Penjarakan Lisanmu!
Oleh : Rachmat Badani
عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : { الصَّمْتُ حِكْمَةٌ ، وَقَلِيلٌ فَاعِلَهُ } أَخْرَجَهُ الْبَيْهَقِيُّ فِي الشُّعَبِ بِسَنَدِ ضَعِيفٍ ، وَصَحَّحَ أَنَّهُ مَوْقُوفٌ مِنْ قَوْلِ لُقْمَانَ الْحَكِيمِ
“Dari Anas bin Malik radiyallahu anhu ia berkata : Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “diam itu merupakan sikap yang hikmah, hanya saja sangat sedikit yang mengamalkannya”. Diriwayatkan oleh Al-Baihaqy dalam kitab syu’abil iiman dengan sanad yang lemah, dan beliau menyebutkan bahwa hadits di atas adalah perkataan Luqman Al-Hakim.
Sanad dari hadits di atas dilemahkan oleh imam Al-Baihaqy, beliau menyebutkan bahwa lafadz hadits tersebut merupakan perkataan dari Luqman Al-Hakim. Disebutkan bahwa sebab dari perkataan Luqman tersebut karena sebuah peristiwa yang terjadi antara dirinya dan nabi Dawud ‘alaihissalam. Ketika itu Luqman datang hendak mengunjungi nabi Dawud ‘alaihissalam, maka dilihatlah nabi Dawud sedang memegang sebuah perisai di tangannya. Karena Luqman merasa takjub terhadap perisai itu maka ia hendak menanyakan perihal perisai itu kepada nabi Dawud ‘alaihissalam. Akan tetapi segera sikap hikmah Luqman melarangnya untuk bertanya karena ia melihat perkataannya itu tidak akan memberikannya manfaat, maka Luqman pun mengurungkan niatnya untuk bertanya kepada Dawud ‘alaihissalam. Sesaat setelah itu nabi Dawud ‘alaihissalam kemudian memakai perisai tersebut seraya berkata : “Sebaik-baik perisai adalah yang digunakan untuk berjuang/berperang”.
Bersamaan dengannya Luqman kemudian berkata: “Diam itu merupakan sikap yang hikmah”. Disebutkan pula bahwa Luqman sering mengunjungi nabi Dawud ‘alaihissalam selama setahun untuk menanyakan perihal perisai tersebut, namun tak pernah ia tanyakan kepadanya.
Di antara keutamaan yang disebutkan oleh para ulama berkaitan dengan hadits ini bahwa ia menunjukkan keutamaan dan fadilah diam/tidak berbicara dari perkataan-perkataan yang tidak mendatangkan manfaat. Keutamaan tersebut juga dapat kita temukan di dalam banyak hadits-hadits Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Di antaranya adalah sebagai berikut :
{ مَنْ صَمَتَ نَجَا }
artinya “siapa yang diam (dari perkataan yang tidak manfaat) maka ia akan selamat.
{ وَقَالَ عُقْبَةُ بْنُ عَامِرٍ قُلْت لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَا النَّجَاةُ ، قَالَ أَمْسِكْ عَلَيْك لِسَانَك }
artinya berkata ‘Uqbah bin ‘Amir bahwa ia bertanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tentang hakikat keberuntungan/keselamatan? maka Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “keselamatan itu adalah hendaknya engkau menjaga lisanmu (dari hal yang tidak manfaat).”
{ مَنْ تَكَفَّلَ لِي بِمَا بَيْنَ لَحْيَيْهِ ، وَرِجْلَيْهِ أَتَكَفَّلُ لَهُ بِالْجَنَّةِ }
artinya “barangsiapa yang menjamin kepadaku(Rasulullah) mulut dan kemaluannya jauh dari hal yang diharamkan Allah, maka aku akan menjamin kepadanya syurga Allah Ta’ala.”
{ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاَللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت }
artinya “barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat, maka hendaknya ia berkata yang benar/baik atau diam.”
Dan masih banyak lagi hadits-hadits yang lainnya serta perkataan-perkataan para ulama salaf yang menunjukkan keutamaan menjaga lisan kita dari perkara yang tidak memberikan manfaat bagi kita, terlebih lagi dari perkara yang Allah haramkan.
Sebagai penutup, kami ingin mengingatkan pula bahwa perkataan-perkataan yang tidak mendatangkan manfaat tidak terbatas pada perkataan yang mubah saja, namun termasuk di dalamnya segala perkara yang Allah haramkan atas setiap hamba. Sebut saja ghibah,adu domba,penipuan,mencela,bertengkar dan masih banyak lagi perkara-perkara yang dapat membinasakan seorang muslim bila ia tidak selektif dalam memilih kata-kata yang akan ia keluarkan dari mulutnya. Ketahuilah bahwa lisan/mulut kita, tidak akan mengeluarkan perkataan melainkan ia pasti berasal dari hati/qolbunya. Sebagaimana sebuah teko, bila ia berisi air mineral maka ia pasti akan mengeluarkan air mineral dan tidak akan mungkin mengeluarkan sirup. Begitupula dengan seorang muslim, bila hatinya baik maka ia pasti akan mengucapkan perkataan yang baik dan juga sebaliknya. Bila hatinya busuk dan kotor, maka perkataan yang keluar dari mulutnya pun pasti tidak akan manfaat dan jauh dari rahmat Allah Ta’ala, wal ‘iyaadzubillah.[]