Oleh: Muhammad Ode Wahyu
Dosa merupakan noda dan kegelapan. Ia layaknya titik-titik hitam yang melekat di hati seorang manusia tatkala ia terjatuh di dalamnya. Semakin banyak seseorang melakukan dosa, semakin hitam pula hatinya, kegelapan menyelimuti hati dan pikirannya di dunia. Lalu di akhirat, wajahnya tak ubahnya seperti arang yang hitam legam. Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata, “sesungguhnya dosa merupakan kegelapan di dalam hati, kehitaman terhadap wajah, kelemahan akan badan, pengurangan terhadap rezeki dan keburukan pada hati-hati manusia.” (lihat: mahasinut ta’wil lil Imam Jamaluddin al Qasimi. Asy Syamilah)
Hakikatnya, dosa merupakan musibah bagi seorang muslim. Seseorang yang terjatuh di dalamnya tidak diperbolehkan untuk bergembira akannya. Karena itu, Ibnu Mua’dz ar Razi rahimahullah pernah berkata, “aku heran dengan orang-orang yang berakal, mereka berkata pada setiap doanya, ya Allah janganlah engkau jadikan musuh-musuhku gembira dengan musibah yang sedang menimpa diriku. Lantas ia sendiri gembira dengan musibah yang menimpa dirinya yang merupakan musuh baginya.” Dikatakan kepadanya, bagaimana itu bisa terjadi? Ia berkata, “dia bermaksiat pada Allah dan dia berbahagia dengan maksiatnya itu.”
Jangan Berputus Asa dari Rahmat Allah
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman
“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan Kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi). Dan ikutilah Sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya,” (Terjemahan QS. Az Zumar: 53-55)
Dalam tafsirnya, Syaikh Abdurrahman Ibnu Nashr as Sa’di rahimahullah berkata, “Allah mengabarkan kepada hamba-hambaNya yang telah banyak berbuat dosa, akan luas kemuliaanNya lalu menganjurkan mereka untuk kembali kepadaNya.” Beliau juga berkata, “janganlah kalian berputus asa dari-Nya, sehingga kalian membinasakan diri kalian dengan tangan-tangan kalian sendiri, lalu berkata, sudah terlalu banyak dosa-dosa kami, aib-aib kami pun telah menjadi banyak, maka sudah tidak ada lagi jalan untuk menghilangkannya. Akhirnya, kalian menetap diri dalam kemaksiatan disebabkan keputus-asaan itu, lalu kalian berbekal dengan sesuatu yang membuat Dzat yang Maha Penyayang dan penuh kasih murka terhadap kalian. Akan tetapi, kenalilah Tuhan kalian dari nama-nama-Nya yang menunjukkan kemulian dan kedermawanan-Nya. Ketahuilah sesungguhnya Allah mengampuni segala dosa dari syirik, zina, riba, kezhaliman dan selain itu. (Taisirul Karimir rahman: 1020)
Dalam sebuah hadits qudsi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menyampaikan firman Allah,
“wahai sekalian anak cucu Adam, sesungguhnya selama engkau berdoa kepada-Ku dan berharap kepada-Ku, niscaya Aku akan mengampuni semua dosa-dosamu yang pernah ada padamu dan tidak akan Aku hiraukan lagi. Wahai sekalian anak cucu Adam, jika seandainya dosa-dosamu sudah setinggi langit, kemudian engkau memohon ampunan kepada-Ku, maka Aku pasti akan mengampunimu. Wahai anak cucu Adam jika seandainya engkau datang kepada-Ku dengan membawa dosa seberat dan sepenuh bumi kemudian engkau bertemu dengan-Ku dalam keadaan tidak mempersekutukan Aku maka Akupun akan datang dengan membawa ampunan seluas itu pula.” (HR. Tirmidzi dan beliau berkata hadits hasan shahih)
Oleh sebab itu, tidak perlu menunggu esok hari untuk bertaubat, lakukan ia sesegera mungkin agar syaithan tidak menguasai hati yang sudah ingin kembali pada keridhaan Allah.
Manfaatkan Kesempatan Sebelum Datang Penyesalan
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Sungguh telah rugilah orang-orang yang mendustakan Pertemuan mereka dengan Allah, sehingga apabila kiamat datang kepada mereka dengan tiba-tiba, mereka berkata: “Alangkah besarnya penyesalan Kami, terhadap kelalaian Kami tentang kiamat itu!”, sambil mereka memikul dosa-dosa di atas punggungnya. Ingatlah, Amat buruklah apa yang mereka pikul itu.” (Terjemahan QS. Al An’am: 31)
Demikian Allah Azza wa Jalla mengabarkan kisah penyesalan orang-orang yang senantiasa menzhalimi diri mereka dengan kemaksiatan. Halnya, semua itu kembali pada diri mereka. Maka orang-orang yang berakal akan memanfaatkan waktu dan hari-harinya dalam kebaikan dan menjauhi maksiat. Al-Imam Hasan al-Bashri berkata, “Wahai sekalian anak cucu Adam, sesungguhnya engkau hanyalah kumpulan hari-hari. Jika berlalu satu hari darimu maka pergilah separuh dari dirimu.”
Hal ini seharusnya bisa memotivasi setiap kita untuk memanfaatkan waktu yang ada, karena hakikatnya kita sementara mendatangi ajal yang telah Allah tetapkan untuk diri kita. Adalah kejahilan ketika kita mengetahui ajal sedang mendekati dan menyapa kita sementara kita terus menghabiskan sisa waktu sebelum kedatangannya dengan maksiat. Kehidupan dunia yang sebentar ini tak ubahnya seperti es yang mencair, cepat atau lambat ia akan meleleh terikikis oleh waktu lalu habis dan takkan kembali lagi.
Jikalau setiap kita yakin bahwa kematian itu adalah benar dan kedatangannya merupakan perkara yang tidak disangka-sangka, maka mengapa kita harus selalu menunda untuk memohon ampunan itu, sementara kematian tidak pernah menunggu kita untuk istiqamah dahulu pada ketaatan lalu ia datang menghampiri kita.
Bergegaslah Pada Ampunan Allah
Alangkah meruginya diri ini, ketika kita mengetahui akan kesempatan hidup yang hanya sekali di dunia, namun dihabiskan untuk tenggelam dalam lautan kemaksiatan. Lalu dengan berbagai kelalaian dan kemaksiatan itu, kita berangan-angan dan berharap surga yang disiapkan untuk manusia yang senantiasa bertakwa kepadaNya. Berharap surga itu boleh saja, akan tetapi bagaimana berharap surga dengan modal kemaksiatan?
Syaikh Muhammad Ibnu Shalih al ‘Utsaimin rahimahullah pernah berkata, “kita hidup di dunia ini, senantiasa melakukan dosa di malam dan di siang hari. Dan kita, dengan kondisi yang senantiasa berbuat dosa seperti itu selalu berprasangka pasti masuk surga, padahal kita lupa bahwa Adam dikeluarkan dari surga hanya karena ia melakukan satu dosa saja.”
Manusia yang baik bukanlah manusia yang tidak pernah berbuat dosa. Karena hakikatnya, tidak ada manusia yang terbebas dari dosa. Akan tetapi manusia yang baik itu adalah mereka yang ketika melakukan dosa kemudian ingat pada Rabnya maka mereka beristighfar akan dosa dan kesalahan itu.
Allah berfirman,
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (Terjemahan QS. Ali Imran:135)
Dua hal Allah perintahkan hambaNya untuk bersegera tidak menundanya. Pertama: Bersegera kepada ampunan Allah, kedua: bersegera kepada surga Allah.
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabbmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,” (Terjemahan QS. Ali Imran: 133)
Motivasi serupa kita juga dapatkan dalam surat Al-Hadid ayat 21:
“Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Rabbmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (Terjemahan QS. al-Hadid: 21).
Saudaraku fillah, perintah bersegera kepada ampunan Allah dan jannah Allah menunjukkan bahwa waktu seorang mukmin demikian berharga, untuk meraih kebaikan-kebaikan, meraih ampunan Allah dan surgaNya.
Jangan menunda untuk bertaubat dan beramal shalih, manfaatkan sehatmu sebelum sakitmu, bersegeralah beramal diwaktu pagi sebelum petang, manfaatkan hidupmu sebelum datang ajalmu. Bersegeralah karena perjalanan masih panjang, kampung akhirat menanti kedatangan kita, dunia bukan negri kekekalan, dunia hanyalah persinggahan.
Wallahu a’lam bishawab.[]
Sumber: Buletin al-Balagh