahwatnya kepada orang yang ia cintai akan sirna, sementara bahaya telah menantinya. Keberuntungan akan segera pergi dan penyesalan berkepanjangan akan menghampirinya. Alangkah kasihan hati yang terkumpul di dalamnya dua penyesalan: penyesalan tidak berjumpa dengan kekasih tertinggi (Allah) dan surga penuh kenikmatan. Dan penyesalan disebabkan siksaan adzab yang berkepanjangan.”

16 November 2007
Ditulis oleh Suherni Aisyah Syam

————————————————————————–
Anda punya tulisan berupa artikel, opini ataupun kisah nyata yang ingin dipublikasikan di website ini? Silahkan kirim ke info@wimakassar.org

About the Author