-Sunnatu at-Tadafu’-
Allah azza wajalla berfirman:
وَلَوْلَا دَفْعُ اللَّهِ النَّاسَ بَعْضَهُم بِبَعْضٍ لَّفَسَدَتِ الْأَرْضُ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ ذُو فَضْلٍ عَلَى الْعَالَمِينَ
“Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian umat manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam.” (QS. Al-Baqarah: 251)
Faidah:
• Selalu akan ada pertarungan antara orang-orang yang membela yang haq dan orang-orang yang membela kebatilan
• Kedua kelompok itu akan saling memberi pengaruh mereka kepada manusia, baik para pembela yg haq dan pembela kebatilan. Ini merupakan sunnatullah yang merupakan Sunnatu at-Tadaafu’ itu.
• Upaya kaum muslimin menuntut keadilan sesuai prosedur hukum, dianggap anti kebinekaan, anti toleransi merupakan salah satu bentuk perlawan kaum pembela kebatilan dan bagian dari sunnat tadafu’ itu.
• Kemenangan pasti akan berpihak untuk agama ini, dan karena keyakinan itu kita bertahan.
• Salah satu bentuk perlawanan mereka adalah melakukan “Penjajahan istilah”. Akhirnya, kita merasa takut jika dicap sebagai orang-orang yang radikal, kita takut dicap sebagai orang-orang yang intoleran. Padahal perumusan dari istilah-istilah itu tidak jelas. Karena itu kita dapatkan para tokoh dan pahlawan bangsa juga dicap seperti itu, misalnya Bung Tomo dll.
• Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dikatakan dan di cap sebagai “Orang gila” beliau tidak membalas untuk membela dirinya dengan mengatakan: “Sy tidak gila”. Justru beliau terus berdakwah hingga terlihat siapa sebenarnya yang gila.
Saat itu ada orang dari jauh yang katanya bisa mengobati orang gila, ia ingin mengobati Rasululullah karena terpengaruh dengan perkataan orang-orang kafir saat itu. Tapi beliau justru menjawab dengan Khutbathul haajah, hingga terjadilah diskusi antara ia dan Rasululullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang akhirnya orang tersebut masuk islam. •Perjuangan ini memang melelahkan, tapi itulah keindahannya.
Oleh Fadhilatul Ustadz Ridwan Hamidi Lc MA. Hafizhahullah.
Ditranskrip oleh Abu Ukasyah Wahyu al-Munawy
Sumber : wahdah.or.id