Shalat, Wasiat Terakhir Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
Shalat adalah perkara yang sangat penting. Bahkan shalat termasuk salah satu rukun Islam utama yang bisa membuat bangunan Islam tegak. Namun, realita yang ada di tengah umat ini sungguh sangat menyedihkan. Kalau kita melihat sekeliling kita, ada saja orang yang mengaku Islam, namun tidak shalat. Mungkin di antara mereka, ada yang hanya melaksanakan shalat sekali sehari, itu pun kalau ingat. Mungkin ada pula yang hanya melaksanakan shalat sekali dalam seminggu yaitu shalat Jum’at. Yang lebih parah lagi, tidak sedikit yang hanya ingat dan melaksanakan shalat dalam setahun dua kali yaitu ketika Idul Fitri dan Idul Adha saja.
Inilah orang-orang yang disebut oleh Allah Ta’ala dalam al-Qur’an:
“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui al ghoyya, kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal shaleh.” (QS. Maryam: 59-60)
Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu mengatakan bahwa ‘ghoyya‘ dalam ayat tersebut adalah sungai di Jahannam yang makanannya sangat menjijikkan, yang tempatnya sangat dalam. (Ash Sholah, hal. 31)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan kita yang hidup di akhir zaman menjelang semakin dekatnya Kiamat, bahwa proses dekadensi umat Islam akan terjadi seiring ditinggalkannya pemberlakuan syariat Allah sampai diabaikannya kewajiban shalat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tali-tali Islam akan lepas sehelai demi sehelai. Setiap kali sehelai tapi itu lepas, umat manusia akan berpegangan pada tali berikutnya. Yang pertama kali terlepas adalah hukum, dan yang paling terakhir adalah shalat.” (HR. Ahmad, shahih)
Para ulama sepakat bahwa meninggalkan shalat termasuk dosa besar yang lebih besar dari dosa besar lainnya.
Ibnu Hazm –rahimahullah- berkata, “Tidak ada dosa setelah kejelekan yang paling besar daripada dosa meninggalkan shalat hingga keluar waktunya dan membunuh seorang mukmin tanpa alasan yang bisa dibenarkan.” (Al Kaba’ir, hal. 25)
Sebagian ulama bahkan menyatakan bahwa orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja maka statusnya adalah kafir meskipun ia sudah bersyahadat. Berdasarkan hadits dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Perjanjian antara kami dengan mereka adalah shalat, barangsiapa meninggalkannya maka dia telah kafir.” (HR. Ahmad)
Dalam riwayat lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“(Batas) antara seseorang dengan kekafiran adalah meninggalkan shalat.” (HR. Muslim, Abu Daud, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Kedudukan dan Keutamaan Shalat
Berikut ini beberapa poin mengenai kedudukan dan keutamaan shalat dalam Islam:
1. Shalat adalah tiang agama.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Kepala segala urusan adalah Islam, dan tiangnya adalah shalat, sementara puncaknya adalah jihad.” (HR At Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad, shahih)
2. Shalat adalah amal yang pertama kali dihitung di Akhirat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Yang pertama kali ditanyakan kepada seorang hamba pada hari kiamat adalah perhatian kepada shalatnya. Jika shalatnya baik, dia akan beruntung (dalam sebuah riwayat disebutkan: dia akan berhasil). Dan jika shalatnya rusak, dia akan gagal dan merugi.” (HR Ath Thabrani, shahih)
3. Shalat adalah wasiat terakhir Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ummul Mu’minin Ummu Salamah, berkata,
“Wasiat yang terakhir kali disampaikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah shalat, shalat, dan budak-budak yang kalian miliki.” … (HR Ahmad, shahih)
4. Allah memuji orang yang mengerjakan dan mengajak keluarganya shalat.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam al-Quran Surat Maryam ayat 54-55 (yang artinya):
“Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam al-Qur’an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi. Dan ia menyuruh keluarganya untuk shalat dan menunaikan zakat, dan ia adalah seorang yang diridhai di sisi Tuhannya.”
5. Allah mencela orang yang malas shalat
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam al-Quran Surah an-Nisa’ ayat 142 (yang artinya):
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk salat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan salat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.”
6. Shalat adalah rukun Islam kedua.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Islam dibangun di atas lima pondasi, bersaksi bahwa tiada Rabb selain Allah dan Muhammad sebagai utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan ibadah haji, serta berpuasa pada bulan Ramadhan.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
7. Allah mewajibkan shalat tanpa perantaraan Jibril
Allah Subhanahu wa Ta’ala mewajibkan ibadah shalat tidak seperti ibadah yang lain. Ibadah-ibadah lain, seperti puasa, zakat, haji dan sebagainya diwajibkan kepada umat Islam melalui perantaraan Jibril ‘alaihis salam di bumi. Terkhusus untuk ibadah shalat, Allah sendiri yang memerintahkan ibadah ini dengan mengangkat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ke langit ke tujuh dalam peristiwa Isra’ Mi’raj, di Sidratul Muntaha.
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;
“Kemudian ia membawaku ke Sidratul Muntaha. Tiba-tiba aku melihat dedaunnya yang laksana telinga gajah dan buah-buahnya seperti mutiara.”
Beliau melanjutkan,
“Maka tatkala ia tertutup berkat perintah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, ia (Sidratul Muntaha) pun berubah dan tidak satu pun makhluk Allah yang dapat menggambarkan keindahannya. Kemudian Allah memberikan wahyu kepadaku dan Dia mewajibkan lima puluh shalat dalam sehari semalam kepadaku…” (HR Bukhari dan Muslim)
8. Allah membuka dan menutup amal orang beriman dengan menyebutkan shalat.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam al-Quran Surah al-Mu’minun ayat 1-9 (yang artinya):
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barang siapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya, dan orang-orang yang memelihara shalatnya.”
9. Allah memerintahkan Rasulullah dan pengikutnya agar menyuruh keluarganya shalat
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam al Quran Surah Thaha 132 (yang artinya):
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kami-lah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.”
10. Awalnya shalat diwajibkan sebanyak 50 shalat.
Ini menunjukkan bahwa Allah amat menyukai ibadah shalat tersebut. Kemudian Allah memperingan bagi hamba-Nya hingga menjadi 5 waktu dalam sehari semalam. Akan tetapi, tetap saja shalat tersebut dihitung dalam timbangan sebanyak 50 shalat, walaupun dalam amalan hanyalah 5 waktu.
11. Orang yang tertidur dan lupa diperintahkan mengganti shalatnya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa yang lupa mengerjakan shalat, hendaknya dia mengerjakannya pada saat teringat. Tidak ada kafarat baginya, kecuali hanya itu saja.” (HR Al Bukhari)
Dalam riwayat lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa lupa mengerjakan shalat atau tertidur sehingga tidak mengerjakannya, maka kafaratnya adalah mengerjakannya ketika ia mengingatnya.” (Muttafaqun ‘Alaih)
12. Semenjak anak-anak sudah diperintahkan shalat dan boleh dipukul jika tidak shalat pada waktu berumur 10 tahun.
Perintah shalat ini tidak ditemukan pada amalan lainnya.
Dari Amr bin Syu’aib, dari bapaknya dari kakeknya radhiyallahu ‘anhu, beliau meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Perintahkan anak-anak kalian untuk mengerjakan shalat ketika mereka berumur 7 tahun. Pukul mereka jika tidak mengerjakannya ketika mereka berumur 10 tahun…“. (HR. Abu Daud)
Nah, bagaimana lagi jika seorang yang sudah baligh dan sempurna akalnya?[]