Khutbah Jum’at: Memanfaatkan Umur yang Singkat
Oleh Ustadz Syaifullah Anshar, Lc. hafidzhahullah
Khutbah Pertama
إن الحمد لله نحمده و نستعينه و نستغفره و نعوذ بالله من شرور أنفسنا و سيئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضل له و من يضلله فلا هادي له، أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له و أشهد أن محمدا عبده و رسوله. يأيها الذين آمنوا اتقوا الله حق تقاته و لا تموتن إلا و أنتم مسلمون. يأيها الناس اتقوا ربكم الذي خلقكم من نفس واحدة و خلق منها زوجها و بث منهما رجالا كثيرا و نساء و اتقوا الله الذي تساءلون به و الأرحام إن الله كان عليكم رقيبا. يأيها الذين آمنوا اتقوا الله و قولوا قولا سديدا يصلح لكم أعمالكم و يغفر لكم ذنوبكم و من يطع الله و رسوله فقد فاز فوزا عظيما. ألا فإن أصدق الحديث كتاب الله و خير الهدي هدي محمد صلى الله عليه و سلم و شر الأمور محدثاتها و كل محدثة بدعة و كل بدعة ضلالة و كل ضلالة في النار. اللهم فصل و سلم على هذا النبي الكريم و على آله و أصحابه و من تبعهم بإحسان إلى يوم الدين. أما بعد.
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala…
Alhamdulillah, kembali kita memuji dan bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Di kesempatan, di waktu yang mulia ini kembali Allah Subhanahu wa Ta’ala mempertemukan kita, mengumpulkan kita di satu tempat. Di salah satu dari rumah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bukan karena dunia yang mengumpulkan kita. Bukan karena senasab atau bukan karena satu keturunan kita bertemu di tempat yang penuh berkah ini. Tapi kita bertemu karena mencari ridho Allah Subhanahu wa Ta’ala dan merealisasikan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Jamaah jumat yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala...
Umur yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepada kita ternyata di suatu saat nanti, di akhirat kelak nanti akan dimintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala pertanggungjawabannya. Dalam hadits yang shahih yang diriwayatkan oleh Imam At Tirmidzi dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«لاَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَا فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَا أَبْلاَهُ»
“Tidak akan bergeser dua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai dia ditanya (dimintai pertanggungjawaban) tentang umurnya kemana dihabiskannya, tentang ilmunya bagaimana dia mengamalkannya, tentang hartanya; dari mana diperolehnya dan ke mana dibelanjakannya, serta tentang tubuhnya untuk apa digunakannya” (HR. at-Tirmidzi)
Jamaah Jumat yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala..
Umur dan kesempatan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepada kita di dunia ini ternyata di suatu saat akan ditanyakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bahkan di dalam Surah Faathir Allah Subhanahu wa Ta’ala menceritakankan kepada kita tentang orang-orang kafir yang dimasukkan ke dalam neraka dan Allah Subhanahu wa Ta’ala berhujjah dengan umur dan kesempatan yang diberikan kepada mereka. Di ayat 36 dari Surah Faathir Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَالَّذِينَ كَفَرُوا۟ لَهُمْ نَارُ جَهَنَّمَ لَا يُقْضَىٰ عَلَيْهِمْ فَيَمُوتُوا۟ وَلَا يُخَفَّفُ عَنْهُم مِّنْ عَذَابِهَا ۚ كَذٰلِكَ نَجْزِى كُلَّ كَفُورٍ ﴿فاطر:٣٦﴾
“Dan orang-orang kafir bagi mereka neraka Jahannam. Mereka tidak dibinasakan sehingga mereka mati dan tidak (pula) diringankan dari mereka azabnya. Demikianlah Kami membalas setiap orang yang sangat kafir.” (QS. Faathir: 36)
Di ayat 37 Allah Subhanahu wa Ta’ala melanjutkan:
وَهُمْ يَصْطَرِخُونَ فِيهَا رَبَّنَآ أَخْرِجْنَا نَعْمَلْ صٰلِحًا غَيْرَ الَّذِى كُنَّا نَعْمَلُ ۚ
”Dan mereka berteriak di dalam neraka itu: “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang telah kami kerjakan”.
Kemudian Allah Membantah mereka:
أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُم مَّا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَن تَذَكَّرَ وَجَآءَكُمُ النَّذِيرُ ۖ فَذُوقُوا۟ فَمَا لِلظّٰلِمِينَ مِن نَّصِيرٍ
“Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun.”
Jama’ah jumat yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala…
Kesempatan dan umur yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepada kita ternyata suatu saat akan ditanyakan. Umur umat Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam yang apabila dibandingkan dengan umur umat-umat terdahulu, umur umat Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam lebih relatif singkat. Sebagaimana dalam hadits Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Umur umatku adalah antara 60 hingga 70 tahun. Sedikit dari mereka yang melebihi itu” (HR. Imam at-Turmudzy, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Hakim)
Umur yang 60 atau 70 tahun ini bila dibandingkan dengan umur umat-umat terdahulu maka sangat pendek. Cobalah kita lihat dan baca surah Al-‘Ankabut yang Allah Subhanahu wa Ta’ala menceritakan kepada kita tentang Nabi Nuh.
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوْمِهِۦ فَلَبِثَ فِيهِمْ أَلْفَ سَنَةٍ إِلَّا خَمْسِينَ عَامًا
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun…” (QS. al-‘Ankabut: 14)
Atau dengan bahasa kita 950 tahun. 950 tahun bila dibandingkan dengan 60 tahun, dibandingkan dengan 70 tahun sungguh sangat pendek umur umat ini. Dalam riwayat disebutkan bahwa Nabi Musa ‘alaihis salam mendakwahi Raja Fir’aun laknatullah ‘alaihi selama kurang lebih 500 tahun. Maka bila dibandingkan dengan umur umat ini sangatlah pendek. Namun Maha Kasih Sayangnya Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap umat ini walaupun dihitung dari segi jauh dan tahun umat ini umurnya sangat pendek namun pada hakikatnya bila mereka memanfaatkan dan memaksimalkan kesempatan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepadanya umur mereka bisa melebihi 1000 tahun dari segi hakikat atau dari segi kualitas.
Misalnya di bulan Ramadhan. Allah Subhanahu wa Ta’ala menceritakan dalam satu surah yaitu Surah Al-Qadr, dimana ada suatu malam yang lebih baik daripada 1000 bulan atau kurang lebih 83 tahun 4 bulan. Kalau kita yang telah melewati kesempatan itu mengisi dengan amalan-amalan yang dicintai dan diridhoi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Satu malam bagaikan 1000 bulan. Satu malam bagaikan 83 tahun 4 bulan. Kalau dua kali kita melewati, dua tahun kita melewati Ramadhan maka sudah 160 tahun lebih. Kalau 20 tahun, umur kita mungkin 40 tahun, 20 tahun pertama di habiskan dengan senda gurau dihabiskan dengan berfoya-foya. Kemudian 20 tahun yang terakhir barulah diisi dengan penuh ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. 20 kali kita bertemu dengan lailatul qadr. 20 tahun kita bertemu dengan Ramadhan dan kita manfaatkan kesempatan itu dengan baik maka seolah-olah sebenarnya kalau dihitung 20 x 83 berarti 1660 lebih. Kalau 20 tahun kita lewati dan kita manfaatkan kesempatan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepada kita maka seolah-olah umur kita melebihi 1000 tahun.
Jamaah Jumat yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala…
Dalam hadits yang lain sebagai kasih sayang Allah Subhanahu wa Ta’ala dan begitu pula Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam kepada umatnya ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala menyiapkan kepada umat ini amalan-amalan, perbuatan-perbuatan yang apabila diamalkan pahalanya akan terus mengalir walaupun dia sudah menjadi tanah. Walaupun dia sudah berada di alam kubur. Perjalanan manusia berhenti setelah berpisahnya antara ruh dan jazad. Namun ada beberapa amalan yang pahalanya tetap mengalir, tetap berjalan walaupun manusia itu sudah berada di alam barzakh. Hadits yang sangat masyhur yang sering kita dengarkan, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasululllah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إذا مات الإنسان انقطع عنه عمله إلا من ثلاثة إلا من صدقة جارية أو علم ينتفع به أو ولد صالح يدعو له
”Apabila Manusia meninggal Dunia maka terputuslah amalnya kecuali karena tiga hal, Shadaqah jariyah, Ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang mendoakannya”.
Ini hadits yang masyhur dan shahih dan diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dan Imam Malik dalam Al Muwatha’. Namun ada hadits yang lain, hadits marfu’ dari Anas bin Malik yang diriwayatkan oleh Imam Al Bazzar dan Abu Said bin Hilya, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Tujuh amalan yang pahalanya mengalir bagi seorang hamba meski dia telah dimakamkan di kuburan; mengajarkan ilmu, mengalirkan sungai, menggali sumur, menanam pohon kurma, membangun masjid, mewariskan (mewakafkan mushhaf al Qur’an), meninggalkan anak yang memohonkan ampunan untuknya setelah ia wafat.”
Jama’ah jumat yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala…
Intinya adalah bagaimana memanfaatkan, memaksimalkan kesempatan dan umur yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepada kita. Meskipun Umur yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepada kita sangatlah pendek bila dibandingkan dengan umur orang-orang terdahulu yang kita sebutkan tadi. Namun, Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya shalallahu ‘alaihi wa sallam memberikan kepada kita beberapa amalan yang disebutkan dalam hadits tersebut, yang pahalanya terus mengalir. Hal ini merupakan kesempatan untuk mengamalkan semua yang disebutkan dalam hadits tersebut atau memilih salah satunya. Minimal ada salah satu dari tujuh. Kalau kita tidak memiliki uang banyak, tidak memiliki banyak harta, maka ada satu yang tidak membutuhkan harta yaitu menyampaikan ilmu syar’i yang telah diketahui. Mari dakwahkan ilmu syar’i yang telah kita ketahui! maka insya Allah itu merupakan amal jariyah yang pahalanya akan terus mengalir sampai hari kiamat nanti.
Ketika kita menyampaikan sebuah hadits yang walaupun bersifat fadhilah amal, kemuliaan, dan keutamaan beberapa amalan kemudian ada yang mendengarkan, memahami, dan kemudian mengamalkannya,maka pahalanya akan kita dapatkan. Pahalanya terus mengalir meskipun kita telah meningga dunia. Apalagi kalau kita mengajarkan kepada keluarga, istri dan anak-anak kita. Walaupun kita telah bertahun-tahun meninggalkan dunia ini, tetapi pahala tetap mengalir insya Allah. karena adanya orang-orang yang mengamalkan apa yang telah kita ajarkan sebelumnya.
أقول قولي هذا و أستغفر الله لي و لكم و لسائر المسلمين و المسلمات من كل ذنب فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم
Khutbah Kedua
الحمد لله على إحسانه و الشكر له على توفيقه و امتنانه، أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه و أشهد أن محمدا عبده و رسوله الداعي إلى رضوانه. اللهم صل و سلم على هذا النبي الكريم و على آله و أصحابه و من تبعهم بإحسان إلى يوم الدين. أما بعد.
Jama’ah Jum’at yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala…
Sebelum menutup khutbah kedua ini, saya ingin menyampaikan sebuah kisah permisalan. Ada seorang nelayan yang kebiasaannya mendapatkan atau mengambil ikan di laut kemudian dijual ke pasar. Penghasilannya adalah dari mencari ikan di laut. Di satu saat ia mendapatkan ikan namun ia tidak menjual ikan tersebut dibawa ke rumah setelah sampai di rumah ia membelah ikan itu dan mendapatkan dalam ikan itu sebuah mutiara. Sebuah mutiara yang sangat mahal. Mutiara yang sangat cantik. Ketika dia melihat mutiara itu, istri si nelayan kemudian berangan-angan akan membeli rumah, akan membeli mobil dan akan membeli yang lainnya.untuk kebutuhannya dan tidak lagi menjadi nelayan. Kemudian ia pun ke tetangganya yang mana tetangganya adalah seorang penjual emas setelah diperlihatkan berapa harga kira-kira harga dari mutiara itu sang penjual emas itu mengatakan bahwa mutiara itu adalah mutiara yang asli, yang sangat mahal, seluruh benda yang ada di rumah saya, emas yang ada di rumah saya bahkan seluruh isi rumah saya tidak mampu untuk menghargai mutiara yang anda dapatkan. Maka pergilah ke fulan karena ia lebih kaya dari saya.Kemudian ia berangkat ke si fulan, penjual emas yang lebih kaya dari yang pertama. Namun jawabannya sama bahwa mutiara yang anda bawa adalah mutiara yang sangat mahal yang kami tidak mampu membelinya. Kemudian tinggal satu solusi, seorang raja yang memiliki harta yang sangat banyak mudah-mudahan ia bisa menghargai mutiara yang anda dapatkan. Ketika sampai dihadapan raja dan ia memperlihatkan mutiara itu, raja pun mengatakan, “Sebenarnya saya juga tidak mampu memberikan harga yang tepat pada mutiara yang anda bawa. Tapi saya memberikan anda pilihan, saya memiliki rumah yang memiliki tiga ruangan yang mana di dalam rumah itu ruangan pertama dipenuhi dengan emas dan perhiasan. Ruangan yang kedua dipenuhi dengan kasur yang empuk dan yang ketiga diisi dengan makanan yang lezat. Maka sang raja memberikan kesempatan kepada nelayan tersebut selama tujuh jam untuk mengeluarkan seluruh isi dari rumah itu. Apapun yang dikeluarkan maka itu menjadi haknya akan menjadi harga dari mutiara itu. Maka nelayan itu berkata tujuh jam terlalu panjang, satu jam saja sudah cukup untuk mengeluarkan semua isi dari rumah itu. Tapi raja mengatakan tidak, tetap tujuh jam. Anda saya berikan kesempatan untuk mengeluarkan isi dari rumah itu selama tujuh jam. Sehingga orang ini masuk ke dalam rumah, ketika masuk ke dalam rumah ia melihat ada emas, ada kasur yang sangat empuk, ada makanan yang lezat yang ia tidak pernah dapatkan sebelumnya. Maka setelah sampai pada ruangan pertama, ruangan emas, dia mengatakan waktunya masih lama, masih tujuh jam, belakangan saja. Kemudian sampai ke kasur yang empuk dia mengatakan nanti saja. Sampai kepada makanan dia tertarik dan mengatakan saya sudah berjam-jam melalui perjalanan menuju ke sini dan saya sangat lapar dan makanan ini saya tidak pernah makan sebelumnya maka lebih baik saya makan dulu. Maka dia pun makan dengan sekenyang-kenyangnya dan satu jam berlalu. Setelah satu jam berlalu ia kembali ke ruangan kedua dia mengatakan ini adalah kasur yang sangat empuk yang mana saya tidak pernah tidur di atas kasur seempuk ini maka ia pun membaringkan badannya di atas kasur yang empuk itu dan ia tertidur dan ia tidak terbangun kecuali setelah mendengarkan peringatan dari sang algojo yang mengatakan, “anda harus keluar dari rumah ini karena sudah lewat tujuh jam”. Dan ia pun keluar dari rumah tanpa membawa emas dan tempat tidur. Yang dibawa hanyalah makanan yang dua jam kemudian akan berubah menjadi kotoran.
Maksud dari kisah ini adalah; mutiara tadi adalah nyawa kita. Mutiara tadi itulah arwah kita yang sangat mahal yang tidak bisa dihargai dengan dunia dan seluruh isinya. Dunia atau rumah tadi adalah dunia kita yang diisi dengan amal shalih yaitu emas. Yang diisi dengan kelalaian yaitu kasur. Yang diisi dengan syahwat yaitu makanan. Dan tujuh jam tadi adalah merupakan kesempatan dan umur kita. Tujuh jam kita diberikan untuk masuk ke dalam rumah yang mana yang akan kita keluarkan. Emas yang merupakan amal sholih atau tempat tidur kita habiskan waktu kita untuk kelalaian atau makanan, kita tinggal memilih.
Mudah-mudahan ada manfaatnya. Kita berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala mudah-mudahan diantara tujuh amalan yang kita sebutkan tadi ada minimal salah satu darinya yang menjadi amalan kita sehingga ketika kita meninggalkan dunia ini pahala kita masih tetap kita dapatkan.