Published On: Fri, Jun 24th, 2011

Masuk Surga Karena Akhlaknya

Anas Ibn Malik menceritakan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Al-Nasa’i, tentang orang yang disebut-sebut sebagai penghuni surga. Diceritakan oleh Anas, “Suatu hari kami bersama para sahabat yang lain duduk dalam satu majlis bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di tengah-tengah memberi wejangan beliau berkata, “Sebentar lagi akan lewat di hadapan kalian seorang lelaki penghuni surga”. Tak lama berselang, tiba-tiba muncul seorang lelaki anshar dengan janggut masih basah oleh air wudlu. Ia berjalan dengan tangan kiri menjinjing sandal”.

Keesokan harinya dalam kesempatan yang sama, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam kembali berkata begitu, “Akan datang seorang lelaki penghuni surga”. Tak lama kemudian lelaki itu kembali muncul. Dalam kesempatan yang lain, untuk ketiga kalinya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan hal yang sama. Demi menghapus rasa penasaran, sahabat Abdullah Ibn Amr Ibn Al-Ash mencoba membuntuti lelaki anshar yang disebut-sebut Rasulullah sebagai penghuni surga. Abdullah Ibnu Amr berhenti sejenak sambil berpikir mencari alasan yang tepat untuk dapat menyelidiki orang itu. Setelah menemukan alasan yang tepat, ia menghentikan langkah lelaki itu dan berkata, “Wahai kawan, dapatkah kamu memberi pertolongan? aku bertengkar dengan ayahku dan berjanji tidak akan menemuinya selama tiga hari. Maukah kamu memberi tumpangan selama tiga hari itu?”, pinta Abdullah Ibn Amr. Setelah diperbolehkan, Abdullah Ibn Amr mengikuti lelaki itu menuju rumahnya dan bermalam di rumah itu selama 3 hari.

Tujuan Abdullah Ibnu Amr bermalam tidak lain agar ia dapat melihat apa gerangan ibadah yang dilakukan orang itu hingga Rasulullah menyebutnya sebagai penghuni surga. Sampai dengan malam ketiga, Abdullah Ibnu Amr tak melihat sesuatu yang istimewa dari lelaki itu dalam ibadahnya, sampai ia hampir saja meremehkan amalan ibadah lelaki itu. Akhirnya Abdullah Ibnu Amr berterus terang kepadanya, “Hai hamba Allah, sebenarnya aku tidak sedang bertengkar dengan ayahku dan juga tidak sedang bermusuhan. Aku hanya ingin membuktikan apa yang telah dikatakan Rasulullah tentang dirimu. Beliau katakan dalam sebuah majelis sampai 3 kali, “Akan datang seorang di antara kalian lelaki sebagai penghuni surga”. Aku ingin tau apa amalan yang membuatmu demikian dan aku ingin menirukan agar bisa mencapai kedudukan seperti dirimu”.

Orang itu berkata, “Yang aku amalkan setiap hari tak lebih dari apa yang kau saksikan”.

Saat Abdullah Ibn Amr hendak berpamitan pulang, orang itu kembali berkata, “Demi Allah, amalku tidak lebih dari yang kau lihat, hanya saja aku tak pernah menyimpan niat buruk terhadap sesama muslim (juga yg lain). Aku juga tak pernah ada rasa dengki kepada mereka yang mendapat anugerah dan kebaikan dari Allah”. Mendengar pernyataan itu, Abdullah Ibn Amr membalas, “Begitu bersihnya hatimu dari prasangka buruk dan perasaan dengki kepada orang lain. Inilah nampaknya yang membuatmu berada di tempat yang mulia itu. Sesuatu yang tak dapat aku lakukan”.

Hati yang bersih dari prasangka buruk dan perasaan dengki kepada sesama hamba Allah, terlihat sederhana. Tapi justru itulah yang sebenarnya paling sulit dilakukan. Barangkali kita mampu Qiyamullail, sujud, rukuk di hadapanNya, tapi amat sulit menghilangkan kedengkian kepada orang lain yang timbul dari apa yang Allah anugerahkan sesuatu kepada orang lain dan kita tak mendapatkannya. ”Inilah justru yang tidak dapat kita lakukan”, demikian kata Abdullah Ibn Amr Ibn Al-Ash.

(Sumber : Hayat Al-Shahabah :2)

Pasang toolbar wahdahmakassar.org di browser Anda, Klik Di sini!

About the Author