Berbulan Ramadhan Bersama Nabi (Bagian 2)
Sahur & Buka Puasa Nabi
Sahur dan berbuka (ifthar) merupakan bagian dari sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau tidak pernah sama sekali meninggalkan hal ini. Bahkan sahur merupakan pembeda antara puasa nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ummatnya dengan puasa kalangan ahlul kitab. Setidaknya ada lima hal yang dapat dikemukakan terkai dengan sahur dan ifthar (buka puasa) Nabi, yakni;
- Antusias Beliau dalam Berbuka (ifthar)& Bersahur;
- Menyegerakan berbuka. Beliau berbuka sebelum shalat maghrib, (setelah masuk masuk waktu berbuka puasa-pent). Beliau juga mengakhirkan sahur, dimana beliau selesai makan sahur beberapa saat[1] sebelum adzan subuh yang kedua[2].
- Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berbuka dengan ruthob (kurma basah), atau tamar (kurma kering), atau air putih. Beliau juga menganjurkan bersahur dengan tamar.
- Menu buka puasa dan sahur beliau sangat sederhana,
- Berdo’a saat ifthar (buka puasa).
Kelima hal di atas ditunjukan oleh beberapa dalil berikut ini;
Hadits Anas radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata:
كان النبي يفطر قبل أن يصلي على رطبات فإن لم تكن رطبات فتميرات فإن لم تكن تميرات حسا حسوات من الماء
“Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam berbuka puasa sebelum melakukan sholat magrib dengan ruthob, jika tidak ada ruthob maka beliau berbuka tamar dan jika tidak ada tamar maka beliau meminum beberapa teguk air putih”. [3]
Hadits Abu ‘Athiyyah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata:
دخلت أنا ومسروق على عائشة رضي الله عنها، فقال لها مسروق: رجلان من أصحاب محمد صلى الله عليه وسلم، كلاهما يألوا عن الخير أحدهما يعجل المغرب والإفطار والآخر يعجل المغرب والإفطار؟ فقالت من يعجل المغرب والإفطار؟ قال: عبد الله، فقالت: هكذا كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يصنع
“Aku dan Masruq menemui ‘Aisyah radhiyallahu anha, maka Masruq berkata kepadanya, “dua orang lelaki dari kalangan sahabat nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam datang untuk meminta kebaikan, salah seorang diantara mereka bergegas untuk sholat magrib dan buka puasa sedang yang lain memperlambat buka puasa dan sholat magrib,” maka ‘Aisyah berkata: “siapa yang yang bergegas untuk sholat magrib dan berbuka puasa?” dia berkata, “Abdullah” ‘Aisyah berkata, “begitulah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lakukan.”[4]
Hadits Abdullah Ibnu Abi Aufa radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata:
كنا مع رسول الله صلى الله عليه وسلم في السفر في شهر رمصان، فلما غابت الشمس قال: يا فلان أنزل فاجدح لنا. قال يا رسول الله إن عليك نهارا! قال أنزل فاججدح لنا، فنل فجدح، فأتاه به فشرب النبي صلى الله عليه وسلم، ثم قال بيده: إذا غابت الشمس من هاهنا وجاء الليل من ها هنا فقد أفطر الصائم
“Dahulu kami pernah bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam keadaan safar dibulan Ramadhan, ketika matahari telah menghilang (terbenam), beliau berkata, “wahai fulan turunkan barang itu dan berikan minuman itu (campuran air dan gandum) untuk kami.” Dia berkata, “wahai Rasulullah ini masih siang.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, ”turunkan dan berikan mimuman itu untuk kami.” Maka orang itu menurunkannya dan memberikannya kepada Rasulullah shallalalhu ‘alihi wasallam dan beliaupun meminumnya. Kemudian beliau berkata sambil mengisyaratkan dengan tangannya, “Apabila matahari telah menghilang dari sini dan malam datang dari sana maka itu adalah waktunya berbuka puasa bagi orang yang shaim.”[5]
Dalam hadits Ibnu Umar yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud, do’a yang biasa dibaca oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah;
ذهب الظمأ, وابتلت العروق, وثبت الأجر إن شاء الله
“Rasa dahaga telah hilang, kerongkongan telah basah, dan pahala telah tetap insya Allah”[6]
Hadits Abdullah Ibnu Harits radhiyallahu ‘anhu;
عن رجل من أصحا ب النبي صلى الله عليه وسلم، قال: دخلت على النبي صلى الله عليه وسلم وهو يتسحر،فقال: إنها بركة أعطاكم الله إياها فلا تدعوه
“Dari seorang yang merupakan sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, dia berkata, “aku masuk menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Saat itu beliu sedang bersahur, maka beliau berkata, “ini adalah berkah yang Allah berikan kepada kalian maka janganlah kalian meninggalkannya.”[7]
Hadits Zaid Ibnu Tsabit radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
تسحرنا مع النبي صلى الله عليه وسلم ثم قام إلى الصلاة، قلت: كم كان بين الأذان والسحور؟ قدر خمسين آية، وتأخير السحور أعون على الصوم وأرفق بالصائم وأسلم من النوم عن صلاة الفجر
“Kami sahur bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, setelah itu beliau berdiri untuk pergi sholat. Aku berkata, “berapa jarak antara adzan dan sahur?” sekitar lima puluh ayat jika membaca al Qur’an. Dan mengakhirkan sahur lebih membantu dalam berpuasa, lebih bermanfaat bagi yang berpuasa dan lebih selamat dari tertidur ketika hendak sholat subuh.”[8]
Hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam;
نعم سحور المؤمن التمر
“sebaik-baik (menu) makan sahur seorang Mu’min adalah tamar (kurma).”[9]
Hadits Anas radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, “Rasulullah shallallahu ‘a’aihi wasallam berkata kepadaku -dan saat itu ketika sahur-;
يا أنس إني أريد الصيام أطعمني شيئا، فأتيته بتمر وإناء فيه ماء وذلك بعدما أذن بلال
“Wahai Anas, sesungguhnya aku ingin puasa, berikanlah sesuatu makanan padaku.” Maka aku datang kepadanya dengan tamar dan segelas air dan itu setelah Bilal mengumandangkan adzannya.”[10]
Jika kita perhatikan keadaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai diterangkan dalam hadits-hadits diatas, kita dapat disimpulkan bahwa beliau sangat antusias (hirsh) dalam menyegerakan ifthar dan menyantap makan sahur meski dengan sesuatu yang sangat sederhana. Hal itu ditunjukan oleh hadits Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu yang mengatakan bahwa, “Aku tidak pernah sama sekali melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat maghrib melainkan setelah berbuka, meski sekadar meminum seteguk air”.[11] Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;
تسحروا ولو بجرعة من ماء
“Bersahurlah!meski hanya dengan –meminum-seteguk air”.[12]
Jika kita perhatikan hadits-hadits tentang sahur Nabi shallallahu alaihi wa salllam, kita jadi tahu bahwa kebiasaan sebagian orang yang meninggalkan sahur atau memeprecapat sahur pada waktu tengah malam adalah keliru. Karena hal itu bertentangan dengan petunjuk nabi dan kebiasaan para sahabat radhiyallahu ‘anhum. Umar bin Maimun rahimahullah mengatakan bahwa, “Para Sahabat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam paling segera berbuka dan paling melambatkan makan sahur”.[13] Maksudnya, jika matahari telah terbenam mereka segera berbuka, dan mereka mengakhirkan sahur hingga mendekat waktu imsak atau terbitnya fajar.
Oleh karena itu, mari sempurnakan puasa kita dengan meneladani sahur dan ifthar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena di dalamnya ada keberkahan, penyelisihan terhadap ahli Kitab, serta peneladanan (iqtida) terhadap Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam dan para sahabat radhiyallahu ‘anhum jami’an. Wallahu a’lam bis Shawab. (mow/sym)
Sumber: Kitab Ha Kadza Kana an-Nabiyyu shallallahu ‘alaihi wa sallam Fiy Ramadhan (Beginilah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam di bulan Ramadhan”, karya Syekh Faishal al-Ba’daniy.
——————————————-
Footnote:
[1] Menurut Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu sebagaimana dalam Riwayat Bukahri dan Muslim, bahwa jarak antara makan sahur Nabi dengan adzan subuh adalah sekitar bacaan 50 ayat. Ayat yang tidak terlalu panjang dan tidak pula terlalu pendek. Dengan bacaan yang tidak terlalu cepat, dan tidak pula terlalu lambat. Hal ini juga menjadi dasar bahwa jadwal imsakiyah yang menetapkan waktu menahan (tidak makan dan minum) 10 menit sebelum adzan adalah kurang tepat. Karena berdasarkan petunjuk Nabi, menahan (imsak) dari makan, minum dan segala pembatal puasa bermula saat terbit fajar yang ditandai dengan kumandang adzan subuh. Bahkan Nabi masih memberikan keringanan kepada orang ditangannya masih ada makanan dan atau minuman untuk menghabiskannya, meskipun adzan telah berkumandang. Sebagaimana dalam hadits hasan yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika salah seorang kalian mendengar panggilan (adzan) sedangkan bejana (minumnya) ada di tangannya, maka janganlah ia meletakkannya hingga menunaikan hajatnya dari bejana (tersebut)” (HR.Ahmad dan Abu Daud dihasankan oleh Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i).
[2] Adzan subuh pertama bisanya dikumandangkan sebelum masuk waktu subuh, atau sebelum terbit fajar shadiq. Nabi menyampaikan bahwa jika mendegarkan adzan pertama, tetap makan.
[3] HR. Tirmidzi: 696, ini merupakan hadits yang shahih, ketika seseorang yang berpuasa tidak mendapatkan apa-apa untuk berbuka puasa maka dia berbuka dengan makanan apa saja yang halal, jika ia tidak mendapatkan apa-apa juga maka dia meniatkan saja untuk berbuka, karena siapa yang berniat buka puasa maka terhitung telah berbuka berpuasa. Wallahu a’lam.
[4] HR: Muslim: 1099
[5] HR. Bukhari: 1941, Muslim: 1101 dan lafazh ini darinya
[6] HR. Abu Daud (2375), hadits ini hasan. Hadits ini menunjukan bahwa do’a berbuka puasa dibaca setelah mencicipi hodangan buka puasa, wallahu a’lam (ed).
[7]HR. An Nasai: 2162, hadits ini adalah hadits yang shahih
[8] HR. Bukhari: 1921
[9]HR. Abu Dawud: 23345, hadits ini hadits shahih
[10] HR. An Nasai: 2167, hadits shahih
[11] HR. Ibnu Hibban (3504) isnadnya sesuai sayarat Syaikhaini (Bukhari dan Muslim). Maksudnya hadits ini tdiak diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, tapi sanadnya sesuai dengan kriteria dan syarat Imam Bukhari dan Muslim (ed)
[12] HR. Ibnu Hibban (3476), hadits ini hasan
[13] Abdul Razaq (7591)