Jadi Pembicara di Muktamar Ikatan Ulama Dunia, Ustadz Zaitun Rasmin Tegaskan Bahaya Syiah
wahdahmakassar.org- Ketua Umum Wahdah Islamiyah, ustadz Muhammad Zaitun Rasmin, Lc. MA. dan ustadz Harman Tajang, Lc. menghadiri Muktamar III Ikatan Ulama Dunia di Istanbul, Turki. Muktamar ini dihadiri lebih dari 50 negara anggota rabithah dan undangan lainnya dari tokoh dan ulama sedunia. Muktamar kali ini mengambil tema “sikap ummat dalam menghadapi tantangan dan ancaman kekinian”. Muktamar dibuka Jum’at (20/12) kemarin oleh dibuka oleh syekh. DR. Abdurrahman Al Mahmud wakil Rabithah Ulama Muslim.
Diantara ulama yang memberikan sambutan diantaranya Syekh. Prof. DR. Nashir bin Sulaiman Al-Umar sekjen Rabithah dan Syekh Sydia Nawawy As-Syinqhity.
Acara kemudian dilanjutkan dengan pemaparan materi-materi dari para masyayekh. Untuk sesi penjelasan tentang perkembangan syiah di Asia dibawakan oleh Ustadz Zaitun Rasmin. Ketua Lembaga Tadabbur Al-Qur’an Indonesia ini menjelaskan di hadapan peserta muktamar bahwa saat ini syi’ah rafidhah di Indonesia memanfaatkan iklim demokrasi yang cukup kondusif untuk memperluas gerakan mereka. Mereka mempengaruhi para tokoh dan pengurus lembaga pendidikan swasta serta menggulirkan program syi’ahisasi di tempat mereka masing-masing.
Mereka juga mendatangkan duta besar Iran untuk Indonesia dan para ulama Iran ke kampus-kampus. Kedatangan mereka ke kampus-kampus biasanya ditindaklanjuti dengan kerjasama di bidang pendidikan dan kebudayaan antara republik Iran dan kampus-kampus tersebut. Diantara program kerjasama tersebut adalah pertukaran pelajar antara kampus dua negara (Iran-Indonesia). Program lainnya adalah pengiriman para pemuda Indonesia untuk belajar di perguruan Tinggi dan hauzah-hauzah (semacam pesantren di Indonesia) di Iran. Mereka juga mengajak masyarakat awam untuk mengikuti perayaan-perayaan jahiliyah yang mereka selenggarakaan. Selain itu mereka juga mendapatkan sambutan yang baik dari pihak kampus. Sambutan tersebut diwujudkan dalam bentuk pembukaan Iranian Corner di beberapa kampus.
Mereka menyuplai buku-buku syi’ah dan referensi lain yang berkaitan dengan kebudayaan Iran. Mereka juga mengadakan kerjasama dengan perguruan tinggi Islam. Ustadz zaitun menambahkan, “dalam aspek pendidikan, mereka berhasil mengutus para pemuda Indonesia untuk belajar di Universitas Qum dan beberapa hauzah di Iran”. Sebagaimana beliau juga menegaskan bahwa sangat disayangkan sebagian oknum yang dianggap ulama yang ditokohkan dan memiliki otoritas di tengah masyarakat mulai terpengaruh dengan syi’ah. Dengan dalih kebebasan berpikir dan berekspresi mereka mengatakan bahwa perbedaan anatara syi’ah dan ahlussunnah adalah perbedaan klasik yang telah ada sejak dulu seperti perebdaan antar madzhab-madzhab fiqh yang ada di tengah-tengah ummat.
Di akhir persentasinya, ustadz Zaitun mengajak untuk meningkatkan kesungguhan dalam menghadapi gerakan syi’ah serta merapatkan barisan kaum Muslimin dari kalangan ahlussunnah. Khususnya dengan melihat fenomena tafarruq dan perselisihan yang terjadi antar sesama ahlussunnah di negeri ini.
Pada hari kedua, muktamar akan diisi dengan workshop strategi menghadapi tantangan global bagi kaum muslimin.[]