Khutbah Idul Fitri : Al-Qur’an dan Pemimpin Yang Shaleh, Pilar Kejayaan Umat
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ ِباللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا.
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا. أَمَّابَعْدُ؛
فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ ِبِِِِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa Ilaaha Ilallah Wallahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil Hamdu
Ma’asyiral muslimin, a’azzakumullah,
Pagi ini kita berkumpul di sini, merapatkan jiwa dan raga, menadahkan hati untuk cucuran rahmat Ilahi.
Pagi ini kita berkumpul di sini, bertakbir, membesarkan nama Allah, agar terpatri sampai ke relung hati bahwa hanya Allah Yang Maha Besar, selainNya adalah kecil di hadapanNya.
Permasalahan sebesar apapun, menjadi kecil di hadapan keagungan kekuasaanNya.
Musuh yang kuat, menjadi lemah di hadapan kekuatanNya yang tiada berbatas.
Mari bertakbir dengan jiwa, lisan dan raga kita.
Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil Hamdu
Kaum muslimin rahimakumullah,
Ketika kita bertakbir dengan penuh bahagia di sini, ternyata di tepian dunia yang lain di sana kesedihan masih mencengkram,
Di Suriah tempat bercokol rezim Syi’ah dengan penuh kebencian dan dengan dukungan penuh Iran membantai muslim Sunni tanpa perikemanusian. Tapi takbir masih menggema di sana dengan optimisme atas pertolongan Allah ‘Azza Wajalla.
Takbir pun masih menggema di Gaza, Palestina, diselingi dentuman bom dan letusan peluru.
Takbir pun masih terdengar walau mungkin sedikit sayup dari tenda-tenda pengungsian muslim Rohingya di Burma.
Pekikan takbir pun masih terdengar nyaring di Mesir, mengatasi teriakan histeris kaum sekuler dan konco-konconya atas kemenangan semu yang mereka klaim.
Ya, takbir masih menggema dengan hentakan iman di dada-dada kita.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil Hamdu
Kaum muslimin yang berbahagia,
Kita baru saja menyelesaikan ibadah bulan Ramadhan dengan penuh hikmah dan kebersamaan, keadaan yang terasa nikmat dibalut persatuan yang indah. Bulan suci Ramadhan memang bulannya ukhuwah Islamiyah, persatuan dan kebersamaan.
Bangsa ini akan kuat dan terlihat elok, apabila mampu menjaga persatuan dan kebersamaan ini. Negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, dapat bersatu padu dalam menjalankan ibadah bulan Ramadhan dan merayakan hari raya Idul Fitri, subhanallah!!, momen yang sangat indah dan mengesankan. Oleh karena itu, kita berdoa kepada Allah ‘Azza Wajalla semoga pada masa mendatang, kita mampu menemukan solusi yang dapat menyatukan kita dalam penentuan awal momentum syiar besar umat Islam seperti ini.
Persatuan, sangat kita butuhkan dalam menghadapi deretan permasalahan umat yang demikian panjang, seperti maraknya aliran-aliran sesat yang semakin membodohi umat. Ditambah lagi dengan keterpurukan ekonomi yang justru diperalat oleh tangan-tangan hitam untuk korupsi dan manipulasi, tapi justru penanganannya yang tebang pilih menjadikan kondisi semakin memprihatinkan, Wallahul Musta’an.
Hal lain adalah keluarga, lembaga paling penting dalam bangunan suatu masyarakat, hari ini juga menghadapi krisis yang luar biasa. Banyak keluarga yang menghadapi kekisruhan mulai dari perpecahan suami istri yang diliputi kabut pengkhianatan dan perselingkuhan hingga persoalan anak yang terjebak dalam beragam penyimpangan.
Banyak keluarga hari ini menempati rumah ibarat seperti hotel saja, hanya untuk bermalam, tanpa perlu peduli dengan penghuni lainnya, atau ibarat pengunjung rumah makan yang memesan makanannya sendiri tanpa perlu berinteraksi dengan pengunjung yang lain, atau -maaf- ibarat wc umum saja tempat buang hajat. Sungguh, makna sebuah keluarga jika rumah sudah sedemikian adanya telah hilang dan sirna.
Sementara itu di tengah umat ini terjadi pula krisis ukhuwah dan persaudaraan, karena persoalan sepele kadang meruncing hingga perseteruan berkepanjangan. Lebih miris lagi jika hal itu terjadi pada aktivis Islam, yang sudah jelas paham akan pentingnya persaudaraan. Sekali lagi Wallahul Musta’an.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil Hamdu
Kaum Muslimin a’anakumullah,
Semoga Allah menolong kita semua.
Pertanyaannya kini adalah apa penyebab semua ini? Mengapa awan kelabu permasalahan yang menumpuk masih merundung kita?
Jama’ah sekalian, sesungguhnya jawabannya sangat jelas, yaitu kita jauh dari cahaya dan pelita. Semakin kita menjauh dari cahaya dan pelita ini, maka semakin jauhlah kita dari jalan yang benar, dan semakin dalam pula kita terjebak dalam lorong hitam kesesatan dan kesengsaraan.
Ma’asyiral Muslimin,
Cahaya itu adalah Al-Qur’an.
Pelita itu adalah As-Sunnah.
Allah Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَكُمْ بُرْهَانٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكُمْ نُورًا مُبِينًا
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Rabbmu (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (al-Qur’an).”(QS. Al-Nisa’:174).
Jika seorang manusia menjauh dari cahaya dan pelita ini, maka panah-panah beracun syaithan dan hawa nafsu akan menancap pada jiwanya begitu mudah, sehingga membuat ia kehilangan kewarasan imaninya, menjadi gila terhadap dunia, kehilangan kendali diri dan akhirnya takut terhadap kematian, karena membuatnya meninggalkan kenikmatan semu di dunia yang fana ini.
Kondisi inilah yang membuat musuh hilang rasa segannya kepada kita, tidak takut lagi untuk menzalimi saudara-saudara kita. Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi Wasallam bersabda:
«يُوشِكُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمُ الْأُمَمُ مِنْ كُلِّ أُفُقٍ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ عَلَى قَصْعَتِهَا»، قَالُوا: مِنْ قِلَّةٍ بِنَا يَوْمَئِذٍ؟ قَالَ: «أَنْتُمْ ذَلِكَ الْيَوْمَ كَثِيرٌ، وَلَكِنْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ، تُنْتَزَعُ الْمَهَابَةُ مِنْ قُلُوبِ عَدُوِّكُمْ، وَيُجْعَلُ فِي قُلُوبِكُمُ الْوَهَنُ»، قَالُوا: وَمَا الْوَهَنُ؟ قَالَ: «حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ»
Artinya:
“Hampir (tiba waktunya) seluruh bangsa akan mengepung kalian dari berbagai penjuru seperti orang-orang yang makan mengerumuni piring makanannya.”
Para sahabat bertanya: “Karena sedikitkah kami hari itu?”
Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi Wasallam bersabda: “Justru jumlah kalian pada saat itu banyak. namun kalian hanya bagaikan buih dan sampah yang dibawa oleh banjir. Rasa takut telah dicabut dari hati musuh-musuh kalian dan di dalam hati kalian diletakkan Wahn.”
Mereka bertanya: “Apa itu Wahn?”
Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi Wasallam menjawab: “Cinta dunia dan takut mati.” (HR. Ahmad).
Dalam hadits yang lain Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi Wasallam mengingatkan kita:
« إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُمُ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ ذُلاًّ لاَ يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ ».
“Apabila kalian telah berjual beli dengan cara al-‘Inah (riba), atau kalian (hanya) mengikuti ekor-ekor sapi (pembajak sawah), dan telah ridha (merasa cukup) dengan semata bercocok-tanam, sehingga kalian meninggalkan jihad, maka niscaya Allah akan menimpakan kepada kalian kehinaan yang tidak akan Ia cabut sampai kalian kembali kepada agama kalian.” (HR. Abu Daud).
Wallahul Musta’an wa Ilayhittuklan!
Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepadaNya pula kita bertawakkal.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahil Hamdu,
Apakah kondisi ini menyurutkan langkah kita?
Apakah kondisi ini membuat kita pesimis?
Tidak, sekali lagi tidak! Justru kondisi ini seharusnya mendorong kita untuk bangkit, memicu kita untuk kembali memberdayakan semua potensi umat yang tersedia.
Kita tidak boleh terlena dalam jebakan musuh-musuh Allah, justru Allah Ta’ala menyeru kita untuk bangkit berjihad melawan mereka dengan Al-Qur’an.
Ya, langkah pertama yang harus diayunkan adalah berjihad dengan Al-Qur’an. Allah berfirman:
فَلَا تُطِعِ الْكَافِرِينَ وَجَاهِدْهُمْ بِهِ جِهَادًا كَبِيرًا
“Maka janganlah engkau mengikuti orang-orang kafir itu, dan berjihadlah dengannya (Al-Qur’an) dengan jihad yang besar.” (QS.Al Furqan:52)
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd
Berjihad dengan Al-Qur’an bermakna belajar membacanya dengan benar secara sungguh-sungguh, menggelorakan semangat tilawah Al-Qur’an di segala tingkatan dan semua kalangan tanpa kecuali.
Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi Wasallam bersabda:
اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لِأَصْحَابِهِ
“Bacalah Al-Qur’an, karena Al-Qur’an akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa’at bagi orang-orang yang membacanya.” (HR. Muslim).
Al-Jihad bil Qur’an bermakna melahirkan penghapal-penghapal Al-Qur’an (hafizh/hafizhah) dengan usaha yang sungguh-sungguh, Al-Qur’an bersemayam di dalam dada mereka, terdengar dari lisan-lisan mereka, dan berwujud dalam amalan keseharian mereka.
Allah berfirman:
بَلْ هُوَ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ فِي صُدُورِ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ وَمَا يَجْحَدُ بِآيَاتِنَا إِلَّا الظَّالِمُونَ
“Sebenarnya, Al-Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim.” (QS. al-‘Ankabut:49).
Pada kesempatan yang penuh berkah ini, kami kembali menggelorakan semangat: Gerakan Satu Rumah, Satu Hafizh (Penghapal Al-Qur’an)!!
Berjihad dengan Al-Qur’an bermakna usaha yang sungguh-sungguh dan terus-menerus untuk bertadabbur Al-Qur’an, menyelami kedalaman maknanya, menghadirkan hati ketika membacanya dengan penuh kekhusyukan. Hadir pada majelis tadabbur Al-Qur’an, menjadi salah satu jalan dan upaya untuk ini. Tadabbur Al-Qur’an akan membebaskan jiwa dari belenggu syaithan dan hawa nafsu. Allah Ta’ala berfirman:
أَفَلاَ يَتَدَبَّرُوْنَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلىَ قُلُوْبٍ أَقْفَالُهَا
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur’an ataukah hati mereka terkunci?” (QS. Muhammad:24).
Tadabbur Al-Qur’an akan membuka hati dan pikiran untuk menemukan solusi dari semua permasalahan. Allah Ta’ala mengatakan:
كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya orang-orang yang mempunyai fikiran mendapat pelajaran.” (QS. Shaad:29).
Al-Jihad bil Qur’an bermakna perjuangan menerjemahkan Al-Qur’an dalam kehidupan, mengamalkan dan menegakkan hukum-hukum Allah di dalamnya. Jika lisan kita harus benar melafalkan ayat-ayatnya, maka raga kitapun harus benar melaksanakan ayat-ayat itu. Allah berfirman:
إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ يَهْدِيْ لِلَّتِيْ هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِيْنَ الَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيْراً
“Sesungguhnya al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal shalih bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” (QS. Al-Isra’:9).
Allah juga berfirman:
إِنَّ الَّذِيْنَ يَتْلُوْنَ كِتَابَ اللهِ وَأَقَامُوا الصَّلاَةَ وَأَنْفَقُوْا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلاَنِيَةً يَرْجُوْنَ تِجَارَةً لَنْ تَبُوْرَ لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُوْرَهُمْ وَيَزِيْدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّهُ غَفُوْرٌ شَكُوْرٌ
“Sesungguhnya orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rizki yang kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perdagangan yang tidak akan merugi. Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka karunia-Nya, sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha mensyukuri.” (QS. Fathir:29-30).
Berjihad dengan Al-Qur’an juga bermakna dakwah dan menyampaikan ajaran Al-Qur’an kepada seluruh umat manusia. Allah Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ ۖ وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ ۚ وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
“Wahai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (QS. Al-Ma’idah:67).
Berdakwah adalah jalannya para nabi dan rasul utusan Allah, berdakwah berarti menapaki jalan mereka, menapaktilasi jalan sang Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alayhi Wasallam yang teduh di bawah naungan Al-Qur’an.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Laa Ilaha Illallahu Wallahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil Hamdu
Kaum muslimin rahimakumullah,
Berjihad dengan Al-Qur’an adalah jihad yang besar, sebab inilah yang akan mempersiapkan lahirnya khayru ummah (umat terbaik) yang menegakkan dienul Islam dan kepemimpinan Qur’ani serta membawa kemaslahatan dan ketentraman bukan saja bagi umat Islam, tetapi bagi seluruh alam semesta, sebagaimana yang telah dicatat di dalam sejarah dengan tinta emas, sejak generasi sahabat hingga berabad-abad lamanya.
Ketenteraman yang dirasakan oleh penduduk Eropa dari berbagai agama dan bangsa lebih dari 700 tahun ketika kepemimpinan dan kekuasaan di tangan kaum muslimin -khayru ummah- yang pada saat itu berpusat di Andalus, Spanyol, menjadi contoh nyata sejarah dalam hal ini.
Perlu dicatat bahwa khayru ummah ini memiliki sifat dan karakteristik yang melekat pada diri mereka, sebagaimana firman Allah ‘Azza Wajalla:
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
“Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah”. (QS. Ali ‘Imran: 110).
Intinya adalah mereka umat yang benar-benar beriman, berilmu dan kuat sehingga dapat meraih kepemimpinan dan kekuasaan untuk menyuruh pada kebaikan dan kemaslahatan, serta mencegah dari kemungkaran dan kerusakan.
Umat dengan karakteristik seperti ini tidak lahir dengan sendirinya, atau bahkan tidak bisa lahir hanya dari suatu proses pengajaran atau pendidikan yang biasa-biasa saja, sebagaimana yang umum di kalangan umat Islam sejak beberapa abad terakhir ini. Khayru ummah lahir dari sebuah jihad bil qur’an yang tentu saja dilakukan dengan penuh kesungguhan, intensif, menyeluruh, integral, berkesinambungan dan tanpa batas akhir kecuali pada saat ajal menjemput. Hal ini yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi Wasallam kepada para sahabat-sahabatnya, pembinaan dalam segala situasi dan kondisi, kemudian dilanjutkan oleh para sahabat beliau Shallallahu ‘Alayhi Wasallam dan assalafussholeh. Sekalipun tarbiyah Qur’ani yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi Wasallam ini menjadi sebuah mu’jizat, tetapi pelaksanaannya begitu terang benderang, sehingga dapat diterapkan pada generasi selanjutnya di setiap zaman dan tempat. Landasan utamanya adalah firman Allah Ta’ala:
لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
“Sungguh, Allah telah memberi anugerah kepada orang-orang beriman ketika Dia mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayatNya kepada mereka dan mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah. Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Ali Imran: 164).
Bahkan umat Islam tidak punya pilihan jalan atau metode lain bila mereka benar-benar ingin mewujudkan kembali khaera ummah tersebut.
“لن يصلح آخر هذه الامة الا بما صلح به اولها”
“Tidak akan jaya generasi pelanjut umat ini, kecuali dengan perkara yang telah menjadikan jaya generasi awalnya”.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Laa Ilaha Illallahu Wallahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil Hamdu
Kaum muslimin hafidzakumullah.
Perlu untuk dicatat kembali bahwa tarbiyah Qur’aniyah adalah menyeluruh pada segala aspek pribadi manusia, akal, hati dan fisiknya, sebagaimana juga menyeluruh pada segala aspek kehidupan manusia, ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya serta pertahanan dan keamanan. Persoalan politik dalam arti kekuasaan dan kepemimpinan Islam, menjadi salah satu aspek penting dalam tarbiyah Qur’aniyah dan jihad bil qur’an, bahkan menjadi persoalan yang paling penting dalam bidang mu’amalat. Landasan dan tujuannya begitu jelas dan banyak, antara lain pada 3 poin berikut ini:
1. Kekuasaan dan kepemimpinan Islam adalah misi Nabi yang sangat ditonjolkan oleh Al-Qur’an, sebagaimana firman Allah Ta’ala:
هُوَ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلىَ الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ
“Dialah (Allah) yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (al-Qur’an) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai”. (QS. At-Taubah: 33).
2. Kekuasaan dan kepemimpinan Islam menjadi syarat mutlak tegaknya syari’at Islam, yakni hukum-hukum Allah Yang Maha Adil dalam bidang pidana, perdata, pelecehan agama, hukum internasional, memerangi kaum bughot atau pemberontak dan teroris yang sebenarnya, bahkan termasuk penegakan syari’at zakat yang sekarang banyak dilalaikan oleh kaum muslimin karena tidak adanya kepemimpinan Qur’ani yang bertanggung jawab atas hal tersebut. Tidak kalah pentingnya adalah mempersatukan umat dalam ibadah jama’iyah seperti haji, awal Ramadhan dan Idulfitri.
3. Kekuasaan dan kepemimpinan Islam bertujuan untuk melindungi eksistensi Islam dan kehormatan umatnya serta wilayah mereka, termasuk perlindungan bagi kaum dzimmi dan siapapun yang memerlukan perlindungan dengan memenuhi segala syarat-syaratnya.
Kesimpulannya adalah bahwa kekuasaan dan kepemimpinan Islam sangat penting bagi umat Islam, baik dalam urusan agama mereka maupun dalam urusan dunianya. Imam al-Mawardi -rahimahullah- menyatakan dalam kitabnya al-Ahkam al-Shulthaniyyah:
“Khilafah atau Imamah adalah pengganti kenabian untuk memelihara al-Dien atau agama Islam dan untuk mengatur urusan dunia, maka pengangkatan imam atau pemimpin Islam hukumnya wajib secara ijma’ ulama”.
Oleh karena itu, berjihad dengan Al-Qur’an seharusnya berorientasi kepada masalah ini, berwujud dalam semangat, cara pandang serta pembentukan pribadi dan tha’ifah (komunitas) yang terus menguat dan membesar dari waktu ke waktu, sehingga harapan dan cita-cita kejayaan Islam akan cepat terwujud biiznillah.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Laa Ilaha Illallahu Wallahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil Hamdu
Hadirin yang dimuliakan oleh Allah ‘Azza Wajalla.
Sembari melakukan dan menuju hal yang ideal itu, hendaknya kita tidak menyia-nyiakan setiap kesempatan dan peluang yang dapat mewujudkan kepemimpinan atau kekuasaan bagi orang beriman, meskipun belum ideal dan banyak kekurangan, namun bisa diharapkan memperkecil kemungkaran dan kerusakan, atau memperbesar kemaslahatan umat dan bangsa. Kaidah-kaidah fikih Islam dan arahan para ulama Rabbaniyyun mengajarkan kita akan hal ini, dari masa ke masa.
Khususnya apabila mereka yang berpeluang memegang amanah kepemimpinan itu orang-orang yang selain dikenal dengan tanda-tanda keimanan mereka, juga memiliki kecakapan dan integritas, serta sangat dekat dengan umat Islam dan peduli dengan permasalahan-permasalahan umat Islam, maka kepada merekalah seharusnya dukungan itu diberikan, demikian pula halnya apabila mereka juga memiliki ilmu Islam yang memadai atau dikenal sebagai da’i yang tentu dapat menjadi perisai dan menuntun mereka untuk melaksanakan amanah kepemimpinan ini dengan sebaik-baiknya, sehingga sudah sepatutnya umat Islam memperjuangkan mereka dengan serius dan menjadikan hal tersebut sebagai bagian dari upaya memperjuangkan Islam.
Satu hal lagi yang penting untuk diingat adalah, bahwa era kepemimpinan aktivis Islam atau da’i sudah mulai bergulir, baik di Indonesia maupun di dunia internasional. Sejak reformasi bergulir, aktivis Islam dan da’i telah berhasil memegang tampuk kepemimpinan di berbagai level baik di pusat maupun di daerah. Mereka yang menjabat sebagai gubernur, bupati dan walikota pada umumnya dianggap berhasil dan dipilih kembali di daerahnya masing-masing. Mudah-mudahan trend ini semakin menguat hingga kita dapat mewujudkan kepemimpinan ideal bagi kaum muslimin di negeri kita ini dan di seluruh dunia insya Allah.
Namun demikian, diharapkan kiranya upaya-upaya ini dilakukan dengan penuh kesantunan dan rendah hati seraya banyak bertawakal dan berdoa pada Allah ‘Azza Wajalla, serta patut diingat bahwa apabila pemimpin yang ada belum sesuai dengan harapan dan kriteria kita, kiranya tidak putus asa dan atau bersikap apatis, bahkan kita harus segera menjalin hubungan baik dengan mereka demi kepentingan dakwah, umat dan bangsa.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Laa Ilaha Illallahu Wallahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil Hamdu
Kepada para pemimpin bangsa, kami ingatkan untuk bertakwa kepada Allah dalam mengurus 250 juta hamba Allah di negeri ini. Jadikan Al-Qur’an sebagai pedoman, As-Sunnah sebagai penerang, jika tidak maka kesengsaraan telah menanti di dunia ini sebelum di akhirat. Allah Ta’ala berfirman:
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى
“Dan siapa yang berpaling dari peringatanKu, maka baginya kehidupan yang sempit dan akan Kami bangitkan ia pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS. Thaha:124).
Kepada kaum muslimah, harapan kebaikan bangsa ini juga bertumpu kepadamu, baik dan buruknya umat ini ada di tanganmu. Jagalah kehormatanmu, kenakanlah hijabmu yang syar’i dan benar, bukan untuk sebatas mode (fesyen), sehingga menjadi ajang pamer aurat dalam bentuk yang lain.
Kepada anda segenap istri, jadilah pelabuhan hati bagi suami anda, tempat berlabuh, dan melipur lara. Jadilah al-Wadud, istri yang cintanya buat suami sejati karena Allah, taatlah kepadanya dalam ketaatan kepada Allah.
Kepada anda, wahai pemuda, harapan umat dan bangsa! Jadilah pemuda beriman yang tangguh! Lihatlah para pemuda Ashabul Kahfi, yang tidur merekapun dapat menggetarkan musuh, karena mereka adalah:
إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ آمَنُوا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنَاهُمْ هُدًى
“Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Rab mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.” (QS. Al-Kahfi:13).
Jangan terperdaya dengan tipu daya syethan, hingga masa muda hanya diisi dengan hura-hura. Ingatlah bahwa semua ada pertanggungjawabannya di hadapan Allah. Hiasi masa muda dengan Al-Qur’an. Baca, telaah, hapal, dan amalkan, maka niscaya anda akan menjadi pemuda paling bahagia.
Kepada para sahabat, segenap insan media yang baik hati, anda adalah salah satu pilar peradaban umat, kokohkan pilar itu dengan iman dan keluhuran budi, jadikan profesi anda untuk membangun masyarakat yang cerdas dan beriman.
Kepada para ayah dan bunda kami, para abi dan ummi yang dirindu, hadirlah dalam hari- hari dan dalam jiwa buah hati anda. Hadirlah dengan Al-Qur’an, hadirlah dengan cinta sepenuh jiwa mengantar mereka menjadi mujahid dan mujahidah sejati. Tahukah Anda bahwa buah hati kita kadang menangis dalam hati karena kelakuan kita yang buruk, karena kata-kata kita pedas, atau karena tidak hadirnya kita pada saat mereka butuh dan rindu kepada kita??.
Basuhlah air mata jiwa mereka dengan senyuman
Belai hati mereka dengan tilawah Qur’an
Bangkitkan pada jiwa mereka semangat Umar bin Khattab
Gelorakan pada jiwa mereka jihad Khalid bin Walid
Cemerlangkan pikiran mereka dengan kecerdasan Ali bin Abi Thalib
Tumbuh suburkan empatinya dengan kedermawanan Usman bin Affan
Dan, bangunlah kelembutan jiwa mereka dengan sifat hikmah dan kebijaksanaan Abu Bakar al-Shiddiq. Radhiyallahu ‘Anhum Ajma’in.
Kepada para ustadz, dan alim ulama, guru dan panutan kami, pembimbing hati dan jiwa kami, ketahuilah bahwa kami mencintai anda sekalian hanya karena Allah semata, maka bersikap teguhlah di jalanmu, pandulah kami dengan ilmu Allah yang dikaruniakan kepadamu, yakinlah bahwa umat berada di belakangmu menyokong dakwah yang engkau tebarkan, dan yang paling utama, bahwa Allah di atasMu akan selalu membimbing dan menolongmu.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Laa Ilaha Illallahu Wallahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil Hamdu
Bulan Ramadhan adalah mata rantai kebaikan yang hendaknya tidak terputus dengan berakhirnya bulan suci ini. Amalan sunnah yang dianjurkan untuk kita laksanakan adalah berpuasa enam hari di bulan Syawal. Nabi kita tercinta Shallallahu ‘Alayhi Wasallam bersabda:
منْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
“Barangsiapa berpuasa Ramadhan kemudian melanjutkannya dengan berpuasa enam hari di bulan Syawwal, maka dia seperti berpuasa satu tahun penuh.” (HR. Muslim).
Waktu pelaksanaannya adalah mulai hari kedua bulan Syawal hingga akhir bulan, dapat dilakukan secara berturut-turut atau berpisah-pisah. Bagi yang harus mengqadha’ puasa Ramadhan hendaknya mendahulukan puasa qadha’nya, kecuali apabila dianggap tidak cukup waktu atau berat melaksanakannya, maka dibolehkan untuk mendahulukan puasa Syawal, Wallahu a’lam.
Kaum muslimin yang berbahagia, akhirnya, marilah kita semua menundukkan hati dengan penuh harap kepada Allah, memanjatkan doa kepadaNya,
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, tempat semua keluh-kesah disampaikan, tempat semua masalah mendapat jalan keluar.
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Sang Rasul tercinta, para keluarga dan sahabatnya, manusia-manusia terbaik yang pernah terlahir.
اللَّهُمَّ إِنَّا عَبِيْدُكَ بَنُوا عَبِيْدِكَ بَنُوا إِمَائِكَ نَوَاصِيْناَ بِيَدِكَ مَاضٍ فِيْناَ حكْمُكَ عَدْلٌ فِيْناَ قَضَاؤُكَ
Ya Allah sesungguhnya kami adalah hamba-Mu, anak dari hamba-hamba Mu, ubun-ubun kami ada di tangan-Mu. Segala takdir-Mu terhadap kami telah Engkau tetapkan, dan sungguh betapa adilnya ketetapan itu atas kami.
نَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَداً مِنْ خَلْقِكَ أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِى كِتَابِكَ أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِى عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ
Kami memohon kepada-Mu dengan semua Nama yang Engkau Miliki, yang telah Engkau Namakan untuk Diri-Mu, atau telah Engkau ajarkan kepada salah seorang di antara makhluk-Mu, atau Engkau Turunkan dalam Kitab-Mu, atau Engkau simpan dalam Ilmu yang Ghaib di sisi-Mu
أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيعَ قُلُوْبِناَ وَنُورَ صُدُوْرِناَ وَجَلاَءَ أَحْزَانِناَ وَذَهَابَ هُمُوْمِناَ
Kami mohon, jadikanlah Al-Qur’an sebagai penyejuk hati kami, cahaya bagi dada kami, penghapus duka dan kesedihan kami, dan pelipur kegundahan jiwa kami.
Ya Allah, Engkau adalah Rabb kami Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Engkau telah menciptakan kami, dan kami adalah hambaMu dan kami selalu berusaha menepati ikrar dan janji kami kepadaMu dengan segenap kekuatan yang kami miliki. Kami berlindung kepadaMu dari keburukan perbuatan kami. Kami mengakui betapa besar nikmat-nikmatMu yang tercurah kepada kami dan kami tahu dan sadar betapa banyak dosa yang telah kami lakukan. Karenanya, ampunilah kami. Tidak ada yang dapat mengampuni dosa selain Engkau.
Ya Allah Tuhan Yang Maha Penyayang, sayangi kami, sayangi kedua orang tua kami, yang telah berpeluh lelah merawat dan mendidik kami. Ampuni setiap kata keras kami yang pernah terlontar pada mereka, Ya Allah. Ampuni sikap tak peduli kami atas mereka, Ya Rabb. Berikan kesempatan kami berbakti pada mereka, Ya Allah. Lembutkan hati mereka untuk kami agar ridha mereka mengantar kami kepada RidhaMu, Ya Allah.
Dan jika Engkau telah memanggil mereka ke haribaanMu, maka basuhlah mereka dengan kelembutan ampunan dan rahmatMu, serta pertemukan kami dengan mereka dalam keabadian nikmat JannahMu.
Ya Allah berkatilah keluarga kami, jadikan mereka penyejuk pandangan mata dengan ketaqwaan dan ketaatan padaMu.
Duhai Rabb kami yang Maha Penyayang, Sayangilah para ustadz , guru-guru kami , lindungi dan bimbinglah mereka. Lapangkan rezkinya, kuatkan azamnya dan berkati jalannya.
Ya Allah bersihkan hati dan jiwa ini dari hasad dan dengki, persatukan jiwa-jiwa ini dalam cinta karenaMu dan dalam ketaatan padaMu, jangan Engkau biarkan syaithan musuhMu menggerogoti persaudaraan kami.
Ya Allah, berilah bimbinganMu untuk pemimpin negeri ini agar dapat berlaku adil dengan syari’atMu di atas bumi yang tidak sejengkal pun melainkan milikMu.
Wahai Rabb kami, berkahilah negeri ini dengan ketaatan penduduknya, janganlah Engkau menimpakan azab atas kami karena kezaliman para pelaku dosa di antara kami.
Ya Allah, Rabb yang Maha Kuat, yang Maha Perkasa. Kami yakin bahwa kepongahan musuh-musuhMu terlalu kecil di hadapan keperkasaanMu. Kami memohon kepadaMu Ya Rabb, dengan sifat ‘izzah-Mu, luluh-lantakkanlah kesombongan rezim Syi’ah yang zalim di Suriah, tolonglah para pengikut sunnah NabiMu di sana, gembirakanlah mereka dengan runtuhnya kezaliman dan kekufuran.
Ya Allah, Tuhan Yang Maha Penyayang, sayangi dan lindungilah saudara-saudara kami di Burma, Palestina, Mesir dan di setiap negeri kaum muslimin. Satukan hati mereka, satukan langkah mereka, dan berikanlah kemenangan yang sejati kepada mereka.
Ya Allah, Tuhan pemilik segala kerajaan, karuniakanlah kepada kami pemimpin yang shaleh dan takut kepadaMu, pemimpin yang berani dan cerdas, serta paham dan mengerti agamaMu, agar mereka tidak mudah digelincirkan oleh ahlusyubuhat wasyahawat, dan sehingga dapat menuntun kami untuk tetap berada di atas jalanMu.
Ya Allah, Zat Yang Maha Pengasih, masih banyak di antara kami hamba-hambaMu yang lemah dan terpinggirkan, Engkau lebih mengetahui keadaan kami, maka anugerahkanlah kepada kami pemimpin yang sungguh-sungguh peduli terhadap kami dan menyayangi kami sepenuhnya.
Ya Allah berkahi kami di setiap langkah yang kami ayunkan, terimalah setiap kebaikan yang kami kerjakan, anugerahkanlah ikhlas pada setiap amal itu.
Inilah doa dan permintaan kami, Engkaulah Sang Maha Mendengar dan Maha Kuasa mengabulkan doa hamba-hambaMu.
رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ ٱلْوَهَّابُ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَآخِرُ دَعْوَاناَ أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
(Naskah Khutbah Seragam Idul Fitri 1434 H, Dikeluarkan oleh Dewan Syariah DPP Wahdah Islamiyah)