Published On: Sat, Jun 6th, 2009

Pendidikan Tak Sekedar Fisik

Dunia pendidikan kembali geger. Korban kekerasan kembali berjatuhan di Kampus IPDN (Institut Pemerintahan Dalam Negeri) Jatinangor Sumedang, Jawa Barat. Seorang praja wafat akibat aksi premanisme yang dilakoni mahasiswa senior kepada mahasiswa yunior.

Buntutnya, kampus calon aparatur negara itu didemo habis-habisan. Sampai-sampai Presiden SBY merasa perlu turun tangan dengan menunjuk tim khusus yang bertugas mengevaluasi kurikulum dan sistem pembinaan di kampus calon praja tersebut. Niat awalnya adalah ingin membentuk pribadi bermental tangguh dan berdisiplin tinggi.

Pertanyaan kita adalah, apakah kekerasan adalah cara satu-satunya dan paling tepat untuk melahirkan aparatur yang disiplin, bermental baja dan bertanggung jawab..?
al-Balagh edisi kali ini khusus membahas bagaimana Islam memberi pondasi yang kokoh dalam membentuk manusia.
Tujuan Dasar Islam
Sasaran pertama yang dituju oleh Islam adalah membangun manusia shalih yang layak menjadi khalifah di muka bumi ini. Ia adalah makhluk yang paling lengkap potensinya dibandingkan dengan makhluk-makhluk yang lain. Itulah sebabnya amanah sebagai pemakmur bumi hanya dibebankan kepada manusia. Manusia shalih inilah yang menjadi dasar utama terbentuknya keluarga, masyarakat dan negara yang shalih. Masyarakat yang shalih terdiri dari individu-individu dan keluarga-keluarga yang terikat dengan nilai-nilai slam yang luhur dan prinsip-prinsipnya yang ideal.

Bersikap Lemah Lembut

Salah satu pondasi Islam yang sangat mendasar dalam membentuk masyarakat shalih adalah sikap lemah lembut dan kasih sayang. Mendahulukan lemah lembut adalah cara yang paling pertama dan utama dalam membentuk pribadi shalih. Lemah lembut adalah buah persaudaran, seperti yang digambarkan oleh Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam. Beliau bersabda: “kalian melihat kaum Muslimin dalam kasih sayang mereka seperti satu tubuh, jika satu tubuh mengadu, maka anggota tubuh yang lain ikut merasakan sakit dan tidak bisa tidur”(Bukhari & Muslim)

Dalam hadits yang lain Beliau bersabda:”Orang yang penyayang akan disayangi oleh ar-Rahman yang memberi berkah lag i Maha Tinggi. Sayangi orang yang ada di muka bumi ini, maka anda akan disayangi oleh siapa yamg ada di langit”(HR.Ahmad, Abu daud, dll)

Lembut dan kasih sayang wajib dilakukan terhadap anak-anak, orang miskin, orang tua, orang cacat dll. Allah berfirman:”tahukah kamu orang-orang yang mendustakan anak yatim? Mereka itulah yang menghardik anak yatim dan tidak memberi makan orang miskin.(al-Maa’un:1-3)

Sebaliknya, al-Qur’an mencela mereka yang berlaku kasar kepada orang miskin. Allah berfirman:”sekali-sekali tidak demikian, sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim, dan kamu tidak tidak salaing mengajak memberi makan orang miskin”(al-Fajr:17-18)
Lebih jauh, al-Qur’an dalam salah satu ayatnya menampilkan pemandangan hari kiamat tentang orang yang berlaku kasar terhadap orang miskin. Allah berfirman:”Peganglah dia, belenggulah tangannya dilehernya. Kemudian masukkanlah ia ke dalam neraka yang menyala-nyala. Kemudian belitlah ia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta. Sesungguhnya dia dulu tidak beriman kepada Allah yang Maha agung. Dia juga tidak mendorong memeberi makan orang miskin”(al-Haaqqah:30-34)

Saling mendukung dan menolong
Saling mendukung dan menolong adalah perbuatan yang ruang lingkupnya adalah kebajikan dan ketakwaan, bukan berbuat dosa dan pelanggaran seperti yang disebut dalam al-Qur’an. Seseorang yang jelas-jelas melakukan kesalahan, maka tidak pantas bagi saudaranya yang lain untuk mendukung apalagi memberikan pertolangannya.
Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam.menberi perumpamaan yang sangat bagus, dalam sabdnya:”Seorang mukmin dengan mukmin yang lainnya seperti sebuah bangunan. Antara satu dengan yang lainnya saling menguatkan, seraya beliau mengeratkan jari-jemarinya”(HR.Bukhari Muslim).

Hal ini berlaku untuk tolong menolong antara individu dengan individu, antara individu dengan kelompok , atau antara kelompok dengan kelompok. Demikian seterusnya. Allah ta’ala berfirman:”Dzulqarnain berkata:”apa yang dikuasakan oleh Rabbku kepadaku adalah baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat) agar aku membuat dinding antara aku dengan meraka (ya’juj dan ma’juj)”(al-Kahfi :95).

Saling memberi nasehat
Saling menasehati adalah bentuk tanggung jawab seorang muslim kepada saudaranya, keluarga dan masyarakatnya. Bentuknya dengan saling nasehat menasehati dalam kebenaran, saling ingat mengingatkan tentang kesabaran. Dan ini adalah di antara prinsip agama, konsekwensi iman, juga di antara syarat keselamatan dari kerugian. Allah berfirman:
“Demi masa, sungguh manusia benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang beriman dan melakukan amal shalih dan saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran”(al-’Ashr:1-3)
Dalam ayat yang lain disebutkan:
“Dan orang-orang beriman laki-laki dan perempuan sebahagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh yang ma’ruf, dan mencegah dari yag mungkar”(a-Taubah: 71)
Itulah di antara beberapa hal yang menjadi pondasi dasar pembentiukan pribadi dan mayarakat shalih. Dan sepanjang sejarahnya hanya Islam yang berhasil dengan gemilang melahirkan pribadi-pibadi dan masyarakat tangguh sepanjang sejarahnya. Wallahu a’lam bisshawab.

(Al Balagh Edisi 85/Rabi’ul Akhir 1428 H)

Pasang toolbar wahdahmakassar.org di browser Anda, Klik Di sini!

About the Author