Tadabbur al-Qur’an dan Kebangkitan
Oleh: Syekh. Prof.Dr. Nashir al-‘Umar [1]
Al-Qur’an adalah solusi, sebuah slogan indah yang digaungkan oleh salah satu lembaga penghafal al-Qur’an. Sebuah slogan yang kelihatannya singkat dan sederhana, tetapi mengandung makna yang agung. Apatah lagi di tengan krisis yang dihadapi ummat ini secara umum dan negeri kita secara khusus, dimana musuh-musuh Islam baik dari luar maupun dari dalam membidik kita dari arah yang sama. Slogan ini menggambarkan dan merepresentasikan satu-satunya jalan keselamatan yang hakiki dari berbagai fitnah dan bencana.
Sungguh, akal sehat pasti membenarkan apa yang kami katakan. Sebelum menciptakan Adam, Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman kepada para Malaikat:
وَإذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. (QS. Al Baqarah: 30).
Agar Adam dapat merealisasikan peran sebagai khalifah yang dibebankan kepadanya, maka ia mesti memiliki manhaj (pedoman) yang diridhai oleh Dzat yang mengangkatnya sebagai khalifah di bumi agar ia dapat berjalan di atas manhaj tersebut. Oleh karena itu diantara konsekuensi dia diangkat oleh Allah sebagai khalifah, adalah Allah membimbingnya di atas manhaj ini. Allah Ta’ala berfirman:
قُلْنَا اهْبِطُوا مِنْهَا جَمِيعًا ۖ فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُم مِّنِّي هُدًى فَمَن تَبِعَ هُدَايَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ [٢:٣٨]
Kami berfirman: “Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. (QS. Al Baqarah: 38).
Dalam ayat ini Allah menjelaskan kepada bani Adam, bahwa Dia akan memberikan kepada mereka manhaj ini, kemudian Dia memerintahkan dan mendorong (targhib) mereka untuk mengikuti manhaj tersebut.
Oleh karena ummat ini merupakan umat yang terakhir, dan al-Qur’an merupakan kitab yang Allah turunkan kepada Nabi terakhir dan penghulu dari semua orang, maka kitab ini merupakan kitab terakhir dan mengayomi kitab–kitab sebelumnya. Oleh karena itu sudah sewajarnya bila al-Qur’an menjadi menjadi petunjuk oleh Allah dan jalan keselamatan dari berbagai fitnah serta menjadi panduan dalam meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. Sejalan dengan yang telah diterangkan oleh Allah dalam firman-Nya:
فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُم مِّنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَىٰ [٢٠:١٢٣]وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَىٰ [٢٠:١٢٤]
“Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”. (QS. Thaha:123-124)
Sesungguhnya kemuliaan, kebangkitan, dan kejayaan bahkan eksistensi umat ini sebagai sebuah umat, ditentukan oleh seberapa dekat umat ini dengan al-Qur’an. Dekat dalam artian tidak sekadar membaca dan menghafalkannya. Tetapi dengan mentadabburi maknanya. Tadabbur dalam arti yang sesungguhnya sebagaimana dijelaskan oleh al-Allamah Abdurrahman as-Sa’diy rahimahullah, “Merenungkan maknanya (ta’ammul), merealisasikan fikrah yang terdapat di dalamnya dan segala konsekwensinya.[2] Termasuk diantara konsekwensi yang paling utama adalah mengamalkan isi kandungannya dan berhukum dengannya dalam seluruh aspek kehidupan, sebagaimana dituturkan oleh Imam Hasan al-Basri rahimahullah, “Allah Ta’ala berfirman:
كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِّيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.” (QS. Shad: 29).
Yang dimaksud dengan menadabburkan ayat-ayatnya adalah mengikuti petunjuk ayat tersebut. Wallahu a’lam. Adapun yang dimaksud, bukan sekadar menghafal lafalnya lalu menyi-nyiakan batas-batasnya (ketentuan hukumnya). Sampai-sampai ada diantara mereka yang mengatakan, “Aku telah membaca al-Qur’an seluruhnya, aku tidak melewatkan satu hurufpun. Namun, demi Allah dia telah melewatkan semua hukum-hukumnya. Engkau tidak melihat al-Qur’an dalam dirinya mewujud dalam bentuk amal dan akhlaq.[3]
Andaikan seseorang memulai tadabbur dengan surat al-Fatihah, maka tadabburnya akan membimbingnya ke arah ini. Sebagaimana ditunjukan oleh firman Allah dalam surah al-fatihah ayat 6-7:
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ [١:٦]صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ [١:٧]
“Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (QS Al-Fatihah ayat:6-7).
Ayat ini menunjukan bahwa kesengsaraan, kebinasaan dan kehancuran merupakan konsekwensi dari kemurkaan Allah dan kesesatan. Sebaliknya kebahagiaan, kebangkitan, kejayaan dan nikmat merupakan konsekwensi dari komitmen seseorang terhadap manhaj/jalan yang lurus yang dibawa sang penutup para nabi (nabi terakhir). Hal Inilah yg diisyaratkan oleh Allah dalam surat Thaha ayat 1-2:
طه [٢٠:١] مَا أَنزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لِتَشْقَىٰ [٢٠:
"Thaahaa. Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah;" (Thaha:1-2)
Salah satu perkara yang hampir disepakati oleh semua orang bahwa, siapa yang membuat sesuatu, maka dia-lah yang paling tahu tentang sesuatu tersebut. Walillahil matsalul a’la (Untuk Allah, ada perumpamaan yang lebih baik dari itu). Dialah yang menciptakan segala sesuatu, menciptakan manusia dengan sempurna disertai segala perangkatnya, sebagaimana firman Allah dalam surat an-naml ayat 88.
صُنْعَ اللَّهِ الَّذِي أَتْقَنَ كُلَّ شَيْءٍ ۚ إِنَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَفْعَلُونَ
“(Begitulah) ciptaan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Semua problem yang kita saksikan di negeri kaum Muslimin hari ini berupa kehinaan, kelemahan, kemunduran dan berbagai problem lainnya, disebabkan oleh jauhnya kaum Muslimin dari al Qur’an. Karena mereka tidak menadabburkan dan mengamalkan al-Qur’an. Oleh karena itu, kalau kita ingin keluar dari semua problem tersebut dan bangkit dari keterpurukan, maka kita harus menadabburkan dan mengamalkan al-Qur'an. Dengan menadabburkan al-Qur’an, kita akan menemukan solusi dan jalan keluar dari problem-problem tersebut Allah Ta’ala berfirman:
وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِّكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَىٰ لِلْمُسْلِمِينَ
"Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri." (QS. an-Nahl: 89).
Ini bukanlah perkataan siapa-siapa yang harus diuji dan diteliti (kebenarannya). Tetapi ia merupakan firman Allah, Tuhan semesta alam yang harus diyakini oleh seluruh kaum Muslimin.
Sedangkan orang yang masih ragu, maka hendaknya merenungkan keadaan umat-umat terdahulu, sebagaimana diterangkan oleh Allah dalam surat al-Maidah ayat 65-66:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْكِتَابِ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَكَفَّرْنَا عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَلَأَدْخَلْنَاهُمْ جَنَّاتِ النَّعِيمِ [٥:٦٥]وَلَوْ أَنَّهُمْ أَقَامُوا التَّوْرَاةَ وَالْإِنجِيلَ وَمَا أُنزِلَ إِلَيْهِم مِّن رَّبِّهِمْ لَأَكَلُوا مِن فَوْقِهِمْ وَمِن تَحْتِ أَرْجُلِهِم ۚ مِّنْهُمْ أُمَّةٌ مُّقْتَصِدَةٌ ۖ وَكَثِيرٌ مِّنْهُمْ سَاءَ مَا يَعْمَلُونَ [٥:٦٦]
“Dan sekiranya Ahli Kitab beriman dan bertakwa, tentulah Kami tutup (hapus) kesalahan-kesalahan mereka dan tentulah Kami masukkan mereka kedalam surga-surga yang penuh kenikmatan. Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat dan Injil dan (Al-Quran) yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas dan dari bawah kaki mereka. Diantara mereka ada golongan yang pertengahan. Dan alangkah buruknya apa yang dikerjakan oleh kebanyakan mereka. (QS: Al-Maidah ayat 65-66).
Dalam ayat ini, Allah menjelaskan bahwa andaikan ahli Kitab menegakkan apa yang diturunkan oleh Tuhan kepada mereka niscaya mereka akan berbahagia di dunia dan di akhrat. Sebaliknya, tatkala mereka tidak menegakannya, maka Allah jadikan hati mereka berselisih, serta menyesatkan dan marah kepada sebagian yang lain diantara mereka. Jika, hal tersebut telah jelas, maka sudah pasti al-Qur’an menjadi jaminan untuk kebahagiaan, kemuliaan dan kebangkitan umat. Maka siapapun yang sungguh-sungguh dalam mencari/menginginkan kebangkitan, maka jalannya sudah jelas.
إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَذِكْرَىٰ لِمَن كَانَ لَهُ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيدٌ [٥٠:٣٧
“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya. (QS. Qaf: 37)
(Diterjemahkan dari artikel yang ditulis oleh Syekh. Prof.Dr. Nashir al-‘Umar yang berjudul Tadabbur al-Qur’an wa an-Nah dhah, di www.almoslim.net/node/150893/)
[sym]