Ibadah yg banyak, aktifitas dakwah yg beragam, jam terbang yg tinggi dan seabrek kesholehan pribadi yg mengagumkan dan dapat mengantar seseorang sampai keatas pucuk menara gading kewibawaan , ternyata tidaklah cukup membuat seseorang itu menjadi baik dan selamat, manakala ia tak mampu menjaga dan memelihara lisannya.
Menjaga lisan setelah mengaplikasikan seluruh rangkaian indah amal-amal ibadah dan kebajikan, adalah kunci pokok dan inti, untuk menjaga eksistensi kebajikan-kebajikan tersebut, agar pahalanya tak tergerus habis oleh gibah,fitnah dan adu domba si lisan, yg akhirnya membuat seseorang menjadi BANGKRUT dan wajahnya justeru tertelungkup hina di dasar neraka.
Perhatikanlah dengan seksama, ketika Rasulullah ﷺ usai mengajarkan kepada sahabatnya Mu’az bin Jabal tentang serangkaian amal-amal ibadah yg sangat agung, pintu-pintu kebajikan yg dapat menjadi modal paling berharga bagi seseorang untuk mengantarkannya hingga ke syurga dan menyelamatkannya dari siksa neraka, berupa Tauhid,sholat lima waktu, sedekah ,haji , Puasa, qiamullail, bahkan Jihad fi sabilillah.
Pengajaran itu ditutup oleh Rasulullah ﷺ dengan menyampaikan inti dan kunci utama kesuksesan meraih dan menikmati pahala seluruh rangkain kebajikan sebelumnya yaitu menjaga LISAN.
Di akhir Hadits panjang Mu’az bin Jabal yg diriwayatkan oleh Imam Ahmad, An-Nasa’i dan Imam Tarmizi itu, Rasulullah ﷺ bertanya pada Mu’az :
أَلَا أُخْبِرُكَ بِمِلَاكِ ذَلِكَ كُلِّهِ فَقُلْتُ لَهُ بَلَى يَا نَبِيَّ اللَّهِ فَأَخَذَ بِلِسَانِهِ فَقَالَ كُفَّ عَلَيْكَ هَذَا فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَإِنَّا لَمُؤَاخَذُونَ بِمَا نَتَكَلَّمُ بِهِ فَقَالَ ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ يَا مُعَاذُ وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ عَلَى وُجُوهِهِمْ فِي النَّارِ أَوْ قَالَ عَلَى مَنَاخِرِهِمْ إِلَّا حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ
“Maukah aku beritahukan padamu kunci pokok, sendi utama segala sesuatu? ‘ saya menjawab; Ya, wahai Nabi Allah
Kemudian Rasulullah memegang lisan beliau dan bersabda
“Tahanlah ini”. Kemudian saya bertanya; Wahai Rasulullah! Apakah kami sungguh-sungguh akan dihukum karena hal yang kami bicarakan?
Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam bersabda;
“Celaka kau hai Mu’adz, tidaklah orang-orang ditelungkupkan diatas wajahnya di neraka -atau Rasulullah ﷺ bersabda; “Diatas hidung mereka- melainkan karena hasil ucapan lisan-lisan mereka sendiri?.”
Subhanallah…Maha Suci Allah.
Oleh karena itu, para salaf terdahulu yg merupakan generasi terbaik ummat ini, dari sisi Aqidah , Ibadah, Akhlaq dan perjuangan dakwah serta jihad fi sabilillah, sangat amat berhati-hati menjaga lisan2 mereka.
Umar bin Abdul ‘Aziz - rahimahullah - pernah berkata, sebagaimana yang dinukilkan oleh Ibnu Abi Ad- Dunya dalam kitab (ذم الغيبة و النميمة ) “Celaan kpd Gibah dan adu domba” :
أدركنا السلف و هم لا يرون العبادة في الصوم و لا في الصلاة ، ولكن في الكف عن أعراض الناس .
فقائم الليل و صائم النهار إن لم يحفظ لسانه أفلس يوم القيامة.
Kami mendapati para salaf terdahulu, mereka tidak hanya memandang bahwa ibadah itu, berupa puasa dan sholat belaka, akan tetapi juga termasuk menjaga kehormatan orang lain
Maka orang yg rajin tahajjud di malam hari serta banyak berpuasa di siang hari, jika ia tidak mampu menjaga LISAN nya, niscaya akan bangkrut pada hari kiamat.
Semoga kita tidak termasuk dalam golongan orang-orang BANGKRUT pada hari kiamat hanya karena lisan ini selalu menggibahi saudara sendiri.
Amin
Akhukum : Fadlan Akbar Lc M.Hi