Published On: Sat, Mar 24th, 2012

Ilmu Rijal pada Syi’ah

wimakassar.org. Anda semua telah mengikuti kami pada edisi yang lalu tentang keadaan sanad pada Syi’ah, bagaimana mereka menukil agama mereka dan orang-orang majhul, tidak diketahui. Hal ini dikarenakan ilmu hadits dan rijal pada Rafidhah adalah ilmu yang ditinggalkan. Bahkan belum ada landasannya di dalam agama Rafidhah dari awal, akan tetapi mereka melandaskannya setelah beberapa abad, saat perkara mereka tersingkap.

Oleh karena itu, seorang Rafidhi yang berkompeten dalam ilmu rijal menemukan kesulitan untuk mendapatkan rujukan-rujukan Rijal dan kitab Dirayatul Hadits di perpustakaan Syi’ah. Yang menjadikannya jarang sekali terdapat orang-orang yang berkompeten lewat ilmu hadits pada Syi’ah, sekalipun mereka mengklaim kebalikannya dengan dusta.

Seandainya orang yang berakal dari pengikut agama Syi’ah berfikir tentang kekurangan ilmu di agama mereka, dan ulama mereka, pastilah yang demikian akan membantunya untuk bisa sampai pada kebenaran yang sesungguhnya. Agar kami bisa membantu para pengikut yang tertipu oleh mereka, saya akan menjelaskan bagi mereka apa yang kadang bisa menerangi jalan mereka.

Saya katakan kepada mereka, sekalipun ilmu rijal bermula dengan terlambat pada Syi’ah, namun Anda semua harus bersikap dengan sikap yang jujur terhadap beberapa hakikat penting yang tidak mungkin Anda tutupi.

Maka apakah masuk akal, jika mayoritas kitab-kitab rujukan agama Anda dalam ilmu rijal yang terdahulu berada di antara apa yang hilang dan diubah-ubah; hilang aslinya, dan tidak tersisa melainkan ringkasannya; seperti para perawi al-Kasysyiy?!

Apakah masuk akal, terdapat ribuan perawi majhul yang belum selesai penyebutan mereka pada kitab-kitab Rijal yang terdahulu dan yang belakangan?!

Apakah masuk akal, terdapat Mu’jam Rijalul Hadits oleh aI-Khuu’i yang mengandung Iebih dari lima belas ribu perawi, sementara jumlah para perawi majhul melewati 80 persen dari para perawi tersebut?!

Apakah masuk akal, kitab Biharul Anwar oleh aI-Majlisiy asalnya adalah dua puluh lima jilid, kemudian bertambah pada abad-abad berikutnya menjadi seratus sepuluh jilid?

Apakah semua ini dan lainnya masuk akal?!

Dan harus diketahui, karena banyaknya para perawi majhul pada Syi’ah, maka hal ini memaksa para ulama Syi’ah belakangan untuk membuat-buat kaidah aneh, baru, lagi lucu dalam ilmu rijal. Ini adalah untuk menyelamatkan apa yang mungkin bisa diselamatkan, karena banyaknya para perawi majhul dalam sanad-sanad Rafidhah dan juga untuk meringankan jumlah mereka.

Di antara kaidah lucu pada Rafidhah adalah, jika an-Najasyi (salah satu ulama Rijal Rafidhah) bertarahhum (mendoakan rahmat dengan mengatakan rahimahullah) kepada satu perawi, maka ini menunjukkan bahwa dia adalah orang tsiqah.’

Berbagai keanehan Syi’ah dalam ilmu hadits dan rijal berhak untuk dibuatkan karangan-karangan tentangnya, dan dilakukan pembahasan-pembahasan yang memadai untuk mengetahul tingkat al-jahl (kebodohan) pada Rafidhah, dan bahwa mereka adalah kelompok yanq paling menyimpang.

Wahai para Syi’ah laki-laki dan perempuan;

Sesungguhnya para ulama Anda sekalian telah mengaku bahwa Syi’ah tidak memiliki peran pemikiran apapun dalam ilmu hadits, akan tetapi mereka hanya mencurinya dari ahli sunnah. Dan sesungguhnya orang pertama kali yang menyusun ilmu dirayah dari Syi’ah dengan taklid kepada ahlussunnah adalah Zainuddin al-’Amiliy yang bergelar as-Syahid ats-Tsaniy, yang mati pada tahun 965 H. Tentang hal ini al-Ha’iriy berkata dalam kitabnya, Muqtabsul Atsar (III/73), ‘Termasuk informasi yang tidak diragukan oleh seorang pun, yaitu tidak pernah disusun ilmu dirayatul hadits dari ulama-ulama kita sebelum as-Syahid ats-Tsaniy.”

Syaikh Syi’ah, al-Hurr al-’Amiliy telah mengaku bahwa sebab peletakan istilah ini dan sebab perhatian mereka kepada sanad adalah kritikan yang ditujukan untuk mereka dari ahlussunnah. Dia berkata, ‘Dan faidah penyebutan sanad, adalah untuk menolak celaan orang-orang awam (ahlussunnah) terhadap Syi’ah, dengan menyatakan bahwa hadits-hadits mereka bukan ‘an’anah, namun dinukil dan ushul para pendahulu mereka.’ (Wasa’ilus Syi’ah (XX/100)

Maka kapankah Syi’ah terbangun, sementara mereka mengetahui informasi ini yang bisa menggugurkan agama apapun dari penganggapan?

Saya yakin bahwa orang orang Syi’ah pada umumnya tidak mengetahui perkara-perkara yang gugur dalam agama mereka ini. Jika tidak demikian, pastilah mereka tidak akan memeluknya, kecuali orang yang memiliki pemasukan harta.

Saya berharap Anda terus mengikuti…! Maka pada setiap edisi, dengan izin Allah, saya akan berbicara tentang satu bagian dari berbagai bagian ilmu hadits pada Syi’ah.(AR)*

Oleh Mamduh Farhan al-Buhairi

Sumber: Majalah Qiblati edisi 02 Th. VII.

Pasang toolbar wahdahmakassar.org di browser Anda, Klik Di sini!

About the Author