Mengagumkan, Hamba antara Dosa dan Ketaatan

0

Sahabat, banyak cara Allah membuatmu menjadi seorang mulia. Tidak hanya dengan nikmat yang kau kira hanya itu cara yang dapat membuatmu mulia, tidak. Bahkan ketika kau berpikir ada sesuatu yang dapat membuatmu binasa, itupun bisa menjadikanmu mulia. Mari kita simak ucapan mulia dari seorang ulama rabbani, namanya sudah tak asing di telingamu, ia adalah Ibnu Qayyim al-Jauziyah rahimahullah. Ia berkata:

أن الله -سبحانه- إذا أراد بعبده خيرا أنساه رأية طاعته ورفعها من قلبه ولسانه، فإذا ابتلي بالذنب جعله نصب عينيه ونسي طاعته وجعل همه كله بذنبه فلا يزال ذنبه أمامه إن قام أو قعد أو غدا أو راح فيكون هذا عين الرحمة في حقه

Bahwasanya jika Allah subhanahu wata’ala menginginkan kebaikan pada hamba-Nya, Dia akan membuat hamba itu lupa pada pandangan ketaatan pada-Nya, lalu mengangkat itu dari hati dan lisannya.

Hingga apabila hamba itu telah diuji dengan satu dosa, ia akan menjadikan dosa itu selalu berada di pelupuk matanya, ia melupakan semua ketaatannya (karena mengira dirinya akan binasa-pent), lalu ia menjadi sedih karena dosa yang ia lakukan itu. Akhirnya, ia terus memikirkan dosanya itu, serasa dosa itu selalu berada di hadapannya, apabila ia berdiri, duduk, pulang ataupun pergi. Karena itu hal inilah yang menjadi rahmat baginya.

كما قال بعض السلف : إن العبد ليعمل الذنب فيدخل به الجنة ويعمل الحسنة فيدخل بها النار. قالوا وكيف ذلك؟ قال : يعمل الخطيئة فلا تزال نصب عينيه كلما ذكرها بكى وندم وتاب واستغفر وتضرع وأناب إلى الله وذل له وانكسر وعمل عملا فتكون سبب الرحمة في حقه. ويعمل الحسنة فلا تزال نصب عينيه يمن بها ويراها ويتعدها على ربه وعلى الخلق ويتكبر بها ويتعجب من الناس كيف لا يعظمونه ولا يكرمونه ويجلونه عليها فلا تزال هذه الأمور به حتى تقوى عليه آثارها فتدخله النار

Sebagaimana perkataan para salaf: “Sesungguhnya ada hamba yang melakukan dosa namun ia dengannya bisa masuk surga, adapula yang melakukan kebaikan, namun justru dengannnya ia masuk ke dalam neraka.” Orang-orang berkata: “Bagaimana itu bisa terjadi?” Dia berkata (salaf-pent) : “Dia melakukan kesalahan hingga merasa bahwa kesalahan itu selalu berada di pelupuk matanya. Akhirnya, setiap kali ia mengingatnya, ia menangis, menyesal, bertaubat, ia beristighfar, merasa iba, kembali kepada Allah, ia merasa hina hingga ia merasa akan pecah. Iapun melakukan amalan-amalan yang menjadi sebab ia mendapat rahmat-Nya. Dan yang melakukan suatu kebaikan, ia senantiasa melihat kebaikan itu di pelupuk matanya, ia menyebut-nyebutnya, merasa riya hingga melampaui batas terhadap Rabbnya dan kepada makhluk. Ia pun sombong, dan merasa heran ketika orang-orang tidak mengagungkan dan tidak memuliakannya. Perkara buruk ini senantiasa menjadi bagian dari perangainya, hingga pengaruhnya menjadi lebih kuat padanya, lalu memasukkanny ke dalam neraka.

فعلامات السعادة أن تكون حسنات العبد خلف ظهره وسيئاته نصب عينيه . وعلمات الشقاوة أن يجعل حسناته نصب عينيه وسيئاته خلف ظهره والله المستعان

Maka tanda-tanda kebahagiaan adalah ketika seorang hamba menjadikan kebaikan-kebaikan yang dilakukannya serasa berada di belakangnya sedang kesalahan-kesalahannya berada di pelupuk matanya. Adapun tanda-tanda kebinasaan adalah ketika seseorang menjadikan kebaikan-kebaikannya selalu berada di pelupuk matanya, sedang kesalahan-kesalahannya berada di belakanngnya (melupakannya). Wallahul musta’an. (Miftaah Daari as-Sa’adah: 400)

Sahabat, jangan pernah berputus asa dari rahmatnya, dan jangan pernah engkau berbangga diri dengan banyaknya amalan-amalan baikmu. Tetaplah merendah hati, karena sesungguhnya orang-orang yang mulia itu selalu terhiasi dengan kerendahan hati dan jauh dari sifat sombong.

Mari selalu beristighfar. Semoga Allah memasukkan kita semua ke dalam surga-Nya dan menjauhkan kita dari neraka-Nya walau sekejap mata. Sahabat, ingat aku dalam baiknya doa-doamu. Muhibbukum fillah

Oleh Ustadz Abu Ukasyah Wahyu al-Munawy

Sumber : wahdah.or.id

Share.

Leave A Reply