Published On: Mon, May 23rd, 2011

Majusi VS Muslim

Teluk di sebelah utara Bahrain, Qatar, Emirat dan Oman disebut Teluk Arab karena bangsa Arab ada disekitarnya. Dari sisi timur terletak Semenanjung ‘Arab, kemudian dari sisi timur dari arah Iran terletak daerah Ahwaz Arab, yang disebut Arabistan yang diduduki (dijajah) oleh Iran pada tahun 1925 M, yang kemudian disebut secara mutlak Pendudukan Arabistan, sebagaimana hal itu jelas di peta yang bisa diperhatikan bahwa mayoritas penduduk tepi pantai teluk ini adalah Bangsa Arab. Demikian pula sepanjang teluk tersebut hingga ke selatan terletak laut Arab yang membelah teluk tersebut.

Ini adalah informasi dari sisi letak geografis. Adapun jika Anda menginginkannya dari sisi sejarah, maka teluk tersebut belum memiliki nilai yang semestinya kecuali setelah bangsa Arab menaklukkan Persia, dan masuknya Islam kedalamnya. Dari sinilah, dimulai peradaban yang hakiki bagi teluk ini. Maka apakah bangsa Arab tidak berhak untuk menamakan teluk itu dengan nama mereka, sementara merekalah yang mempertahankannya dan menjadikan seluruh negeri yang ada di tepiannya sebagai negeri Islam? Bahkan saya katakan bahwa yang lebih utama bagi bangsa Arab adalah menamakannya dengan Teluk Umar, karena penaklukan itu adalah atas perintah Khalifah Umar bin al-Khaththab Radhiallahu ‘Anhu yang memiliki keutamaan dalam menyelamatkan penduduk Persia dari kegelapan berhala, dan api Majusi kemudian memasukkan mereka ke dalam cahaya Islam. Akan tetapi yang mengejutkan, bahwa orang pertama kali yang melaknat Umar dan membunuhnya adalah penduduk Persia, setelah yang menaklukkan negeri mereka dan menyelamatkan mereka adalah Umar bin al-Khaththab Radhiallahu ‘Anhu.

Kami merasa heran, mengapa penduduk Persia tidak ridha menamakan teluk tersebut dengan teluk Arab, sementara mereka mengklaim diri mereka cinta kepada ahlul bait, sementara seluruh ahlul biat adalah bangsa Arab. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah orang Arab, Ali Radhiallahu ‘Anhu, adalah orang Arab, Fathimah Radhiallahu ‘Anhu adalah orang Arab, al-Hasan dan al-Husain Radhiallahu ‘Anhum adalah orang Arab. Maka mengapa penduduk Persia tidak mengalah demi memuliakan Ahlul bait yang orang Arab itu jika kecintaan mereka itu jujur kepada ahlul bait???!

Bahkan mengapa penduduk Persia tidak mengalah demi memuliakan al-Qur`an yang mulia yang berbahasa Arab?

Ini adalah sebuah pertanyaan yang Anda sulit mendapatkan jawabannya dari mereka.

Agar saya bisa menegaskan bagi Anda, bahwa kami tidak fanatik dengan suku kami, dan bahwa merekalah yang fanatik dengan suku Persia, dengan fanatik buta, maka sesungguhnya kami di majalah Qiblati, sebagai solusi akan permasalahan ini, kami memberikan usul agar teluk itu diberi nama Teluk Islam, maka apakah orang-orang Persia itu setuju akan penamaan ini???!

Dengan yakin, mereka tidak akan setuju. Jika mereka tidak setuju, maka ini adalah sebuah dalil yang menjelaskan bahwa Islam bukanlah sesuatu yang paling mahal bagi mereka. Akan tetapi suku merekalah yang lebih didahulukan atas segala sesuatu, sekalipun agama Allah adalah sesuatu yang paling mahal yang dianugerahkan kepada manusia. Inilah sebab yang menjadikan mereka membatasi imamah (kepemimpinan) itu pada keturunan al-Husain dan tidak dari keturunan al-Hasan, karena imam-imam mereka datang dari istri al-Husain yang berkebangsaan Persia, dan mereka tidak ingin imamah itu datang dari keturunan istri al-Hasan yang berkebangsaan Arab.

Oleh : Syekh Mamduh Farhan al-Buhairi

Sumber: https://qiblati.com/majusi-vs-muslim.html

Catatan redaksi:

Menurut informasi bahwa saat ini Google melakukan voting untuk memilih antara nama teluk arab dan teluk Persia. Jika yang menyuarakan teluk Persia menang maka nama teluk arab akan dihapus diganti dengan teluk Persia di Googgle Maps. Ini dilakukan karena tuntutan Iran agar Google menggunakan nama Teluk Persia. Info selengkapnya bisa dilihat di sini https://qiblati.com/darurat-wahai-ummat-nabi-muhammad-saw-%E2%80%8F%E2%80%8B%E2%80%8F%E2%80%8B.html

Pasang toolbar wahdahmakassar.org di browser Anda, Klik Di sini!

About the Author