Ruh Hewan Dimana Tempatnya?
Dari saudara Harianto di Gowa
Pertanyaan:
Assalamu’alaikum Ustadz. Saya punya pertanyaan, apakah hewan mempunyai ruh, terus kalau mempunyai ruh dimana nanti tempatnya setelah mati dan setelah dunia kiamat? Bukankah Surga diperuntukkan untuk Jin dan Manusia, serta Neraka untuk Jin, Manusia dan Syaithan. Syukran.
Jawaban:
Waalaikum salam warahmatullah.
Allah telah mengabarkan kepada kita dalam Al-Qur’an bahwa Malakul Maut yang mencabut nyawa anak cucu Adam (As-Sajdah : 11). Adapun ruh hewan maka sepanjang yang kami ketahui tidak ada keterangan baik dalam al-Qur’an atau Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ada keterangan namun riwayatnya dilemahkan oleh para ulama sebagaimana yang diriwayatkan oleh Al-’Uqaily dalam kitab Ad-DhU’afaa dengan lafadz : “Ajal Hewan-hewan keseluruhan baik dari kutu, serangga, belalang, kuda, bighal dan sapi dan sebagainya yaitu selama mereka bertasbih dan jika tasbihnya telah terputus maka Allah yang mencabut nyawanya dan bukanlah malaikat maut” (hadits palsu, silsilah hadits Dhaif 4/188, Al-Albany). Dari sinilah sebagian ulama mengatakan : “Sesungguhnya yang mencabut nyawa seluruh makhluk adalah malaikat maut, dan sebagian yang lain menyebutkan bahwa ia mati dengan sendirinya” (At-Tadzkirah, Al-Qurthuby, hal. 75, Al-Fawakih Ad-Dawany, 1/100).
Adapun pendapat Syekh Al-Utsaimin rahimahullah menganggap bahwa pertanyaan yang seperti ini adalah bagian dari ‘Takalluf‘ (memberat-beratkan diri), ketika beliau ditanya; apakah malaikat maut mencabut nyawa hewan-hewan? Beliau menjawab: “jika memang malaikat maut yang mencabut atau bukan lalu apa manfaat dari pertanyaan tersebut?! Apakah pernah ditanyakan oleh para sahabat nabi? Padahal mereka adalah orang yang paling loba terhadap ilmu, dan Nabi mampu dan lebih mengetahui jawabannya dari kita, namun ternyata hal itu mereka tidak tanyakan. Allah Ta’ala menegaskan bahwa malaikat maut yang mencabut nyawa anak cucu Adam sebagaimana dalam surah As-Sajdah ayat 11, adapun selain ruh anak cucu Adam maka tidak ada penjelasannya”.
Jadi kesimpulannya dan yang terbaik kita katakan ; bahwa seyogyanya kita tidak berlebih-lebihan dan memberatkan diri yang bisa menyebabkan kebinasaannya. Sebagaimana sabda nabi : “Sungguh Celaka orang-orang yang berlebih-lebihan”, maka tidak perlu ditanyakan hal-hal yang tidak ada manfaat di dalamnya, dan hendaknya jika ada permasalahan yang menyangkut masalah-masalah ghaib maka kita mencukupkan diri dengan dalil yang jelas dan shahih adapun selainnya maka kita sebaiknya diam dan itu lebih selamat. Dan ketika nabi mendiamkan sesuatu maka bukan berarti beliau tidak mengetahuinya namun itu merupakan rahmat dan keringanan bagi ummatnya karena tak satu pun yang bermanfaat bagi kita melainkan beliau telah menjelaskan ilmunya. (Liqa Al-Bab Al-Maftuh, Al-Utsaimin, 11/146).
Adapun tempat kembalinya ruh para hewan dan binatang maka ada keterangan yang diriwayatkan uleh Abdur Razzaq dan ibnu Jarir dan Al-Baihaqhy rahimahumullah dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ketika menafsirkan firman Allah (yang artinya): “dan tidaklah binatang yang melata di bumi dan burung yang mengepakkan sayapnya di langit melainkan mereka juga adalah ummat seperti kalian dan kami tidak meninggalkan sesuatu melainkan telah menjelaskannya dalam al-kitab dan kepada Tuhanlah kalian dikembalikan” (Al-An’am : 38). ’Dikembalikan’ yang dimaksud dalam ayat ini yaitu semuanya dibangkitkan di hari kiamat dari hewan, binatang dan burung untuk diqishas di pengadilan Allah sampai hewan yang bertanduk yang pernah menanduk hewan yang tidak bertanduk pun diqishas di hadapan Allah, barulah setelah itu Allah berkata pada hewan-hewan tersebut ‘Jadilah kalian tanah’, dan pada saat itu pula orang-orang kafir meminta untuk dijadikan tanah seperti mereka (An-Naba : 40). (Tafsir ibnu katsir 3/255). Wallahu A’lam.
Dijawab oleh Ustadz Harman Tajang, Lc. hafidzahullah
——————————
Silahkan kirim pertanyaan Anda seputar masalah Islam di Konsultasi Syari’ah. Jawaban akan kami posting di Rubrik Konsultasi atau kami kirim ke alamat email Anda.