Published On: Sun, Mar 24th, 2013

Pertengahan dalam Menyikapi Kematian al-Buthi

Kematian ulama Suriah Syaikh Muhammad Said Ramadhan Al Buthi menjadi kontroversial. Ada beberapa pihak yang pro dan kontra terhadapnya. Sebagian yang pro menganggap kematiannya sebagai kesyahidan, adapun yang kontra bergembira atas kematiannya karena dianggap melakukan pembelaan kepada rezim jagal Bashar Al Assad.

Ketua Umum Wahdah Islamiyah, Ustadz Ahmad Zaitun Rasmin menilai perlu bersikap tawasuth (pertengahan) menyikapi polemik kematian Syaikh Ramadhan Al Buthi.

“Kita harus tetap menghargai ilmu-ilmunya dan keulamaannya, akan tetapi kekeliruannya dalam membela Bashar kita tidak ikuti,” ucapnya di hadapan jurnalis pada acara “Silaturahim dan Pelatihan Kaderisasi Ulama” di Jakarta, Jum’at (22/03/2013).

Da’i asal Makassar ini menilai setiap ilmu yang mengandung kebaikan dari Al Buthi tetap harus dihormati. Sementara setiap pendapatnya yang merugikan dakwah dan jihad tetap harus dikritisi.

Ia juga meminta agar umat berhati-hati dalam menghakimi seorang ulama. Biar bagaimanapun Ramadhan Al Buthi tetap merupakan ulama ahlussunnah yang memiliki karya besar.

“Ulama juga manusia biasa, mereka juga bisa membuat kekeliruan dalam berpendapat,” jelasnya.

Menjadikan masjid sebagai tempat untuk membunuh tetap tidak bisa ditolerir. Sementara pendapat Al Buthi membela Bashar Al Assad tetap harus diluruskan.

“Mengatakan Al Buthi mati dalam keadaan dzalim, apalagi menuduh dia masuk neraka itu bukan kapasitas kita, kita juga tidak bisa terburu-buru mengatakannya sebagai syahid, harus hati-hati,” jelasnya.

Ustadz Zaytun juga menduga Al Buthi dalam keadaan berijtihad. Jika salah tetap harus dihargai.

“Kaidahnya ijtihad, jika benar dapat pahala dua kalau salah dapat pahala satu. Biarlah Allah yang memutuskan, karena dia telah menghadap Allah Subhanahu wa Ta’ala,” tandasnya. (arrahmah/wimakassar)

About the Author