Published On: Tue, Dec 18th, 2012

Keutamaan al-Qur’an di Hati Orang Beriman

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memuliakan ummat ini dengan diturunkannya kepada mereka al-Qur’an. Al-Qur’an merupakan sumber as-sa’adah (kebahagian) di dunia dan di akhirat. Ia merupakan wahyu dari Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk menjadi petunjuk dan untuk menjadi pembeda antar hak dan bathil. Dan dia merupakan nikmat yang sangat besar yang tidak diberikan kepada ummat yang lain. Allah Subhanahu wa Ta’ala ber-Firman dalam al-Qur’an:

Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus: 57)

Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kepada orang-orang beriman untuk bergembira dengan nikmat tersebut, Allah ber-Firman:

Artinya: “Katakanlah: “Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”. (QS. Yunus: 58)

Sehingga para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat bergembira dengan diturunkannya al-Qur’an. Tidak ada perkara yang membuat mereka sangat bersedih kecuali dengan meninggalnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena dengan meninggalnya beliau maka wahyu telah terputus dari langit. Dalam riwayat yang shahih, ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah meninggal dunia, suatu hari Abu Bakar as-shiddiq berkata kepada Umar bin Khattab, “Mari kita mengunjungi Ummu Aiman untuk kita mengingat masa-masa indah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam”. Ummu Aiman adalah pengasuh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika masih kecil. Ketika keduanya sampai di rumah Ummu Aiman, mereka mendapati Ummu Aiman dalam keadaan menangis. Ketika ditanya kepadanya. “Mengapa engkau menangis, apakah engkau tidak ridha dengan yang dipilih oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yakni kembali ke Rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ummu Aiman kemudian mengatakan, “Bukan itu yang membuat aku bersedih, tapi yang membuat aku bersedih karena dengan kematian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam maka wahyu telah terputus dari langit”.

Al-Qur’an, Mukjizat yang Ada Hingga Saat Ini
Allah Subhanahu wa Ta’ala memuliakan umat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan al-Qur’an. Ketika mukjizat-mukjizat yang Allah berikan kepada para Nabi-nabi yang diutus sebelum Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam itu terputus dan berhenti dengan kematian Nabi tersebut. Adapun mukjizat al-Qur’an maka ia dalah kekal sampai hari kiamat sebagaimana janji dari Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam al-Qur’an:

Artinya: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”

Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan al-Qur’an dijaga di dada orang-orang yang dipilih oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagaiman Firman-Nya di dalam al-Qur’an:

Artinya: “Sebenarnya, Al-Qur’an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim.” (QS. al-Ankabut: 49)

Kewajiban Kita Kepada Al-Qur’an
Kewajiban kita untuk senantiasa memperhatikan al-Qur’an, jangan sampai kita termasuk orang yang diadukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam al-Qur’an sebagaimana Firman Allah Ta’ala tentang pengaduan beliau dalam surah :

Artinya: “Berkatalah Rasul: “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Qur’an itu sesuatu yang tidak diacuhkan”. (QS. al-Furqon: 30)

Ayat tersebut ditafsirkan oleh para Ulama bahwa termasuk daripada perkara memboikot al-Qur’an dan mengabaikan al-Qur’an adalah tidak membaca al-Qur’an, tidak meluangkan waktunya untuk senantiasa memiliki inayah dan perhatian untuk al-Qur’an, dia lebih banyak memberikan waktunya untuk membaca koran daripada al-Qur’an, dia lebih memperhatikan kisah-kisah hayalan, atau lebih memperhatikan majelis-majelis di depan sinetron, di depan televisi bahkan mungkin di depan tontonan yang bisa merusak hati-hati mereka.

Kemudian termasuk perkara mengabaikan al-Qur’an adalah tidak mentadabburi al-Qur’an. Karena sesungguhnya al-Qur’an diturunkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala bukan untuk sekedar dibaca, namun yang lebih penting dari itu adalah bagaimana kita mentadabburi al-Qur’an. Sesungguhnya kesesatan orang-orang kafir yang bisa membaca al-Qur’an disebabkan karena mereka tidak mentadabburi al-Qur’an. Allah mencela mereka sebagaimana yang disebutkan dalam al-Qur’an:

Artinya: “Maka apakah mereka tidak mentadabburi Al-Qur’an ataukah hati mereka terkunci?” (QS. Muhammad: 24)

Al-Qur’an adalah kitab yang seandainya diturunkan ke gunung yang sangat kokoh maka gunung itu akan hancur lebur. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman al-Qur’an:

Artinya: “Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir.” (QS. al-hasyr :21)

Namun mengapa hati kita tidak berbekas dengan bacaan al-Qur’an? Bisa dipertanyakan, jangan sampai hati kita sudah lebih keras dari gunung atau batu sehingga tidak mampu lagi tersentuh oleh bacaan-bacaan dalam al-Qur’an. Marilah kita memperbanyak untuk membaca al-Qur’an, mentadabburi al-Qur’an, dan yang lebih penting lagi adalah mengamalkan isi-isi dari al-Qur’an dalam kehidupan kita sehari-hari. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kita taufik untuk itu. Wallahu a’lam.

Ditranskrip dari ceramah Ustadz Harman Tajang, Lc.
Editor: Zainal Lamu.

Pasang toolbar wahdahmakassar.org di browser Anda, Klik Di sini!

About the Author