Khutbah|10/05/2012 11:22 pm

Khutbah Jum’at: Taqwa Solusi Islam Mengatasi Ekses Modernisasi

Hadirin sidang Jum’at rahimakumullah.

Seiring pesatnya perkembangan Ilmu dan Tekhnologi, cepatnya kemajuan iptek dan derasnya arus informasi yang melanda umat manusia dewasa ini, justru dari satu sisi menimbulkan dampak negatif berupa kerusakan-kerusakan tata nilai kehidupan, kian meningkatnya kriminalitas dengan tindak kekerasan, judi, penyalahgunaan obat terlarang, sarana dan prasarana kemaksiatan semakin mudah didapatkan, dari panti-panti pijat sampai diskotik dan tempat-tempat hiburan kelas tinggi, dari bioskop-bioskop yang ada di dalam rumah sampai foto-foto porno dari artis-artis tak bermoral sampai bintang-bintang film yang bejat akhlaqnya, membuat orang semakin nekat dan berani melakukan maksiat.

Kasus-kasus pembunuhan, pemerkosaan dan perzinaan, hampir terjadi setiap hari, baik yang memenuhi halaman-halaman surat kabar ataupun yang menjadi berita-berita aktual radio dan televisi.

Maka dalam salah satu pernyataannya Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (1) menyatakan bahwa: “Dalam dua tahun terakhir ini tercatat sebanyak “dua juta” wanita melakukan ABORSI (pengguguran kandung) 750 ribu di antaranya remaja belum menikah. “Dan kalau dibandingkan dengan angka kelahiran pertahunnya maka jumlah “dua juta janin yang mati” karena aborsi tersebut adalah amat sangat luar biasa. Dan jika ini terus diurut, maka jumlah yang akan didapat tentunya akan jauh lebih besar lagi, sungguh penjagalan besar-besaran terhadap cikal bakal umat manusia tengah merajalela, inilah gambaran betapa telah hancurnya moral generasi muda kita, betapa karena mengejar nikmat dunia -yang sekejap mata- kasih sayang seorang bunda berubah menjadi bara api panas yang membakar anak-anaknya.

Inikah modernisasi yang kita idam-idamkan? Inikah globali-sasi yang kita perjuangkan? kerusakannya jauh lebih kita rasakan dari pada kemaslahatan. Jawabnya ialah: modernisasi dengan iptek yang melaju cepat tidak memberikan makna kehi-dupan. Semua menduga modernisasi itu akan membawa kesejahteraan. Mereka lupa dibalik itu ada gejala yang dinamakan The agony of modernisation, yaitu azab sengsara karena modernisasi, seperti kian meningkatnya kriminalitas dengan tindak kekerasan, pemerkosaan, judi, narkotika, kenakalan remaja, prostitusi, bunuh diri, gangguan jiwa, dan berbagai kerusakan lingkungan hidup dan tata nilai kehidupan.

Dan sekarang ini saudara-saudara, kita tengah berada di dalam era globalisasi dan modernisasi tersebut, maka tak ada jalan keluar untuk lari dan selamat dari fitnah ini, tidak ada petunjuk penyelesaian melainkan di ujungnya kesesatan yang menambah kebinasaan, kecuali petunjuk dan jalan keluar yang ditawarkan oleh Al-Islam, yaitu: Taqwa kepada Allah, sebagaimana yang dijanjikan di dalam surat Ath-Thalaq ayat 2 dan 4,

Allah berfirman (yang artinya):

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah (Maka Allah) akan mengadakan baginya jalan keluar dari setiap kesulitan.

Juga firmanNya(yang artinya):

“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, maka Allah akan mengadakan baginya kemudahan dalam setiap urusan.”

Kaum Muslimin sidang Jum’at yang berbahagia
Takwa adalah barometer keimanan seorang muslim. Dengan takwa mata hati akan terbuka untuk melihat dan menerima kebenaran serta menolak dan menjauhi kemungkaran. Sebagai-mana firmanNya (yang artinya):

“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia menjadikan pembeda (antara al-haq dengan al-batil) bagimu.” (Al-Anfal: 29).

Ibnu Katsir berkata pada tafsir ayat ini: “Karena barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, dengan mengerjakan perintah-perintahNya dan meninggalkan larangan-laranganNya niscaya diberi taufik (bimbingan) untuk mengetahui yang hak dari yang batil.

Namun sayang, tidak semua orang yang mengaku Islam ..itu beriman, sebagaimana tidak semua orang yang beriman…itu bertakwa. Kata takwa atau “takut kepada Allah” sering kita dengar bahkan sering meluncur dari lidah kita, seakan menjadi bahasa yang datar tanpa makna. Takut kepada Allah tidak lagi menjadi rasa, tetapi hanya sekedar menjadi bahasa.

Sebagian besar umat manusia, termasuk umat Islam dewasa ini sudah kehilangan rasa takut kepada Allah, kepada ancaman-ancaman yang dahsyat bagi orang-orang yang maksiat, kepada kemungkinan-kemungkinan bahwa diri kita terjerembab dalam azab dunia lebih-lebih siksa kubur dan azab akhirat. Namun justru sebaliknya, sebagian di antara kita cenderung takut kepada orang-orang yang dikeramatkan, jin, setan dan lain-lain.

Diterangkan di dalam kitab Fathul Majid halaman 301 sampai 303 dan Al-Qaulus Sadid halaman 116 sampai 117, diterangkan bahwa: Takut semacam ini adalah termasuk dosa besar, tercela bahkan termasuk syirik akbar yang mengeluarkan seseorang dari agama Islam.

Adapun seseorang yang melakukan amalan haram atau meninggalkan amalan wajib karena takut kepada manusia, hal ini termasuk syirik ashghar yang meniadakan kesempurnaan tauhid.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Ibnu Hibban dan Ibnu Majah yang dishahihkan oleh Al-Albani di dalam shahihul jami’ halaman 1814. Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda:

“Janganlah salah seorang di antara kalian menghinakan dirinya, yaitu jika ia melihat satu perkara yang menjadi hak Allah dan menjadi kewajibannya untuk dibicarakan, kemudian dia tidak membicarakannya. Maka Allah akan bertanya (padanya di hari Kiamat) ‘Apa yang menghalangimu untuk mengatakannya’ Kemudian dia akan menjawab, ‘Rabbku, aku takut kepada manusia’. Maka Allah berkata, ‘Hanya Akulah yang paling berhak engkau takuti’.”

Ma’asyiral muslimin, rahimakumullah.
Oleh karena itu, di dalam surat Ali Imran ayat 175 Allah berfirman:
Yang artinya; “Sesungguhnya itu tidak lain hanyalah setan yang menakut-nakuti kamu dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu jika kamu orang-orang yang beriman.”

Ya … jika kita memang beriman kepada kebesaran Allah, kalau benar kita bertauhid kepada keesaan Allah, mengapa kita perlu ragu bahwa suatu saat nanti Allah akan membangkitkan kita setelah kematian, lalu menghisab amal perbuatan kita sekecil apapun kebaikan dan kejahatan yang pernah kita lakukan di dunia ini. Lalu terhadap orang-orang yang tidak beriman dan bertakwa, Allah akan memberikan kitab amalannya dari sebelah kiri, maka mereka termasuk orang-orang yang merugi. Na’udzu billah min dzalik.

Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya tentang ayat .
“Kemudian masukkanlah ia ke dalam rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta.” (Al-Haqqah:32).

Tentang arti (???????): Ibnu Katsir mengemukakan perkataan Ibnu Juraij bahwa Ibnu Abbas berkata: Besi rantai itu dimasukkan dari arah duburnya, lalu keluar melalui mulutnya, kemudian para pesakitan ini ditata dalam besi rantai tersebut seperti belalang yang ditusuk berjajar dengan kayu ketika dipanggang dengan api.

Syaikh Al-Allamah Abdur Rahman bin Nasir As-Sa’di seorang tokoh ulama dari Saudi yang wafat pada tahun 1376 H, dalam tafsirnya Taisir Al-Karim Ar-Rahman fi Tafsir Kalam Al-Mannan, juz II , tentang ayat tersebut menerangkan bahwa: Mata rantai itu berasal dari Neraka Jahim yang panasnya mencapai puncak panas. Kemudian artinya ialah: susunlah para pesakitan (orang-orang tidak beriman) ini ke rantai tersebut dengan cara: rantai tersebut dimasukkan melalui duburnya hingga keluar dari mulutnya kemudian gantunglah padanya.

Maka orang sengsara ini terus menerus disiksa dengan siksaan yang sedemikian mengerikan ini, betapa dahsyat siksaan itu terhadap dirinya, betapa menyesalnya dia dengan penghinaan yang sedemikian rupa, sesungguhnya sebab yang menjadikannya sampai pada kedudukan demikian ialah karena:
“Sesungguhnya dia dahulu (di dunia) tidak beriman kepada Allah Yang Maha Besar.” (Al-Haqqah: 33).

Ia tidak menunaikan apa yang menjadi hak Allah, tidak bertaqwa dan tidak beribadah kepadanya (Tafsir Ibnu Katsir IV/536).

Ia kafir kepada Rabbnya, menentang RasulNya dan menolak kebenaran yang dibawa oleh RasulNya tersebut. (Tafsir Al-Karim Ar-Rahman, juz II).
Sidang Jum’at rahimakumullah.

Maka demikianlah, orang-orang yang tidak bertakwa kepada Allah tidak hanya akan mendapatkan kesengsaraan hidup di dunia berupa kegelisahan hati, gangguan jiwa dan lain-lain, walaupun mereka berlimpahkan harta dan kemewahan. Tetapi mereka juga akan diazab dan disiksa dengan siksa akhirat yang teramat dahsyat.

Sedangkan sebaliknya orang-orang yang bertaqwa kepada Allah selain akan diberikan jalan keluar dari setiap kesulitan. Dan dimudahkan dalam segala urusan dunianya, mereka juga dijanjikan Surga sebagai tempat kemenangan. Sebagaimana firmanNya:

“Sesungguhnya untuk orang-orang yang bertakwa ada tempat kemenangan (Surga), kebun-kebun dan buah anggur, dan gadis-gadis remaja yang sebaya, dan gelas-gelas yang penuh (berisi minuman), di dalamnya mereka tidak mendengar perkataan yang sia-sia dan tidak (pula perkataan) dusta sebagai balasan dari Tuhanmu dan pemberian yang cukup banyak.” (An-Naba’: 31-36).

Hadirin sidang Jum’at rahimakumullah.
Maka hanya kepada Allahlah kita menghadapkan wajah, menyandarkan segala harapan seraya berdoa semoga Ia mencurah-kan limpahan rahmat, taufiq dan hidayahNya kepada kita, untuk bertakwa hanya kepadaNya, melaksanakan semua perintahNya dan menjauhi segala laranganNya, berpegang teguh kepada KitabNya dan sunah-sunah RasulNya dengan pemahaman para sahabat dan pengikut mereka dari kalangan salafus shalih, sehingga kita selamat dari segala fitnah dunia berupa kehancuran moral dan berbagai kesengsaraan dari akibat buruk modernisasi dan globa-lisasi serta tergolong orang-orang yang memperoleh kemenangan di sisiNya dan selamat dari azab dan siksa akhirat yang maha dahsyat. Amin.

Oleh: Taufiqqurrohman, Sumber : Buku Khutbah Jum’at Pilihan Setahun, Darul Haq, Jakarta