Waktu posting: Mon, Nov 18th, 2013
Kajian / Manhaj | Oleh masteradmin | Dibaca: 322 kali

Kenapa Tarbiyah Lewat Halaqah-halaqah Al-Qur’an (2)

Lanjutan dari tulisan Kenapa Tarbiyah Lewat Halaqah-halaqah Al-Qur’an (1)

——————-

Ketujuh, Perbedaan yang Mencolok antara Alumni Halaqah Al-Qur’an yang Mentarbiyah dengan Halaqah yang Tidak Mentarbiyah

Dari pengalaman sebagai penilik terhadap halaqah Al-Qur’an, penulis mengamati adanya perbedaan mencolok antara alumni halaqah Al-Qur’an yang memberikan sentuhan tarbiyah dengan yang tidak. Perbedaan tersebut tampak dari segi sikap, perilaku, komitmen terhadap pedoman Al-Qur’an, sikap berkompetisi untuk melakukan ketaatan, bahkan dalam hapalan, bagusnya bacaan, dan performens.

Demikianlah dampak Al-Qur’an ketika difungsikan untuk membentuk pribadi murid-murid. Dia mendesain dan membentuk pola pribadi murid. Proses ini hanya membutuhkan guru yang terampil dalam mentarbiyah.

Kesan ini tidak terbatas pada diri penulis semata, tapi juga penulis dapatkan dari pengakuan masyarakat dan guru-guru.

Kedelapan, Kebutuhan Masyarakat terhadap Tarbiyah Dewasa ini Lebih Mendesak daripada Sebelumnya

Generasi Salaf menaruh perhatian besar terhadap metode yang menyeluruhdalam pengajaran Al-Qur’an, yang memperhatikan aspek hapalan, pemahaman, dan implementasi sekaligus. Mengingat bahwa metode ini sangat efektif sekaligus krusial. Dewasa ini, kebutuhan kita terhadap metode yang menyeluruh tersebut lebih besar lagi bahkan mendesak. Pasalnya, murid-murid generasi sekarang terkepung oleh banyaknya sumber informasi yang sebagian besar tidak terkontrol bahkan menyaksikan perluasan yang signifikan terhadap sumber yang negatif. Tantangan ini seharusnya mendorong kelompok-kelompok pembinaan remaja untuk berperan lebih besar dalam menanamkan nilai-nilai Islam. Terlebih lagi generasi sekarang sangat merindukan pengarahan Salafiyah sejati berdasarkan pedoman Nabi shallallahu alaihi wa sallam, untuk membentengi mereka dari pemahaman ekstrim, pemikiran sesat dan hedonis.

Banjir informasi yang melanda 24 jam sarat dengan syubhat serta konsep asing yang berbahaya. Informasi tersebut sengaja dikemas untuk melahirkan generasi yang hanya berislam-KTP, hanya mengenal Al-Qur’an lewat tulisannya, mengesampingkan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup, dan gemar maksiat dengan dalih bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Seharusnya para tentor halaqah Al-Qur’an, sebagaimana juga yang lainnya, menjadi benteng yang kokoh bagi gempuran nilai-nilai destruktif tersebut. Dan melatih generasi muslim untuk menjadikan Al-Qur’an sebagai referensi hidayah merupakan kewajiban yang paling penting saat ini.

Kesembilan, Fase Usia yang Tepat untuk Belajar dan Menerima

Sebagian besar murid halaqah Al-Qur’an adalah mereka yang dalam fase usia belajar, pembentukan kepribadian, dan pubertas. Fase ini adalah fase emas yang sangat potensial. Penanaman nilai-nilai Al-Qur’an di fase ini lebih mudah dan akan lebih dalam daripada fase pada periode usia lainnya.

Kita bisa mengambil pelajaran dari lembaga-lembaga formal pemerintahan yang umumnya menaruh perhatian yang besar terhadap fase ini. Anggaran dan sumber daya yang besar dikeluarkan demi mewujudkan tujuan-tujuan yang diinginkan di fase ini. Tentor-tentor halaqah Al-Qur’an seharusnya bisa memberi perhatian yang lebih besar dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan pendidikan di halaqah Al-Qur’an dengan bermodalkanmanhajyang mereka miliki.

Seharusnya para pembina halaqah Al-Qur’an selalu berusaha meningkatkan metodologi dan materi tarbiyah yang mereka berikan kepada murid-murid. Tidak boleh mereka menjadikan tugas mereka sampingan belaka. Sebaliknya, tugas yang mereka emban seyogyanya dijadikan sebagai tugas pokok.

Sintesa antara metodologi yang tepat dengan murid-murid yang potensial tentunya memberi kita harapan untuk lahirnya generasi qur’ani yang merefleksikan Al-Qur’an dalam kehidupan.

Sepuluh, Peran Tarbiyah Qur’aniyah dalam Menciptakan Masyarakat yang Solid

Tarbiyah qur’aniyah memiliki peran yang besar dalam mewujudkan masyarakat yang solid. Tarbiyah model ini menanamkan kesadaran afiliatif kepada entitas sosial dan menumbuhkan ketenangan jiwa. Dalam tarbiyah tersebut, murid-murid terinternalisasi kepada nilai-nilai ukhuwah, memprioritaskan orang lain, keadilan, amanah, dan nilai-nilai Islam lainnya. Kelak, murid-murid itu akan menularkan pengalaman mereka kepada masyarakat. Mereka mencintai masyarakat sebagaimana mereka cinta kepada diri mereka sendiri, sehingga tumbuh tolong menolong serta saling menghargai.

Halaqah Al-Qur’an berperan mempererat hubungan antara murid dengan masyarakatnya. Sebab, hubungan erat tersebut merupakan ajaran Al-Qur’an itu sendiri. Ajaran untuk menebarkan cinta, solidaritas, dan menjauhi segala hal yang bisa mengeruhkan suasana serta permusuhan. Nilai-nilai inilah yang masyarakat rindukan pada setiap waktu dan tempat. Nilai-nilai yang semakin dibutuhkan kehadirannya dewasa ini, untuk membendung dominasi peradaban Barat yang materialistis.

Allah berfirman:

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إذْ كُنتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إخْوَانًا وَكُنتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang Neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk.”(QS. Aali Imran/3: 103).

(Lihat:Atsar al-Halaqat al-Qur’aniyah fii Tahqiq al-Amn al-Ijtima’iy, h. 14).

Sebelas, Peran Besar Tarbiyah Qur’aniyah dalam Pengembangan Kapasitas dan Pembangunan

Hal ini bisa dilihat dari arahan Al-Qur’an yang mendorong untuk mewujudkan kemakmuran dan mengoptimalkan potensi yang ada untuk menciptakan hal-hal yang bermanfaat bagi hamba di sisi AllahTa’ala. Bukti hal ini sangat jelas pada generasi awal Islam yang bersama Rasulullahshallallahu alaihi wasallamyang beralih dari penyembah berhala dengan nalar yang timpang menjadi pemimpin berbagai bangsa untuk mewujudkan berbagai peradaban. Mereka menjadi mercusuar keadilan dan kehidupan yang hakiki di tengah manusia. Hanya seperempat abad waktu yang dibutuhkan oleh tarbiyah qur’aniyah untuk melahirkan peradaban yang membangun manusia.

Sesungguhnya pengarahan Al-Qur’an yang diterima oleh murid lewat proses tarbiyah yang terencana akan melahirkan potensi yang Allah ciptakan dalam diri manusia, sesuai dengan pribadi mereka masing-masing dan setiap insan Allah mudahkan sejalan dengan penciptaan yang Allah tetapkan. Al-Qur’an mendorong untuk melakukan amal shalih dan melakukan kebaikan dalam maknanya yang luas. Sehingga murid-murid tarbiyah akan terbangun kepribadiannya untuk bekerja, mengambil inisiatif, tekun, dan mengoptimalkan waktunya. Kepribadian inilah yang akan membangkitkan umat dan personnya.

Sesungguhnya pengarahan Al-Qur’an yang diterima oleh murid lewat proses tarbiyah yang terencana akan membuka wawasan pemikirannya yang positif serta menumbuhkan kepribadian intelektual sejati yang kritis dan konstruktif. Juga pribadi yang kuat hapalannya.

Sesungguhnya pengarahan Al-Qur’an yang diterima oleh murid lewat proses tarbiyah yang terencana akan mendorongnya untuk berkontribusi dan bertanggung jawab membangun peradaban, sehingga dia menjadi faktor pembangun dan pendorong kesejahteraan rohani.

Dua Belas, Peran Besar Tarbiyah Qur’aniyah dalam Menciptakan Keamanan

Tarbiyah qur’aniyah memiliki peran besar dalam upaya menciptakan keamanan dan mencegah kriminalitas. Sebuah ungkapan mengatakan:“bukalah satu halaqah Al-Qur’an, maka anda telah menutup sebuah penjara.”Pengamatan sepintas terhadap daftar pelaku kriminalitas di penjara atau pusat rehabilitasi sosial akan menemukan minimnya alumni halaqah Al-Qur’an (Lihat:ibid, 13).

Sebuah survey tentang dampak halaqah Al-Qur’an terhadap perubahan perilaku tahanan oleh Sulaiman Uqayl (1422 H) menunjukkan hasil berikut: 82% peserta halaqah Al-Qur’an mengubah persepsi dan sikap hidup mereka, 91,6% menjadi rutin membaca Al-Qur’an khususnya di waktu senggang, bahkan 89,2% menunjukkan minat untuk menghapal Al-Qur’an secara penuh. (Alaqah Iltihaq al-Thalib bi Halqah Tahfidz al-Qur’an al-Karim bi Ba’dh al-Mutaghayyirat al-Tarbawiyah: Dirasah Maydaniyah,h. 82).

Di sisi lain, tarbiyah lewat halaqah Al-Qur’an juga membentengi masyarakat dari serangan luar, sebab Al-Qur’an mengajarkan persatuan dan meninggalkan perpecahan. Al-Qur’an memfasilitasi manhaj sejati dalam berinteraksi dengan musuh yang diterima oleh semua pihak. Akhirnya, masyarakat yang terdidik dengan Al-Qur’an akan menjadi entitas yang satu yang tidak bisa ditembus oleh musuh, baik secara kultural maupun militer.***

Pasang toolbar wahdahmakassar.org di browser Anda, Klik Di sini!

About the Author