Kamu Harus Menjadi Semangat Yang Tak Pernah Padam!!!
Semangat dan gairah adalah perasaan yang sangat kuat yang dialami oleh setiap orang. Semangat, dalam pengertian umum, digunakan untuk mengungkapkan minat yang menggebu dan pengorbanan untuk meraih tujuan, dan kegigihan dalam mewujudkannya. Semangat harus ada dalam diri setiap orang, ia energi yang menggerakkan hati, pikiran dan perasaan untuk melakukan sesuatu.
Namun, semangat sebagian besar orang tidak bertahan seumur hidup karena tidak punya landasan yang kuat. Seringkali tidak ada tujuan khusus yang akan mempertahankan semangat dalam semua keadaan dan memberikan kekuatan kepada mereka. Satu-satunya orang yang tidak pernah kehilangan semangat di hati mereka sepanjang hidup adalah orang-orang beriman, karena sumber semangat mereka ialah keimanan kepada Allah dan tujuan utama mereka ialah memperoleh keridhaan Allah , rahmat-Nya dan surga-Nya.
Sebagai seorang muslim, terlebih lagi bagi seorang aktivis dakwah selayaknya kita harus memelihara gairah dan semangat yang ada dalam dada untuk menjalani setiap episode kehidupan. Sunnatullah kehidupan yang kita jalani tidak selamanya bertabur kesenangan, adakalanya rasa sedih, kecewa, derita dan air mata akan menghiasi hari hari kita. Karenanya, semangat untuk tetap hidup, berjuang dan memberikan yang terbaik bagi hidup itu sendiri harus senantiasa terjaga dalam diri-diri kita. Semangatlah yang akan membuat kita tersenyum menghadapi duka, gairahlah yang akan membuat kita bangkit ditengah keterpurukan, dan semangat itu pulalah yang akan membuat bulir-bulir air mata kepedihan kita menjadi kilau mutiara yang menyejukkan.
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Al-Baqarah: 155)
Ayat diatas sangat tepat untuk dijadikan bahan tarbiyah bagi mereka yang diserahkan amanah dakwah Ilallah untuk memelihara solidaritas dan keteguhan mereka, bahwa kemenangan itu dekat dan identik dengan perjuangan, cobaan dan ujian. Hanya mereka yang solid yang berhak meraih “kemenangan yang hakiki”. Seperti yang tersirat dari jawaban Allah atas pertanyaan dan keluhan Rasul dan para sahabatnya “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat”. (Al-Baqarah: 214)
Ansharullah, para penolong agama Allah. Para mujahid dan mujahidah yang padanya dititipkan risalah perjuangan para nabi dan rasul hendaknya memiliki semangat yang tidak pernah padam. Seseorang yang kemudian telah memilih jalan dakwah sebagai pilihan hendaknya memiliki pribadi unggul. Pribadi kuat dan tegar yang dengannya dia akan mengarungi jalan panjang perjuangan yang penuh dengan lika liku dan kerikil kerikil tajam yang menghadang. pertolongan Allah akan diberikan kepada mereka yang konsisten hingga akhir hayat, yang tetap mantap meskipun dalam penderitaan dan kesengsaraan, tetap teguh dan tegar ketika menghadapi goncangan, dan pada puncaknya mereka yakin bahwa tidak ada pertolongan melainkan pertolongan Allah.
Jalan dakwah memang tidak mudah. Al Quran mengisahkan dengan begitu gamblang romantisme perjuangan yang dilakukan nabi dan rasul dalam menegakkan kalimat tauhid. Pun dengan hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, menceritakan pada kita kisah heroik yang telah dilakukan para sahabat dalam menegakkan agama ini.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah memilih jalan sukar ini, beliau lebih memilih untuk berjihad, berkorban dan bersabar di jalan ini. Jika Rasulullah menginginkan, bisa saja beliau berdoa meminta kepada Allah untuk membinasakan kaum Qurais dahulunya. Tapi tidak, beliau lebih memilih jalan ini. Beliau ingin mengajarkan kepada umatnya untuk tidak cepat menyerah. Beliau memilih jalan yang sukar dan penuh dengan ujian dan cobaan, agar menjadi teladan bagi umatnya bahwa kemenangan itu harus dengan perjuangan, pengorbanan dan menempuh jalan yang sukar. Beliau ingin kemenangan yang didapatkan dari perjuangan ini menjadi kemenangan abadi.
Sementara kemenangan yang didapatkan dengan mudah, akan mudah pula untuk runtuh dan tercabik-cabik. Dakwah yang ‘mudah” hanya untuk mereka yang berjiwa kerdil, yang berkepribadian lemah yang dengan mudah ditumbangkan oleh hujan gerimis dan tiupan angin. Hanya mereka yang berjiwa kuatlah yang akan tahan dengan beratnya ujian, hanya orang-orang yang bersemangatlah yang akan terus berjalan, hanya jiwa-jiwa yang bermental bajalah yang akan tetap berdiri dan menjadi penyokong-penyokong perjuangan untuk menegakkan kejayaan islam.
Dalam sebuah hadis dikatakan “Seorang mukmin yang kuat lebih dicintai Allah ketimbang mukmin yang lemah dan pada keduanya ada kebaikan. Bersemangatlah terhadap hal-hal yang dapat memberi manfaat kepadamu, dan mintalah pertolongan kepada Allah, janganlah kamu lemah…..(HR.Muslim). Hadits ini mengisyaratkan kepada kita untuk menjadi mukmin yang kuat. Mukmin yang cerdas, yang mampu mengambil hikmah dari setiap kejadian. Yang yakin bahwa pertolongan Allah sangat dekat dan pasti seperti dijanjikan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Al Quran. ”Dan sungguh Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (Q.s. al-Hajj: 40).
Di dalam Al-Qur’an dinyatakan bahwa semua nabi telah menunjukkan komitmen yang sama dalam menyampaikan risalah dari Tuhan mereka. Kesukaran-kesukaran yang mereka hadapi tidak pernah mematahkan semangat mereka. Bahkan sebaliknya, mereka senantiasa melakukan berbagai upaya untuk menunjukkan jalan yang benar kepada umat mereka.
Upaya-upaya penuh semangat yang telah dilakukan oleh Nabi Nuh a.s. telah digambarkan sebagai berikut: “Nuh berkata: ‘Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah berdakwah kepada kaumku malam dan siang, namun dakwah itu hanya menambah mereka lari (dari kebenaran). Dan sesungguhnya setiap kali aku berdakwah kepada mereka (untuk beriman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (ke mukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan sangat menyombongkan diri. Kemudian sesungguhnya aku telah berdakwah kepada mereka (untuk beriman) dengan cara terang-terangan, kemudian sesungguhnya aku (berdakwah kepada) mereka (lagi) dengan terang-terangan dan diam-diam, maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun’.” (QS Nuh: 5-10).
Demikianlah sunnatullah dalam dakwah yang dipaparkan oleh ayat-ayatNya yang secara aplikatif berlaku dan terjadi dalam sejarah perjuangan dakwah para Nabi, Rasul serta Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan para sahabatnya. Namun seringkali penyakit isti’jal mengikis sendi solidaritas dan ketegaran dakwah kita, seperti yang pernah diingatkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam kepada sahabat Khabbab bin Al-Arat, “Namun kalian seringkali isti’jal (tergesa-gesa, tidak sabar). Padahal sebelum kalian ada yang harus menerima ujian yang sangat berat. Diantara mereka ada yang tegar meskipun digergaji dari ujung kepala hingga telapak kakinya. Diantara mereka juga ada yang tetap teguh saat harus disisir dengan sisir besi antara tulang dan dagingnya. Mereka tetap tidak bergeming dari agama Allah. Dan memang berdasarkan sunnatullah bahwa ujian terberat dan terbesar akan dihadapi oleh para Nabi, kemudian para orang-orang sholeh dan mereka yang bersikap seperti mereka. Seseorang akan diuji sesuai dengan komitmen agamanya. Jika besar keteguhannya dalam berpegang dengan ajaran agama ini, maka ia akan menerima ujian yang lebih”. (HR. Al-Hakim)
Saatnya kita menguji soliditas dan keteguhan kita dalam dakwah ini dengan barometer ujian dan cobaan yang menghadang kita. Kita seharusnya berbahagia bahwa peluang untuk meraih keutamaan Allah yang terbesar terbentang luas di depan mata kita, dengan tetap bersikap teguh, girah, komit dan tsiqoh dengan kebenaran dakwah ini dan pertolongan Allah. Mudah-mudahan “kemenangan hakiki” memang layak dianugerahkan Allah untuk kita karena kita adalah orang-orang yang “kuat”. Amin………… trie