Published On: Thu, Sep 17th, 2009

Keistimewaan Sepuluh Malam Terakhir Ramadhan

Oleh: Syamsuddin al-Munawiy

Dimuat di Ujung Pandang Ekspress (Hikmah Ramadhan, 22 Ramadhan 1430)

Di awal Ramadhan, masjid mana yang tak penuh sesak dengan jamaah? Terutama shalat isya’ dan tarawih. Hampir dipastikan, di awal-awal Ramadhan tidak ada yang mau ketinggalan.

Namun seperti biasa saat tapak-tapak Ramadhan kian menjelang akhirnya, semangat beribadah mulai redup, fisik semakin berat dan ketaatan semakin berkurang. Saat memasuki sepuluh malam terakhir Ramadhan, masjid-masjid mulai sepi dan kekurangan jamaah. Sebaliknya pasar-pasar malam, mall-mall, dan pusat-pusat perbelanjaan lainnya menjadi lebih ramai dari biasanya.

Demikin yang terjadi di sekitar kita dari tahun ke tahun. Bahkan tanpa sadar, kitapun menjadi bagian dari kebiasaan dan kelalaian “klasik” ini. Sebagai gejala dan indikasi bahwa keutamaan dan kemuliaan Ramadhan kurang dipahami dengan baik, sehingga kemeriahan suasana amaliyah Ramadhan yang terjadi di awalnya seolah hanya karena tradisi saja. Semangat yang menggebu-gebu pada awal-awal Ramadhan sepertinya tidak dilandasi oleh ‘ilmu dan pemahaman yang cukup.

Sesungguhnya sepuluh terakhir Ramadhan merupakan kesempatan khusus dan spesial yang sangat istimewa untuk menggapai ridha Allah dan mendulang banyak pahala dan kebaikkan yang berlimpah. Oleh karena sepuluh terakhir Ramadhan memiliki keutaman dan keistimewaan khusus yang tidak dimiliki oleh malam-malam sebelumnya.

Saat memasuki sepuluh terakhir Ramadhan, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam biasa meningkatkan intensitas ibadah yaang beliau kerjakan. Istri beliau ‘Aisyah Radhiyallahu ’Anha menuturkan: “Biasanya Rasulullah bersungguh-sungguh beribadah pada sepuluh malam terakhir Ramadhan melebihi kesungguhan beliau pada malam-malam yang lain”. (HR. Muslim)

Beliau mengkhususkan sepuluh malam terakhir dengan melakukan ibadah yang tidak beliau kerjakan pada malam-malam sebelumnya. Biasanya beliau jika telah masuk bulan Ramadhan, beliau shalat dan tidur, namun jika telah memasuki sepuluh malam terakhir beliau tidak sempat memejamkan mata .

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga membangunkan istri-istrinya pada sepuluh malam terakhir tersebut. Kebiasaan seperti ini tidaklah beliau lakukan pada kesempatan-kesempatan yang lain. Abu Dzar Al Ghifari Radhiyallahu ’Anhu menuturkan bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam shalat mengimami mereka pada malam kedua puluh tiga, kedua puluh lima, dan kedua puluh tujuh. lalu disebutkan bahwa beliau turut mengajak istri-istrinya untuk beribadah pada malam kedua puluh tujuh. Hal ini menegaskan bahwa sangat diprioritaskan membangunkan keluarga untuk beribadah pada malam-malam ganjil, karena besar kemungkinan malam-malam tersebut adalah saat terjadinya Lailatul Qadar.

Kebiasaan yang lain yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pada sepuluh malam terakhir Ramadhan; beri’tikaf. I’tikaf artinya menetap dan berdiam diri di masjid dengan niat taqarrub mendekatkan diri kepada Allah ‘Azza wa Jalla.

Al-Imam Ibnul Qayyim dalam Zaadul Maad (sebagaimana yang dinukil di dalam Shifat Shaum An-Nabi) menjelaskan bahwa hikmah yang terkandung di dalam I’tikaf adalah berdiamnya hati kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan berkumpulnya hati kepada Allah, berkhalwat dengan-Nya dan memutuskan segala kesibukan dengan makhluk. Hanya menyibukkan diri dengan Allah semata.

Hingga jadilah mengingat-Nya, kecintaan dan penghadapan kepada-Nya sebagai ganti kesedihan (duka) hati dan betikan-betikannya, sehingga ia mampu mencurahkan kepada Allah, dan jadilah keinginan semua kepada-Nya dan semua betikan-betikan hati dengan mengingat-Nya, bertafakur dalam mendapatkan keridhaan dengan sesuatu yang mendekatkan dirinya kepada Allah.

I’tikaf adalah salah satu sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang banyak ditinggalkan kaum muslimin sekarang ini. Dalam upaya menghidupkan kembali sunnah ini saya mengajak kepada semua kaum muslimin untuk memaksimalkan sepuluh hari terakhir Ramadhan ini dengan melakukan i’tikaf di masjid meskipun tidak bisa full tapi itu lebih baik dari tidak sama sekali. Wallahu Ta’ala A’lam.

Pasang toolbar wahdahmakassar.org di browser Anda, Klik Di sini!

About the Author