Published On: Sun, Aug 18th, 2013

Mesir, Kami Bersamamu!

Saya bukan anggota Ikhwanul Muslimin.
Saya adalah seorang hamba yang berusaha meniti jalan kaum salaf, yang berusaha komitmen mendakwahkan manhaj Ahlussunnah.
Saya sendiri punya banyak catatan dan kritikan terhadap manhaj dan pemikiran organisasi ini serta para tokohnya. Terutama terhadap komitmen mereka untuk menepati manhaj al-Salaf al-Shaleh dalam seluruh aspek.
Saya bahkan secara khusus pernah mengkajikan sebuah buku berjudul Nazharat fi Manhaj al-Ikhwan al-Muslimin, yang mengkritik gerakan ini.
Tapi –seperti yang dikatakan oleh Syekh DR. Sa’ad al-Buraik hafizhahullah dalam akun Twitter-: Anda tidak perlu menjadi seorang Ikhwani untuk menolak kudeta militer brutal al-Sisi (semoga dia mendapatkan balasan yang sepantas dengan kekejiannya!) di sana. Ketidaksetujuanmu dengan Ikhwanul Muslimin bukan berarti engkau boleh berbaris dalam barisan kaum sekuler-liberalis pembantai mereka.
Sayangnya…
Banyak orang yang tanpa sadar –karena kebencian mereka kepada Ikhwanul Muslimin- malah mendukung kaum sekuler yang membantai mereka di Mesir.
Sayangnya lagi, orang-orang ini mengungkapkan kebencian itu di berbagai media sosial di internet. Akibatnya, kebencian itu menyebar dan terus menyebar, hingga mereka lupa bahkan untuk sekedar mendoakan kaum muslimin yang menjadi korban di sana. Yah, mereka yang gugur di Mesir kan masih muslim?
***
Peristiwa pembantaian demonstran muslim Mesir kali ini benar-benar menjadi ujian manhaj bagi kita yang mengaku sebagai seorang Salafy. Tragedi Mesir ini benar-benar menguji seberapa jauh pemahaman dan pengamalan kita terhadap konsep al-Wala’ wa al-Bara’ yang dijelaskan oleh para ulama salaf rahimahumullah.
Konsep itu sungguh sangat jelas. Cinta dan benci selalu diukur sesuai jauh-dekatnya seseorang dengan Allah dan RasulNya. Kepada sesama muslim dan mukmin, kita memberikan wala’ (loyalitas) sesuai kadar ketaatan mereka kepada agama Allah dan di saat yang sama kita harus bara’ (berlepas diri) terhadapnya sesuai kadar penyimpangannya dari jalan Allah Ta’ala.
Seorang mukmin –bagaimanapun juga- tidak bisa diperlakukan seperti orang kafir. Seakan-akan tidak ada lagi kebaikan, tidak ada lagi cinta dan belas kasihan yang patut diberikan kepadanya. Karena itu, Syeikh al-Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah memberikan sebuah contoh aplikatif terhadap prinsip ini dengan seorang muslim yang mencuri. Beliau menjelaskan bahwa sebagai bentuk bara’ kita terhadap kejahatannya, maka kita memotong tangannya. Namun setelah itu, jika memang ia membutuhkan, maka sebagai bentuk wala’ kita sebagai muslim, ia patut mendapatkan bagian dari Baitul Mal kaum muslimin!
Sekarang,
Dalam kasus Mesir…
Dalam kasus kudeta terhadap Presiden Mursi…
Dalam kasus pembantaian para demonstran oleh al-Sisi…
Ikhwanul Muslimin mungkin salah…Siapa pun mungkin saja keliru…
Tapi apakah waktunya tepat untuk mengulas dan membahas “kesesatan Ikhwanul Muslimin”?
Apakah bijaksana untuk menyibukkan diri dalam mendebatkan “hukum demonstrasi”?
Pantaskah mengatakan –seperti komentar sebagian ikhwah atau akhawat di Facebook-: “Makanya siapa suruh ikut demonstrasi?”

Maafkan saya…
Tapi saya sungguh-sungguh bingung dengan pemikiran sebagian orang yang mengaku pengikut Manhaj al-Salaf, yang kelihatannya kebencian mereka terhadap Ikhwanul Muslimin begitu memenuhi jiwa dan raga mereka, sehingga kelihatannya (sekali lagi: kelihatannya!) tidak ada ruang untuk memberikan sedikit saja wala’, cinta dan kasih sayang kepada mereka.
Pokoknya apapun yang berbau Ikhwanul Muslimin harus ditahdzir!
Akibatnya tampak jelas dalam menyikapi peristiwa tragis pembantaian di Mesir terakhir ini…
Ketika hampir seluruh dunia menyatakan keprihatinannya…bahkan sebagian pihak kuffar juga menyampaikan keprihatinan…
Sebagian orang yang saya sebut itu malah sibuk mempersoalkan dan menyalahkan Ikhwanul Muslimin…Persis seperti seorang ibu yang menemukan anaknya terluka parah karena jatuh dari sepeda. Alih-alih menolong dan mengobati lukanya, sang ibu malah mengomel: “Nah, siapa suruh main naik sepeda? Dasar anak nakal!”
Benar-benar picik gaya berpikir seperti itu!

Begitulah, mereka sibuk mengkritik dan menyalahkan Ikhwanul Muslimin, membagikan kritikan (baca: hujatan) itu sambil Facebook-an dan BBM-an…
Hingga akhirnya, mereka lupa bahkan untuk sekedar mengirimkan sepenggal doa bagi mereka yang gugur terbantai di bumi Kinanah, Mesir itu.
Tidak ada doa. Tidak ada simpati.
Apakah karena Ikhwanul Muslimin memang sudah bukan saudara muslim kita lagi??!
Mereka pasti tahu jawabannya.
Apapun itu, setiap kata yang mereka tuliskan, ucapkan dan share di berbagai media; semuanya akan dihisab dan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah.

Tapi kepada Mesir…
Kepada saudara-saudaraku kaum muslimin yang berdemonstrasi di sana…
Semoga Allah Ta’ala menerima kalian yang gugur sebagai syuhada’…
Semoga Allah Azza wa Jalla memberikan kesabaran kepada yang ditinggalkan…
Semoga Allah Ta’ala menghancurkan al-Sisi dan pasukannya, kaum sekuler-liberalis dan siapa saja yang mendukung mereka…Semoga kalian saling menikam dan membantai sesama kalian…Semoga Mesir segera disucikan oleh Allah dari tangan-tangan keji kalian…
Semoga Allah Ta’ala menegakkan Syariat-Nya di Mesir dan di seluruh negeri kaum muslimin…

Kepada Mesir kukatakan: Kami bersamamu! Meski hanya dalam sepenggal doa yang sederhana…

Akhukum wa Muhibbukum fiLlah
Muhammad Ihsan Zainuddin

Pasang toolbar wahdahmakassar.org di browser Anda, Klik Di sini!

About the Author