Published On: Thu, Oct 24th, 2013

Pengkhianatan Syi’ah Terhadap Kaum Muslimin

Pada sebelumnya, telah dipaparkan rangkaian pengkhianatan syi’ah terhadap Ali bin Abu Thalib radhiyallahu ‘anhu dan keturunannya. Kali ini, artikel tersebut akan kami sambung dengan pemaparan rangkaian pengkhianatan syi’ah terhadap kaum muslimin. Selamat menyimak!

Pengkhianatan Syi’ah Terhadap Daulah Islam Khilafah Abbasiyyah
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Orang-orang Syi’ah Rafidhah biasa meminta bantuan orang-orang kafir dalam melawan kaum muslimin. Kaum muslimin telah melihat sendiri bahwa jika kaum muslimin diserang oleh orang-orang kafir maka orang-orang rafidhah ini selalu membela orang-orang kafir, sebagaimana hal ini terjadi pada Jenghis Khan—raja Tatar yang kafir—ketika dia menyerang kaum muslimin maka orang-orang Rafidhah inilah yang membantunya, demikian juga ketika cucunya, yaitu Holako, menyerang kaum muslimin di Khurasan, Iraq, dan Syam, maka bantuan orang-orang rafidhah kepada mereka adalah sangat masyhur dan tidak tersembunyi bagi siapa pun, orang-orang rafidhah ini adalah pembantu yang paling setia kepada Holako di Iraq dan Khurasan, di antara orang-orang rafidhah ini ada yang bernama Ibnu Alqami yang menjabat sebagai salah seorang menteri khalifah di Baghdad, Ibnu Alqami ini selalu membuat makar terhadap khalifah dan kaum muslimin, berusaha memotongi gaji-gaji pasukan khalifah sehingga mereka lemah, melarang kaum muslimin dari memerangi pasukan Tatar, dan membuat berbagai makar sehingga masuklah orang-orang Tatar ini ke kota Baghdad dan membunuh kaum muslimin dengan keji. Bilangan kaum muslimin yang terbunuh dikatakan mencapai sekitar 13 juta jiwa atau kurang atau lebih … maka orang-orang ahli bid’ah ini lebih berbahaya bagi kaum muslimin dibandingkan semua musuh yang lainnya…” (Minhâjus Sunnah 5/102 dan Majmû’ Fatâwâ 4/13)

Al-Hafizh Ibnu Katsir menceritakan peristiwa yang terjadi pada tahun 656 H. Pada tahun tersebut, pasukan Tatar dalam jumlah yang cukup besar datang ke Baghdad, pusat Daulah Abbasiyyah pada saat itu: “Tahun itu baru saja dimulai, sementara pasukan Tatar sudah berada di Baghdad dengan dikawal oleh dua orang pemimpin yang berada di bagian depan prajurit-prajurit penguasa Tatar Holako Khan. Bantuan juga datang kepada mereka dari penguasa al-Maushil untuk membantu mereka melawan orang-orang Baghdad, Miratah, Hadayah, dan Tuhafah. Pemberian bantuan itu dilakukan karena mereka takut kepada orang-orang Tatar, dan untuk mencari muka dan memberi sanjungan kepada mereka. Semoga Allah menjelekkan mereka semua. Sehingga orang-orang Tatar dapat mengepung pusat khilafah dan menghujaninya dengan anak-anak panah dari segala penjuru… Mereka mengepung Baghdad dari bagian barat dan timur. Tentara-tentara Baghdad dalam kondisi sangat lemah dan terhinakan, jumlah mereka yang tersisa tidak sampai sepuluh ribu tentara. Mereka semua adalah orang-orang yang telah terlantarkan kebutuhan ekonominya. Sehingga banyak dari mereka yang meminta-minta di pasar-pasar dan di pintu-pintu masjid…

Ketika Holako datang dan dia masih merasa mengkhawatirkan pembunuhan khalifah, sang menteri menenangkannya dan menganggap ringan hal itu. Kemudian mereka membunuhnya dengan cara menendangnya, sementara dia dimasukkan di dalam karung, agar darahnya tidak menetes ke tanah …
Mereka mendatangi negaranya dan membunuh siapa saja yang dapat mereka bunuh, laki-laki, para wanita, anak-anak, orang-orang tua, dan para pemuda. Banyak orang-orang yang melarikan diri dengan masuk ke dalam sumur dan kamar mandi, serta tempat-tempat kotor. Mereka juga bersembunyi selama berhari-hari tidak menampakan diri. Sekelompok orang berkumpul di toko-toko dan mengunci pintunya; lalu orang-orang Tatar membukanya, baik dengan cara dihancurkan atau dibakar, kemudian mereka masuk. Orang-orang pun melarikan diri ke tempat-tempat yang tinggi, tetapi mereka tetap membunuhnya dengan potongan besi, sehingga saluran-saluran air di gang-gang dialiri oleh darah. Begitu juga di masjid-masjid dan tempat-tempat pengungsian. Tidak ada satu pun dari mereka yang selamat kecuali orang-orang yang meminta jaminan keamanan, yaitu mereka yang dari orang-orang Yahudi dan Nasrani, serta orang-orang yang berlindung pada mereka dan pergi ke rumah menteri Ibnu Alqami ar-Rafidhi. Sekelompok pedagang meminta jaminan keamanan kepada mereka dengan cara memberi mereka bayaran yang tinggi, supaya mereka dan harta benda mereka selamat…

Sebelum peristiwa ini, menteri Ibnu Alqami telah berusaha keras merekayasa para tentara dan banyak menghapus nama mereka dari dewan (sengaja agar kekuatan semakin berkurang). Sehingga jumlah prajurit di akhir kekuasaan al-Mustanshir kurang lebih hanya mencapai seratus ribu orang, sebagian pemimpin dari mereka ada yang seperti raja-raja besar. Dia selalu berusaha untuk mengurangi jumlah mereka sampai mereka hanya tersisa sepuluh ribu saja. Kemudian mengirim surat kepada orang-orang Tatar dan membujuk mereka agar datang ke negerinya serta memudahkan hal itu untuk mereka. Dia menceritakan situasi dan kondisi yang sebenarnya kepada mereka, dan juga mengungkapan mengenai kelemahan-kelemahan mereka. Semua itu dilakukannya karena ingin melenyapkan Ahlus Sunnah, menyebarluaskan bid’ah Syi’ah, dan mengangkat khalifah dari orang-orang Fathimiyyah, serta menghabisi para ulama dan mufti (dari Ahlus Sunnah).” (al-Bidâyah wan Nihâyah 13/233–236)

Syi’ah Qaramithah Membantai Jama’ah Haji
Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Pada tahun 317 H orang-orang Qaramithah (dari Bahrain) mengepung Ka’bah di saat hari Tarwiyah (8 Dzulhijjah). Mereka merampas harta orang-orang haji dan membunuh mereka. Terbunuhlah jumlah yang banyak dari kaum muslimin di tengah kota Makkah, lembah-lembah Makkah, di Masjidil Haram, bahkan yang lari ke dalam Ka’bah pun tidak mereka biarkan hidup. Gembong Qaramithah Abu Thahir—yang benar dia adalah Abu Najis!—duduk di pintu Ka’bah dalam keadaan mayat-mayat bergelimpangan di sekitarnya … dia berkata, ‘Aku adalah Allah, dan dengan nama Allah diriku, akulah pencipta dan pemusnah makhluk.’ (Maha Suci Allah dari bualan-bualannya.) Dia tidak meninggalkan seorang pun yang thawaf atau bergantung di Ka’bah melainkan dia bunuh. Kemudian dia perintahkan agar mayat-mayat dilempar ke sumur zamzam, kemudian dia perintahkan agar pintu Ka’bah dicongkel dan diambil kiswahnya, kemudian dia memerintahkan agar Hajar Aswad dicongkel dari tempatnya, dan mereka bawa pulang ke tempat mereka selama 22 tahun hingga mereka mengembalikannya atas desakan Ubaidullah bin Maimun al-Qaddah—seorang gembong mereka di Maghrib—yang khawatir terbongkar rahasia-rahasia mereka. Para ulama menyebutkan bahwa korban yang terbunuh dalam kejadian di atas berjumlah 13 ribu jiwa.” (Lihat Bidâyah wa Nihâyah 11/135–136 dan Kasyfu Asrar Bathiniyyah hlm. 39)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Kelompok Nushairiyyah dan semua kelompok Qaramithah Bathiniyyah lebih kafir dibandingkan dengan orang-orang Yahudi dan Nashara, bahkan mereka lebih kafir dibandingkan dengan kebanyakan orang-orang musyrik… Jika mereka memiliki kesempatan maka mereka tumpahkan darah-darah kaum muslimin sebagaimana mereka pernah membunuh para orang yang sedang haji dan mereka lemparkan ke sumur zamzam… Merupakan hal yang sudah maklum di sisi kami bahwa daerah-daerah di tepi pantai Syam bisa dikuasai oleh orang-orang Nasrani dengan bantuan kelompok ini. Mereka selalu bersama musuh-musuh kaum muslimin. Mereka membela Nasrani dalam memerangi kaum muslimin. Merupakan musibah terbesar bagi mereka jika kaum muslimin menang atas orang-orang Tatar. Hari raya terbesar mereka jika orang-orang Nasrani menguasai perbatasan-perbatasan negeri kaum muslimin. Kemudian tidaklah orang-orang Tatar masuk ke negeri kaum muslimin dan membunuh Khalifah di Baghdad serta yang lainnya dari penguasa kaum muslimin melainkan dengan bantuan dan pembelaan kelompok Batiniah ini.” (Majmû’ Fatâwâ 35/149–152)

Syi’ah Membantai Para Pengungsi Palestina
Orang-orang Syi’ah Lebanon menganut madzhab Syi’ah Itsna Asyariyyah Rafidhiyyah. Mereka sama dengan para pendahulu mereka dalam berkhianat dan membenci orang-orang Ahlus Sunnah. Apa yang menjadi catatan dalam sejarah modern dengan terjadinya perang saudara di Lebanon tidak lain adalah serial berdarah yang menghimpun lebih dari satu kelompok: rezim Syria an-Nashiriyyah, Syi’ah Itsna Asyariyyah dalam milisi-milisi amal, dan pasukan Lebanon. Mereka semua membenci Ahlus Sunnah. “Perang saudara di Lebanon bermula dari peristiwa otobis di Ain ar-Ramanah pada tanggal 13/4/1975. Orang-orang Palestina yang mendiami tenda-tenda pengungsian mendapati diri mereka menjadi bagian dari perang ini. Kekuatan militer Syria melakukan intervensi dengan mengerahkan pasukan yang berjumlah tiga puluh ribu orang tentara dan mereka terlibat dalam peperangan yang sengit. Pada saat perang terjadi, orang-orang Syi’ah yang tergabung dalam gerakan amal beraliansi dengan pasukan militer Syria, begitu juga dengan sebagian brigade pasukan Lebanon dan orang-orang Nasrani Maruniah.

Mereka mulai dengan memboikot Tal Za’tar. Pemboikotan itu untuk memaksa mereka agar menderita kelaparan; melarang adanya bantuan roti, dan melarang pengiriman obat-obatan, disertai dengan pengeboman menakutkan yang terus-menerus diarahkan pada tenda-tenda pengungsian orang-orang Palestina. Mereka melaju cepat-cepat seperti monster- monster predator di dalam tenda, menyembelih anak-anak dan orang-orang tua, merobek-merobek isi perut dan menodai kehormatan para wanita. Orang-orang Syria an-Nashiriyyah berupaya menutup-nutupi atmosfer pembantaian ini dengan dalih menghentikan perang saudara, sehingga berbagai macam bantuan berdatangan kepadanya dari organisasi-organisasi Arab yang berjanji akan menutupi anggaran pengeluaran militer Syria yang bertugas di Lebanon … Selesailah sudah penghancuran perkemahan Tal Za’tar secara keseluruhan.” (Khiyanatu asy-Syi’ah wa Atsaruha fi Hazaimil Ummah Islamiyyah hlm. 84–85)

Penutup
Demikianlah sebagian dari pengkhianatan-pengkhianatan Syi’ah yang terekam di dalam kitab-kitab tarikh. Yang kita sebutkan di atas hanyalah sebagian kecil saja dari pengkhianatan-pengkhianatan mereka yang sudah mendarah daging di dalam diri-diri mereka. Pemaparan bahasan ini tidak lain adalah sebagai peringatan dan kewaspadaan bagi siapa saja yang terperdaya dan berprasangka baik kepada mereka, sekaligus membuka mata setiap muslim terhadap paham Syi’ah yang sangat besar di dalam menghancurkan Islam dan kaum muslimin. Wallahu musta’an[]

Pasang toolbar wahdahmakassar.org di browser Anda, Klik Di sini!

About the Author