Published On: Sat, Aug 24th, 2013

Istiqamahlah Setelah Kepergiannya!

Pembaca yang mengharapkan wajah Allah, Ramadhan telah meninggalkan kita, meninggalkan begitu banyak cerita, ketaatan, tangis dan haru sebagai bentuk penghambaan kita kepada Allah Rabbul ‘alamin. Ramadhan sebagai bulan latihan telah menempa kita dengan keras melalui puasa di siang hari, tarawih di malam hari serta tilawatil qur’an di setiap waktunya.

Sesungguhnya keberhasilan ‘training’ spiritual di dalam madrasah Ramadhan adalah dengan keistiqamahan seseorang beribadah kepada Allah di luar bulan Ramadhan.

Sesungguhnya tanda keberhasilan seseorang mendapatkan malam lailatul qadar adalah ketika seorang muslim semakin mencintai ibadah dan bukan semata-mata dengan bertambahnya harta, jabatan dan kekuatan.

Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah kepadanya maka akan dipahamkan ia tentang agamanya”. (HR. Bukhari)

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya):

“Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus” (QS. al-Baqarah: 213).

Olehnya itu segudang kebaikan yang telah ditanam selama bulan tersebut hendaknya senantiasa dijaga dengan keistiqomahan dalam beribadah, disiram dengan tadabbur al-Qur’an agar kita dapat memetik hasilnya di akhirat nanti hingga ketika Allah Arrahman Arrahim memanggil kita dengan panggilan kasih sayangnya.

“Hai jiwa yang tenang, Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya, Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku, Masuklah kedalam surgaku” (QS. al-Fajr: 27-30)

Layaknya para petani yang menjaga tanaman lalu memetik buahnya yang manis, maka maukah kita seperti itu?
Pembaca yang dimuliakan oleh Allah, shalat yang lima waktu di masjid dengan tambahan shalat-shalat sunnah, puasa wajib, zakat maupun infak, menjaga ukhuwah islamiyah lewat program berbagi buka puasa adalah ibadah yang dekat dengan kita selama Ramadhan, maka bersemangatlah untuk kembali dekat dengannya di luar Ramadhan karena kita lebih dituntut untuk bersungguh-sungguh di luar Ramadhan, adapun di dalam Ramadhan hati dan jiwa ini bersemangat karena banyak manusia yang bersemangat dalam ibadah, ini merupakan keberkahan dari Allah, adapun saat ini ketika manusia terlena dengan makanan maka kita dituntut untuk bersabar saat berpuasa sunnah.

Para ulama salaf telah memberikan contoh akan hal tersebut melalui banyak kisah diantaranya:
Adalah Aswad bin Yazid An Nakha’i Al Kufi. Disebutkan dalam Hilyah Al Auliya (2/224) bahwa beliau mengkhatamkan al Qur`an dalam bulan Ramadhan setiap dua hari, sedangkan di luar Ramadhan beliau menghatamkan al-Qur`an dalam waktu 6 hari. Dalam ibadah shalat, Imam Adz Dzahabi menyebutkan bahwa tabi’in ini melakukan shalat 6 ratus rakaat dalam sehari semalam. (Al Ibar wa Al Idhadh, 1/86).

Adapula Qatadah bin Diamah, dalam hari-hari “biasa”, tabi’in ini mengkhatamkan al-Qur`an sekali tiap pekan, akan tetapi tatkala Ramadhan tiba beliau menghatamkan al-Qur`an sekali dalam tiga hari. (Al Hilyah, 2/228).
Tabi’in lain, Abu Al Abbas Atha’ juga termasuk mereka yang “luar biasa” dalam tilawah. Di hari-hari biasa ia mengkhatamkan al-Qur`an sekali dalam sehari. Tapi di bulan Ramadhan, Abu Al Abbas mempu menghatamkan 3 kali dalam sehari. (Al Hilyah 10/302).

Demikianlah generasi terbaik umat ini dengan kualitas ibadahnya tetap terjaga walaupun setelah Ramadhan itu berlalu, mereka adalah generasi yang bukan menyembah Ramadhan namun menyembah Allah seperti perkataan mereka sendiri Rahimahumullah, “kun rabbaniyan wala takun ramadaniyan” (jadilah penyembah Allah dan bukan penyembah Ramadhan” yaitu orang yang menyembah Allah di bulan manapun.

Lalu bagaimana dengan kita? Apakah kita dapat menyamai mereka? Pertanyaan yang begitu sulit dijawab dan sekaligus tidak membutuhkan jawaban. Tentu sangat sulit, namun kami nasehatkan dengan nasehat para salaf “Syaddidu wa qoribu” (Tepatlah, mendekatlah) atau dengan perkataan lain, “mala yudraku kulluhu la yutraku kulluhu” (Jika tidak bisa mengambil semuanya jangan meninggalkan semuanya), jika kita tidak dapat menyamai mereka paling tidak kita mengambil sedikit dari kesungguhan mereka dalam beribadah.

Setidaknya ada empat hal yang penting untuk kita jaga selepas Ramadhan berlalu, diantaranya:

1. Shalat
Shalat 5 waktu merupakan ibadah yang Allah Ta’ala syariatkan kepada Nabi-Nya shallallahu alaihi wa sallam secara langsung tanpa perantara malaikat. Shalat 5 waktu diwajibkan di langit sementara kewajiban lainnya diwajibkan di bumi. Karenanya sangat pantas kalau shalat 5 waktu dikatakan sebagai ibadah badan yang paling utama.

Shalat-shalat sunnah yang diataranya sunnah sebelum subuh dimana kata Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam,

“Dua raka’at fajar (shalat sunnah qobliyah shubuh) lebih baik daripada dunia dan seisinya.” (HR. Muslim)Shalat qiyamul lail yang kata Jabir radhiyallahu’anhu, “Aku mendengar Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya pada malam hari itu benar-benar ada saat yang seorang muslim dapat menepatinya untuk memohon kepada Allah suatu kebaikan dunia dan akhirat, pasti Allah akan memberikannya (mengabulkannya); dan itu setiap malam.” (HR. Muslim dan Ahmad)

2. Puasa sunnah
Ada beberapa puasa sunnah yang seharusnya diperhatikan, diantaranya:

- Puasa syawal

“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR.Muslim)

- Puasa hari arafah

“Puasa Arofah dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang.” (HR. Muslim).

- Puasa Asyuro

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah – Muharram.” (HR. Muslim)

3. Bersedeqah
Bersedekah amat banyak keutamaanya meski dilakukan di luar bulan Ramadhan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya),

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 261)

4. Menjaga ukhuwah
Allah berfirman (yang artinya) :

“Orang-orang yang saling mencintai karena keagunganKu, bagi mereka mimbar-mimbar dari cahaya yang membuat cemburu para Nabi dan Syuhada”. (HR Tirmidzi)

Dan sabda Nabi shallalahu ‘alaihi wa sallam,

“Kalian tidak akan masuk Surga hingga beriman. Dan kalian tidak akan beriman hingga saling berkasih sayang. Maukah kalian aku beritahu seseuatu yang apabila kalian melakukannya niscaya kalian akan saling berkasih -sayang? Sebarkanlah salam diantara kalian”. (HR Muslim)

Penutup
Mengakhiri tulisan ini tidak lupa kami mengingatkan satu hal mengenai pentingnya menjaga ukhuwah islamiyah baik saudara seiman kita berada di dalam maupun di luar negeri dengan suatu rasa cinta kasih antara sesama muslim yang harus diaplikasikan melalui perhatian kita kepada mereka di negeri-negeri mereka yang sedang bergejolak.

Tragedi kemanusiaan, pembantaian serta kezaliman menjadi berita yang tidak kunjung selesai. Maka apa yang terjadi di Suriah dan Mesir saat ini menjadi tempat untuk mengaplikasikan pengetahuan kita tentang ukhuwah islamiyah.

Suriah yang sampai saat ini beritanya mengabarkan tentang kebengisan pembantaian dari Bashar durjana laknatullah’alaihi kurang lebih menewaskan lebih dari 100.000 kaum muslimin, padahal disana di bumi Syam memiliki banyak keutamaan, Syekh Muhammad Al Arifi mengatakan dalam ceramahnya bahwa Syam adalah bumi yang diberkahi, tempat berkumpul umat ini seluruhnya yang tidak didapatkan keutamaannya pada negara lain sebagaimana keutamaan Makkah dan Madinah maka Syam pun demikian. Syam bumi dimana manusia akan dihimpun disana pada hari kiamat dan Syam adalah bumi dimana malaikat pernah membentangkan sayap di atas awannya.

Lalu di Mesir yang memiliki keutamaan serupa dimana Allah Azza wa Jalla menyebutkan nama negeri tersebut di dalam Al Qur’an kurang lebih sebanyak 14 kali, tragedinya belum lama ini berlangsung dengan aktor utama pembantaiannya adalah Jenderal al-Sisi, telah memakan korban kurang lebih 3000 kaum muslimin. Maka mari kita doakan mereka, Allahummanshur ikhwanana fi Misr, Allahumma allif baina qulubil mu’minina fi Misr. (Ya Allah, bantulah saudara kami yang berada di Mesir Ya Allah, satukan hati antara orang-orang beriman yang berada di Mesir.)
Wallahu Musta’an.[]

(Zulqadri Ramadhan)

Pasang toolbar wahdahmakassar.org di browser Anda, Klik Di sini!

About the Author

  • Zulqadri Ramadhan

    Syukran wa jazakallahu kepada para ust di al balagh berkenan menerima tulisan kami…