Amar Ma’ruf Nahi Mungkar: Sifat Orang yang Beriman
Pada prinsipnya amar Ma’ruf nahi mungkar (AMNM) merupakan tugas dan tanggung jawab setiap Muslim . AMNM adalah sifat yang melekat pada diri setiap manusia beriman. Sebagaimana firman Allah Ta’ala : “Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji, yang melawat, yang ruku’, yang sujud, yang menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah berbuat mungkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang mukmin itu”. (QS At Taubah:112)
Dalam arti lain kualitas keimanan seorang Mukmin dapat dilihat pada seberapa peka orang tersebut dalam menyikapi kemungkaran. Dalam sebuah haditsnya Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan bahwa tingkatan Iman paling lemah adalah mengingkari kemungkran dengan hati. Untuk lebih jelasnya silahkan simak hadits Nabi yang diriwayatkan Abu Sa’id al Khudri berikut: “Barangsiapa yang melihat kemungkaran, maka hendaknya ia merubahnya denga tangannya. Jika tidak sanggup, maka hendaknya ia merubahnya dengan lisannya. Dan jika tidak sanggup maka ia merubahnya dengan hatinya, dan hal itu adalah selemah-lemah iman” (HR. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata : Barangsiapa di dalam hatinya tidak memiliki rasa marah terhadap perkara yang dimurkai oleh Allah Ta’ala dan Rasul-Nya, berupa kemungkaran yang diharamkan oleh Allah Ta’ala , seperti kekufuran, kefasikan dan kemaksiatan maka berarti di dalam hatinya tidak tersimpan keimanan yang telah diwajibkan oleh Allah Ta’ala atas dirinya. Dan inilah sifat Nabi dan orang-orang yang beriman. Allah Ta’ala berfirman: “?Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang makruf, mencegah dari yang mungkar…” (QS. At-Taubah: 71).
Kriteria Ummat Terbaik
Di berbagai forum kita sering mendengar ungkapan, kaum Muslimin adalah ummat yang dimuliakan oleh Allah Ta’ala. Mereka adalah ummat yang terbaik diantara ummat yang lain. Tetapi tidak semua kaum Muslimin menyadari. Status dan predikat sebagai ummat terbaik hanya akan terwujud bila ummat ini benar-benar merealisasikan sifat ummat terbaik yang disebutkan oleh Allah di dalam al-Qur’an. Dalam surah Ali Imran ayat 110 Allah Ta’ala menjelaskan, “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”.
Umar radhiyallaahu ‘anhu berkata: “Barangsiapa yang ingin dengan senang hati menjadi bagian dari umat ini maka hendaklah dia memenuhi syarat yang telah ditetapkan oleh Allah padanya padanya”.
Imam Qurthubi berkata: “Ayat ini menunjukkan sebuah pujian bagi umat ini selama mereka menegakkan perintah yang disebutkan di dalam ayat tersebut dan mereka bersifat seperti itu, namun jika mereka meninggalkan usaha untuk merubah kemungkaran bahkan bersekongkol dengan kekejian tersebut maka hilanglah pujian tersebut, dan mereka akan menoreh celaan dan hal itu sebagai sebab kehancuran mereka”.
Dalam ayat di atas Allah Ta’ala menyebutkan dua sifat mulia yang melekat pada Ummat terbaik, yakni Iman kepada Allah dan Amar Ma’ruf Nahi mungkar (AMNM). Bahkan yang lebih menarik, AMNM sebagai sifat dan ciri Ummat terbaik didahulukan daripada iman kepada Allah. Hal ini tentu menunjukkan pentingnya AMNM dalam kehidupan ummat Islam.
AMNM Kunci Kesuksesan dan keselamatan
Dalam ayat 104 surah Ali Imran Allah menjelaskan pula bahwa da’wah dan amar ma’ruf nahi mungkar merupakan kunci keberuntungan (falah) sebuah Ummat. Hal itu sejalan pula dengan firman Allah dalam ayat lain yang menjelaskan bahwa Dia tidak akan menghancurkan suatu negri secara dzalim, selama dalam negri tersebut masih ada orang yang melakukan perbaikan atau amar ma’ruf nahi mungkar. Allah Ta’ala berfirman: “Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara lalim, sedang penduduknya orang-orang yang melakukan perbaikan (ishlah)”. (QS. Hud: 11).
Dalam ayat 11 surah Hud Allah memberi jaminan bahwa Dia tidak akan mengancurkan sebuah negeri selama di dalam negeri tersebut masih ada orang-orang yang melakukan perbaikan. Di antara wasilah dan sarana melakukam perbaikan adalah amar ma’ruf nahi mungkar. Allah Ta’ala menjadikan aktivitas islah dalam bentuk amar ma’ruf nahi mu kar sebagai garansi untuk tidak membinasakan sebuah negri, karena kemakisatan yang merebak secara masif dalam sebuah msyarakat dapat mengundang adzab Allah secara merata kepada masyarakat tersebut. Hal ini merujuk kepada jawaban Rasulullah ketika ditanya oleh isri beliau Zainab binti Jahsyi radhiyallaahu ‘anha “Apakah kita akan binasa wahai Rasullullah, padahal di sekitar kita ada orang-orang shalih?.” Beliau menjawab: “Ya, jika kemungkaran itu sudah merajalela.” (HR Bukhari dan Muslim). Dalam hadits lain beliau menegaskan, “Sesungguhnya jika manusia melihat kemungkaran, lalu mereka tidak merubahnya, maka Allah akan menurunkan adzab-Nya secara merata”.
Itulah bahaya meninggalkan amar ma’ruf nahi mungkar. Kemaskiatan semakin meluas dalam sebuah masyarakat. Ketika kemaksiatan telah meluas dan tidak ada yang peduli untuk merubahnya, maka saat itulah laknat Allah turun sebagimana dalam surah al-Maidah : “Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israel dengan lisan Daud dan Isa putra Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan mungkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.” (QS. al-Ma’idah: 78-79)
Nah, amar ma’ruf dan nahi mungkar dapat menunda bahkan menolak turunnya laknat dan adzab Allah secara merata (Lih: QS Hud:11). Kalaupun Allah tetap menurunkan siksa-Nya, maka Dia telah berjanji untuk menyelamatkan orang yang melarang dari kemungkaran.
“…Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata: “Mengapa kamu menasihati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang amat keras?” Mereka menjawab: “Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Tuhanmu, dan supaya mereka bertakwa”. Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang lalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik. Maka tatkala mereka bersikap sombong terhadap apa yang mereka dilarang mengerjakannya, Kami katakan kepadanya: “Jadilah kamu kera yang hina.”
Dalam ayat di atas tersirat bahwa dalam menyikapi kemungkaran, masyarakat bani Israil terbagi tiga: (1). Pelaku kemungkaran, (2) yang melarang kemungkaran, (3) Tidak melakukan kemungkaran tetapi tidak juga melarang kemungkaran, bahkan mereka memprotes sikap kelompok kedua yang melarang kemungkaran. Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa ketika datang adzab, Allah menyelamatkan orang-orang yang melarang kemungkaran. Ibnu Abbas radhiyallaahu ‘anhuma berkata: “Mereka terbagi menjadi tiga kelompok, sepertiga mereka melarang dan sepertiga lainnya berkata: Mengapa kalian menasihati kaum yang Allah akan membinasakan mereka, dan sepertiga lainnya adalah para pelaku kejahatan, maka tidak ada yang selamat kecuali mereka yang melarang kemungkaran, sementara yang lainnya binasa”. (Tafsir Ibnu Katsir)
Harus Ada yang beramar Ma’ruf Nahi Mungkar
Pada bagaian sebelumnya telah diuraikan AMNM merupakan sifat ummat terbaik yang juga inheren dalam keimanan setiap Muslim. Ia juga merupakan kunci kesuksesan dan keselamatan, maka Allah Ta’ala menghendaki agar ada sekelompok ummat dari kaum Muslimin yang beramar ma’ruf nahi mungkar. Hal itu ditegaskan oleh Allah Ta’ala dalam firman-Nya dalam surah ali Imran ayat 104. “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS ali Imran:104). Dalam ayat di atas Allah menyebutkan dua kewajiban yang harus dikerjakan oleh Ummat ini, yaitu da’wah dan amar ma’ruf nahi mungkar. Secara prinsip da’wah dan amar ma’ruf nahi mungkar merupakan dua kewajiban yang memilki fungsi sama. Akan tetapi jika disebutkan secara bersamaan, seperti dalam ayat di atas, maka masing mewakili makna dan titik fokus yang berbeda. Ketika disebutkan secara bersamaan, maka da’wah berkonotasi mengajak sedangkan AMNM berkonotasi mengajak dan melarang. Yang namanya melarang harus dengan kelembutan. Adapun menyuruh (Amr) dan melarang selalu identik dengan ketegasan. Oleh sebab itu dalam hadits disebutkan tingkatan tertinggi dalam merubah kemungkaran adalah merubah dengan tangan. Artinya dengan kekuatan atau kekuasaan.
Pada dasarnya merubah kemungkaran dengan tangan (kekuatan/kekuasaan) merupakan kewajiban dan tugas penguasa. Pemerintah wajib menggunakan kekuasaannya untuk memberantas segala bentuk kemungkaran yang mersahkan dan merusak moral masyarakat. Ketika pemerintah membiarkan bahkan cenderung kooperatif dengan para pelaku dan maksiat maka hal ini akan mengundang reaksi sekelompok masyarakat untuk bertindak sendiri. Ketika yang bertindak adalah masyarakat, maka selalu menimbulkan prokontra. Karena seringkali aktifitas nahi mungkar menimbulkan bentrokan di lapangan, di mana sebenarnya bentrokan tersebut tidak pernah direncanakan oleh para pelaku nahi mungkar. Kita semua sepakat bahwa tindakan anarkisme tidak dapat dibenarkan. Kita juga sepakat bahwa segala bentuk kemaskiatan yang meresahkan dan merusak moral harus diperangi, apaun alasannya. Oleh karena kemaksiatan dan narkisme merupakan dua hal yang dibenci oleh semua pihak, maka kita semua sangat merindukan aktifitas nahi mungkar yang tidak diwarnai bentrokan fisik.
Oleh karena itu menarik sebuah komentar di salah satu jejaring sosial dalam menyikapi prokontra terhadap FPI yang dituduh anarkis. Seorang dengan nama akun Syaiful, mahasiswa asal Jakarta menulis: “Ingin bubarkan FPI? Gampang dan sangat gampang. Caranya: hapuskan segala maksiat, FPI akan bubar dengan sendirinya, dan anda tidak perlu koar-koar untuk bubarkan FPI.”
Wallahu a’lam.
Syamsuddin Lahanufi
Ingin berpartisipasi dalam dakwah di dunia Maya.
Silahkan kirim tulisan Anda ke info@wimakassar.org
Insya Allah tulisan yang diterbitkan akan mendapat bingkisan yang menarik.