Menyambut Kematian

0

Oleh: Ustadz Ahmad Hanafi, Lc. MA.

Saudaraku!

واعبد ربك حتى يأتيك اليقين

“Dan sembahlah Tuhan-Mu hingga datang keyakinan” (QS al-Hijr: 99 )

Keyakinan yang dimaksud dalam ayat di atas adalah “kematian”, yang bermakna bahwa kematian adalah sesuatu yang pasti dan niscaya akan dialami oleh siapapun dia. Ia akan datang kepada sang raja sebagaimana ia akan menghampiri rakyat biasa. Ia akan menjemput si kaya sebagaimana si miskin juga tak dapat menolak kedatangannya. Ia pasti dan akan datang, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

كل نفس ذائقة الموت

“Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan kematian” (QS al-Imran: 185 )

أينما تكونوا يدرككم الموت ولو كنتم في بروج مشيدة

“Dimanapun kalian berada, kematian pasti akan datang, walau kalian berada dalam benteng yang kokoh” (QS Annisa: 78)

إذا جاء أجلهم فلا يستأخرون ساعة ولا يستقدمون

“Apabila ajal mereka datang, maka mereka tidak dapat mengundurkan dan mendahulukannya walau sesaat” (QS Yunus 49)

Saudaraku!

Hal yang terpenting dalam menyikapi kematian adalah bagaimana kita mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangannya. Karena persoalannya, ia tidak akan pernah memberi tahu seseorang kapan ia akan datang. Ia bisa saja datang tak kala kita sehat, muda, kuat dan kaya, sebagaimana ia juga bisa datang tak kala kita sakit, tua, lemah dan miskin. Dan tak perlu kita berbicara bukti, karena kenyataan di sekeliling kita sudah cukup kuat membuktikan akan hal ini. Adalah hal yang salah, kalau kita selalu merasa aman dari kematian.

Saudaraku!

Alangkah indahnya, ketika kita mendengar seseorang yang meninggal dalam keadaan mengucapkan syahadat “La ilaha Illallah”, alangkah indahnya tak kala kita mendapati seseorang meninggal dunia dalam keadaan sujud, puasa, qiyamullail, mengaji dan berdzikir menyebut nama Sang Khaliq Azza wa Jalla.

Tapi, tak sedikit pula kita mendengar seseorang yang mati dalam keadaan yang mengenaskan, dalam keadaan melakukan maksiat kepada Allah. Ia mati dalam keadaan berzina, mabuk, mencuri, durhaka kepada orang tua, bahkan Naudzu billahi min dzalik, ia mati dalam keadaan syirik kepada Allah.

Saudaraku!

Kalau demikian halnya, maka mari kita menyibukkan diri untuk menyambut kematian yang pasti akan datang. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

“Orang yang pandai adalah orang yang beramal untuk bekal sesudah mati, dan orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsu terlalu mempunyai cita-cita yang muluk-muluk” (HR Ibnu Majah no. 4260, Turmudzi no. 4259)

Berikut hal-hal yang perlu untuk selalu diingat!

Jangan pernah menunda amal kebajikan

Bersegeralah melakukan kebajikan ketika ada kesempatan, jangan pernah menunda-nunda untuk melakukannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:

“Ada dua nikmat di mana manusia banyak tertipu dengan keduanya, nikmat sehat dan kesempatan” (HR Ibnu Majah No. 4170, Turmudzi No. 2340)

Peluang kebajikan terbuka lebar di hadapan kita. Tak terhitung begitu banyak ibadah yang disyariatkan kepada kita mulai yang wajib hingga yang sunnah. Bahkan yang mubahpun bisa berubah menjadi ladang pahala jika kita meniatkannya untuk ibadah. Sahabat Ibnu umar memberikan wejangan yang sarat makna kepada kita: “Apabila engkau berada di sore hari jangan menunggu hingga datangnya pagi, dan juga sebaliknya, jika engkau berda di pagi hari jangan pernah menunggu hingga datangnya petang” (HR. Bukhori No. 6053)

Hilangkan dalam diri ketergantungan kepada dunia

Dunia dalam pandangan Islam sangatlah hina. Tapi di balik kehinaannya ia bisa membuat banyak orang lupa akan hakikat penciptaanya. Karena dunia, seseorang rela mempertaruhkan jiwa dan raganya, walaupun yang ia dapatkan hanya sedikit dari kenikmatan dunia. Karena urusan dunia, ia dengan sadar meninggalkan banyak kewajibannya kepada Sang Khaliq Yang meluaskan rezki kepadanya. Lantas ia pun lupa bahwa hidup ini hanya sementara.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Dunia itu terlaknat, yang berada di dalamnya juga ikut terlaknat kecuali dzikir kepada Allah, seorang alim dan penuntut ilmu” (HR. Ibnu Majah No. 4112 dan Turmudzi No. 2322)

Ingat! Usia kita hanya sebentar

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Usia rata-rata ummatku antara 60 sampai dengan 70 tahun, dan sedikit yang melebihi angka tersebut” (HR. Ibnu Majah No. 4236 dan Turmudzi No. 3550)

Kita hidup ibarat seseorang yang melintasi sebuah jalan dan seperti seorang pengembara berkelana, yang pasti merindukan pulang ke kampung halaman. Dan kampung halaman kita yang hakiki adalah kampung akhirat. Dan yakinlah, bahwa semua usia perjalan hidup kita pasti akan kita pertanggungjawabkan di hadapan Allah Ta’ala.

Semua amalan dan tindakan kita pasti tercatat

Allah Ta’ala berfirman:

“Dan tidaklah keluar satu ucapan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir” (QS. Qaaf: 18)

Akan datang suatu hari, mulut akan tertutup rapat, tangan dan kaki akan bersaksi tentang apa yang pernah ia lakukan. Semua akan terungkap, hatta yang terkecil. Allah Ta’ala berfiman:

“Pada hari (ketika) lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan” (QS Annur 24)

Jagalah anggota badan anda, karena bisa jadi semuanya akan bersaksi dan memberatkan anda di hari pengadilan nanti.

Jangan pernah berhenti untuk bertaubat

Terjatuh dalam dosa dan maksiat adalah hal yang lumrah dan wajar bagi seorang manusia. Tapi hal yang tidak wajar adalah ketika seseorang bersalah dan tidak mau mengakui kesalahannya. Maka perbanyaklah beristigfar sebagaimana baginda Rasul Shallallahu’alaihi wasallam beristigfar 70 kali hingga 100 kali dalam sehari. Beliau bersabda:

“Setiap anak adam pasti melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah orang bertaubat” (HR. Ibnu Majah No. 4251 dan Turmudzi No. 2499)

Hadirkan kematian dalam setiap waktu

Akhirnya, agar kematian selalu terbayang dan hadir menemani kita, maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan petuah pamungkas, beliau bersabda:

Sering-seringlah mengingat sesuatu yang akan memutuskan segala kelezatan, yaitu kematian” (HR. Ibnu Majah No. 4258, Turmudzi No. 2307 dan Annasa’i No. 1824)

Ya Allah jadikanlah amal kami yang terbaik yang paling akhir, jadikanlah usia yang terakhir sebagai penutup terindah dan jadikanlah hari yang teragung buat kami adalah hari pertemuan dengan-Mu. Amin

Riyadh, 20 Muharram 1431 H.

 

(MarkazInayah.com)

Share.

Leave A Reply