Keajaiban Sedekah

0

WahdahMakassar.org - Diriwayatkan dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bersabda, “Saat seseorang berada di suatu padang pasir, ia mendengar suara di awam, ‘siramilah kebun si fulan’, lalu awan itu menjauh dan menuangkan air. Ternyata di kebun itu ada seseorang yang tengah mengalirkan air dengan sekopnya. la bertanya kepadanya, ‘Wahai hamba Allah, sipakah namamu ?’, orang itu menjawab, ‘Fulan’. la menyebut nama yang sama dengan yang ia dengar dari awan. la bertanya, ‘Wahai hamba Allah, mengapa engkau menanyakan namaku ?’ Orang itu menjawab, ‘Aku mendengar suara di awan dimana inilah airnya. Awan itu berkata, ‘Siramilah kebun si fulan, dan itu namamu. Apa yang engkau lakukan di kebunmu?’ Ia menjawab, ‘karena engkau mengatakan seperti itu (aku akan menjawabnya). Ketika panen, aku menyedekahkan sepertiganya, memakan sepertiganya bersama keluargaku, dan menggunakan sepertiganya untuk benih berkebun lagi’.” (HR Muslim).

Pelajaran dari kisah ini:

1. Karamah adalah karunia dari Allah untuk memperlihatkan kekuasaan dan kerahmatan-Nya kepada hamba hamba-Nya.

2. Awan tidak akan menurunkan hujan kecuali dengan izin dan perintah Allah. Manusia tidak akan mengetahui kapan dan di mana hujan turun. Allah Ta’ala berfrman, “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat, dan Dia lah yang Menurunkan hujan dan Mengetahui apa yong ada dalam Rahim. Tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Luqman : 34)

3. Konfirmasi dan mencari kepastian dari apa yang didengar adalah sifat orang beriman. Seperti di hadits ini orang tersebut berkata, “waha hamba Allah, siapakah namamu ?”

4. Kalau kita tidak mengetahui nama seseorang alangkah baiknya bila menghormatinya dengan memangginya. “Wahai Hamba Allah”, sampai kita mengetahui namanya. Dihadits ini orang tersebut mengatakan, “Wahai Hamba Allah, siapakah namamu? “

5. Siapa pun tidak boleh berdusta ketika ditanya orang lain tentang amal saleh yang ia sembunyikan. Hal ini tampak dalam hadits bahwa orang tersebut menyembunyikan amalnya, sehingga lawan bicaranya menanyakan kepadanya, “Apa yang engkau lakukan di kebunmu?”, orang itu menjawab, “Karena engkau mengatakan seperti itu, (aku akan menjawabnya). Ketika panen, aku menyedekahkan sepertiganya, memakan sepertiganya bersama keluargaku, dan menggunakan sepertiganya untuk benih berkebun lagi.”

6. Hadits ini menjelaskan keutamaan sedekah dan berbuat baik kepada orang miskin dan mustahiq zakat. Orang tersebut mengatakan, “Saya menyedekahkan sepertiganya.”

7. Hadits ini juga menjelaskan keutamaan infak kepada keluarga sekaligus keutamaan memakan makanan dari harta hasil jerih payahnya sendiri. Laki-laki dalam hadits ini mengatakan, “Saya memakan hasilnya untuk saya sendiri dan keluarga sepertiganya dan sepertiga lagi untuk benih.”

8. Rezeki itu tidak akan datang dengan lamunan dan khayalan. Rezeki harus dicari dengan bekerja. Laki-laki shaleh di hadits ini mengairi ladangnya dan melakukan upaya lain agar bagus panenannya. Perhatikanlah kata-kata, “Ternyata ada seorang laki-laki yang ber diri di kebunnya sedang mengairinya dengan sekopnya.”

Ya Allah, cukupkanlah kami dengan yang Engkau halalkan, jauhkanlah kami dari yang Engkau haramkan. Cukupkanlah kami dengan karunia-Mu agar kami tidak bergantung kepada selain Engkau.

Sumber : Buku ‘Rasulullah Berbagi Cerita’ (Isham bin Abdul Aziz Asy-Syayi’)

Share.

Leave A Reply