Masjid Aqsha Warisan Para Nabi Allah

0

Nabi Adam alaihis salam yang pertama kali membangunnya dibantu oleh anak-anaknya (dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa yang membangun pertama kali adalah malaikat), kemudian direnovasi kembali oleh Nabi Ibrahim alaihis salam dan dan dilanjutkan oleh anak cucunya, Nabi Ishaq dan Ya’qub alaihimas salam. Kemudian, ketika datang Nabi Sulaiman alaihis salam, beliau kembali membangun masjid Aqsha sesuai pondasi yang telah dibangun oleh Nabi Adam alaihis salam.

Ibnu Majah meriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amr, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: ”Ketika Sulaiman bin Daud merampungkan pembangunan Baitul maqdis, beliau memohon kepada Allah tiga perkara: menetapkan hukum (perkara) sesuai dengan ketetapan hukumNya, diberi kerajaan yang tidak akan diberikan kepada orang setelahnya, dan siapa saja yang datang ke masjid ini, tidak memiliki tujuan lain kecuali shalat padaNya maka ia akan terbebas dari dosa-dosanya sebagaimana ketika ia dilahirkan oleh ibunya”. Lalu beliau bersabda: ”Dua perkara telah dikabulkan untuknya, dan aku harap permintaan yang ketiga pun dikabulkan”.

Setelah Baitul maqdis ditaklukkan oleh umat Islam di bawah komando sahabat mulia, Abu Ubaidah bin Jarrah radhiallahu anhu, sang khalifah, Umar bin Khattab radhiallahu anhu datang untuk menerima langsung masjid Aqsha dari orang orang Nasrani (yang diwakili oleh pendetanya) yang menguasainya pada saat itu. Umar bin Khattab memerintahkan untuk membangun masjid yang kemudian direnovasi oleh khalifah dinasti Umaiyyah, dimulai oleh sang khalifah Abdul Malik bin Marwan, dan diberi nama jami’ al Qibli, lalu dilanjutkan oleh anaknya, khalifah Walid. Renovasi masjid Aqsha kembali dilakukan pada masa dinasti Abbasiyah. Masjid ini juga bernama Baitul maqdis, sebagaimana pada hadits di atas. Luasnya sekitar 14,4 Ha, dikelilingi oleh tembok yang mencakup kubah Shakhrah yang terletak di jantung masjid Aqsha, masjid jami’ al Qibli yang berada di arah kiblat masjid Aqsha, depan kubah Sakhrah, tempat khalifah Umar bin Khattab shalat ketika datang untuk serah terima masjid Aqsha, dan sejumlah bangunan lainnya yang terdiri dari beberapa masjid, menara, pintu, kubah, mashthabah (gundukan tanah sebagai tempat untuk menuntut ilmu), madrasah, saluran air, sumur, mihrab, perpustakaan, pelataran hingga pepohonan. Perlu diketahui bahwa luas dan batas batas masjid Aqsha tidak berubah sepanjang sejarah, sejak dibangun pertama kali hingga hari ini.

Keutamaan Masjid Aqsha

Masjid Aqsha memiliki banyak keistimewaan dan keutamaan, di antaranya:

  1. Qiblat pertama umat Islam dalam shalatnya.

Setelah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam diutus sebagai Nabi dan Rasul, beliau melaksanakan shalat di Mekah menghadap arah Baitul maqdis dengan menjadikan Ka’bah antara beliau dan Baitul maqdis, hingga beliau hijrah ke Madinah masih tetap shalat menghadap Baitul maqdis atas perintah Allah selama enam belas bulan. Namun hati Rasulullah shallallahu alaihi wasallam masih terpaut kepada Ka’bah dan sangat ingin agar shalat beliau menghadap kepadanya, akhirnya Allah turunkan perintah untuk mengalihkan kiblat dari Baitul maqdis ke Ka’bah. Ibnu Abbas berkata: ”Dahulu, ketika masih di Mekah, Rasulullah shalat menghadap Baitul maqdis, sementara Ka’bah di hadapannya, hingga setelah beliau hijrah ke Medinah selama enam belas bulan, kemudian ia (kiblat) dialihkan ke Ka’bah” [HR. Ahmad].

Berkenaan dengan pengalihan kiblat ini, Allah turunkan ayat al Qur’an, dalam surat al Baqarah ayat 144. Dan Masjid Aqsha juga sebagai kiblat sekaligus tempat ibadah sejumlah Nabi-Nabi sebelum diutusnya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

  1. Tempat yang diberkahi Allah Ta’ala

Masjid Aqsha dan sekitarnya telah diberkahi oleh Allah Ta’ala, sebagaimana dalam firman-Nya: ”Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya” [QS. al Isra:1]. Dan dalam [QS. al Anbiya:81]: ”Dan (telah Kami tundukkan) untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya yang berhembus dengan perintahnya ke negeri yang kami telah memberkatinya”.

  1. Tempat isra’ Rasulullah, dan dari situ mi’raj (naik) ke langit hingga sampai ke sidratul muntaha untuk menerima perintah shalat fardhu lima waktu.

Di masjid Aqsha inilah, beliau shalat mengimami para Nabi dan rasul. Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda: ”Didatangkan kepadaku Buraq, seekor tunggangan putih, lebih tinggi dari keledai dan lebih rendah dari baghal, ia berupaya meletakkan telapak kakinya di ujung pandangannya. Setelah menungganginya, maka Buraq itu berjalan membawaku hingga sampai ke Baitul Maqdis. Aku ikat tunggangan itu di tempat para Nabi biasa menambatkan tunggangan mereka. Lalu aku masuk dan menunaikan sholat dua raka’at di dalamnya” [HR.Muslim]. Dalam shohih Muslim juga, Abu Hurairah meriwayatkan dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bahwa di Baitul maqdis, beliau menyaksikan para Nabi melaksanakan shalat, lalu beliau bersabda: ”Kemudian tiba waktu shalat, lalu aku shalat mengimami mereka”.

  1. Shalat di dalamnya memiliki keutamaan khusus yang tidak dimiliki oleh masjid lain -kecuali Masjidil haram dan masjid Nabawi-.

Yaitu pahalanya dilipatgandakan. Oleh karena itu, ia termasuk satu di antara tiga masjid yang boleh sengaja melakukan perjalanan kepadanya. Rasulullah bersabda: ”Tidak boleh melakukan perjalanan (safar dalam rangka ibadah) kecuali kepada tiga masjid, masjidku ini (masjid Nabawi), Masjidil haram dan masjid Aqsha ” [HR.Bukhari].

Masjid Aqsha adalah milik umat Islam, merekalah pewaris masjid mulia ini. Namun, orang orang Yahudi ingin merampas paksa aset ini dari umat Islam. Berbagai macam makar dan upaya yang mereka lakukan untuk itu, sejak tahun 1948 M, ketika mereka menduduki wilayah Baitul maqdis. Mulai dari sengaja membakar masjid Aqsha, lalu menduduki beberapa bagian darinya dan menjadikannya tempat ritual agamanya, misalnya tembok ratapan, melarang umat Islam masuk dari beberapa pintunya dan hanya diizinkan bagi orang Yahudi untuk masuk, menggali lubang dan terowongan di bawah masjid Aqsha yang hingga sekarang kedalamannya mencapai 60 m, menyebabkan banyak bagiannya retak dan dengan gempa ringan dapat menyebabkan masjid runtuh. Alasan mereka menggalinya adalah anggapan mereka bahwa di atas tanah masjid Aqsha telah dibangun Haikal Nabi Sulaiman, yang beliau bangun sebagai tempat ibadah bagi orang orang Yahudi, kemudian Haikal itu telah dihancurkan dan dibangun di atasnya masjid Aqsha, sehingga mereka ingin membangunnya kembali, sebab ia adalah tempat ibadah terpenting bagi umat Yahudi. Namun semua itu hanyalah klaim, tanpa ada bukti ilmiah selain kitab-kitab mereka yang telah diotak-atik sendiri, dan terdapat banyak hal yang kontroversi antar kitab-kitab tersebut terkait Haikal Sulaiman. Penggalian untuk mencari peninggalan Haikal itu telah dimulai sejak tahun 1968 M hingga hari ini, namun tidak ada sedikit pun bukti yang menguatkan keberadaannya, justru sebaliknya, semakin menguatkan dongeng palsu mereka.

Betapa panjang derita saudara saudara kita umat Islam di Gaza akibat penjajahan orang orang Yahudi Israel yang ingin merebut negeri mereka, dan yang terburuk, mereka ingin merampas masjid Aqsha dari umat Islam. Masjid Aqsha bukan hanya miliki warga Gaza, atau bangsa Palestina, tapi milik seluruh umat Islam, sehingga kita wajib membela dan mendukung saudara saudara kita yang terus berjuang menghalau kaum Zionis yang ingin merampas masjid Aqsha dan mengusir mereka dari negerinya. Hari ini, kaum Zionis itu mengotori kesucian masjid Aqsha dengan melarang azan dikumandangkan di dalamnya, bahkan menutupnya dari umat Islam yang ingin melaksanakan ibadah padanya, bahkan sampai menumpahkan darah mereka secara brutal.

Semoga Allah Ta’la menurunkan azabnya kepada kaum Zionis terlaknat dan menjaga masjid Aqsha serta saudara saudara kita umat Islam di sana … amiin.

Penulis : Ustadz Aswanto Muh. Takwi, Lc
Sumber : Markazinayah.com

Share.

Leave A Reply