Istri yang Memenuhi Hidup dan Hati Suaminya
Dari Urwah, dari Aisyah, dia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah menikah (dengan wanita lain) selain Khadijah sampai dia (Khadijah) meninggal dunia.” (HR. Muslim)
Fakta penting yang diceritakan oleh Aisyah dan tercatat di dalam sejarah hidup Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ini menegaskan bahwa seorang wanita bisa memenuhi hidup, hati dan rumah suaminya, sehingga tidak ada lagi tempat yang tersisa bagi wanita lain.
Jika kita renungkan bahwa Khadijah berusia 15 tahun lebih tua dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka kita akan mengetahui bahwa Khadijah tidak memenuhi hidup, hati dan rumah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan kemudaan usia dan keremajaannya. Tapi, Khadijah memenuhinya dengan kenyamanan, ketenangan dan kedamaian di dalam jiwa, hati, rumah dan hidupnya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, Jibril pernah datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya berkata, Ya Rasulullah, ini adalah Khadijah yang datang dengan membawa wadah berisi lauk-pauk, makanan, atau minuman. Jika dia datang, maka sampaikanlah salam kepadanya dari Tuhannya dan dariku. Dan berilah kabar gembira kepadanya dengan sebuah rumah di dalam Surga yang terbuat dari benang emas dan perak; di dalamnya tidak ada teriakan dan tidak ada kelelahan.” (HR. Muslim)
As-Suhaili mengatakan, “Relevansi penafian dua sifat ini -yakni pertengkaran dan kelelahan- adalah ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memulai dakwah Islam, maka Khadijah langsung memberikan respon positifnya dengan suka rela. Dia membuat beliau tidak perlu bersuara keras, bertengkar, maupun merasakan kelelahan dalam hal itu. Dia justru menjauhkan beliau dari segala macam kelelahan, menemani beliau dari setiap ancaman kesepian, dan meringankan setiap kesulitan. Sehingga sangatlah relevan bilamana kedudukan yang dijanjikan Tuhan untuknya disampaikan dengan sifat yang setimpal dengan perbuatannya. (Fathul Bari, Ibnu Hajar, 7/ 138)
Jadi, setiap wanita yang bisa menghilangkan kelelahan dari suaminya, menemaninya dari setiap ancaman kesepian, dan meringankan setiap kesulitannya, maka berarti dia telah memenuhi hati, jiwa, hidup dan rumah suaminya. Dan, dengan begitu si suami tidak punya alasan lagi untuk mencari wanita idaman lain.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hidup bersama Khadijah selama 25 tahun; pada masa muda dan pasca muda (usia 25 - 50 tahun). Dalam kurun waktu 25 tahun itu Khadijah berhasil membuat beliau tidak membutuhkan kehadiran wanita lain. Sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Hajar, “Karena Khadijah telah membuat beliau tidak memerlukan wanita lain, dan menjadi istri beliau satu-satunya selama dua kali masa yang dijalani oleh istri-istri beliau yang lain secara bersama-sama. Sebab, setelah menikah dengan Khadijah beliau hidup selama 38 tahun. Sementara Khadijah menjadi istri beliau satu-satunya selama 25 tahun. Ini berarti bahwa Khadijah menghabiskan sekitar dua pertiga dari total masa hidup beliau setelah menikah. Sehingga seiring dengan perjalanan waktu yang lama, beliau bisa menjaga hati Khadijah dari rasa cemburu dan tipu daya madu (istri lain).” (Fathul Bari, Ibnu Hajar, 7/ 140)
Jadi, selama 25 tahun Khadijah menjadi istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam satu-satunya. Sedangkan dalam kurun waktu 13 tahun sisanya beliau menikahi lebih dari 10 orang wanita, dan sebagian besar dari masa itu dilalui bersama mereka.
Kebersamaan Khadijah dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahkan berlanjut hingga setelah kematiannya. Yaitu melalui kenangannya yang selalu menemani beliau. Banyak hadits yang menyebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sering menyebut nama Khadijah, menjalin hubungan dengan teman-temannya, dan merasa senang ketika mendengar suara Halah, adik Khadijah yang datang menemui beliau. Sampai-sampai Aisyah - merasa cemburu akibat terlalu seringnya beliau menyebut-nyebut Khadijah.
Begitulah, setiap istri -insya Allah- bisa menjamin bahwa suaminya akan setia kepadanya dan tidak akan berfikir tentang wanita idaman lain. Sebab, dia tidak kehilangan sesuatu pun pada diri istrinya sehingga tidak punya alasan untuk mencarinya pada wanita lain. Dan dia pun tidak akan berhasrat untuk menikah lagi, karena dia tidak membutuhkan wanita selain istrinya.[]
Sumber: Buku “Aku Tersanjung” (Kumpulan Hadits-hadits Pemberdayaan Wanita dari Kitab Shahih Bukhari & Muslim Berikut Penjelasannya), Karya Muhammad Rasyid al-Uwayyid.