Abdullah bin Mas’ud, “Pembawa” Al-Qur’an
Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Mas’ud bin Ghafil al-Hudzali. Nama julukannya “Abu Abdirrahman”. Ia sahabat ke enam yang paling dahulu masuk Islam. Ia hijrah ke Habasyah dua kali, dan mengikut semua peperangan bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalam perang Badar, Ia berhasil membunuh Abu Jahal.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Ambillah al-Quran dari empat orang : Abdullah, Salim (sahaya Abu Hudzaifah), Muadz bin Jabal dan Ubay bin Ka’ab”.
Menurut para ahli hadits, kalau disebutkan “Abdullah” saja, yang dimaksudkan adalah Abdullah bin Mas’ud ini.
Ketikah menjadi khalifah, Umar mengangkatnya menjadi Hakim dan Pengurus kas negara di Kufah. Ia simbol bagi ketakwaan, kehati-hatian, dan kesucian diri.
Sanad paling shahih yang bersumber dari padanya ialah yang diriwayatkan oleh Sufyan ats-Tsauri, dari Mansyur bin al-Mu’tamir, dari Ibrahi, dari alqamah. Sedangkan yang paling dhaif adalah yang diriwayatkan oleh Syuraik dari Abi Fazarah dari Abu Said.
Ia meriwayatkan hadits dari Umar dan Sa’ad bin Mu’adz. Yang meriwayatkan hadits darinya adalah Al-Abadillah (“Empat orang yang bernama Abdullah”), Anas bin Malik, Jabir bin Abdullah, Abu Musa al-Asy’ari, Alqamah, Masruq, Syuraih al-Qadli, dan beberapa yang lain. Jumlah hadits yang ia riwayatkan mencapai 848 hadits.
Awal Pertemuan dengan Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam
Pertemuannya yang mula-mula dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam itu diceritakannya sebagai berikut:
“Ketika itu saya masih remaja, menggembalakan kambing kepunyaan Uqbah bin Mu’aith. Tiba-tiba datang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersama Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu, dan bertanya: “Hai nak, apakah kamu punya susu untuk minuman kami”. “Aku orang kepercayaan” ujarku. “Dan tak dapat memberi anda berdua minuman …!”
Maka sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam : “Apakah kamu punya kambing betina mandul, yang belum dikawini oleh salah seekor jantan?” “Ada”, ujarku. Lalu saya bawa ia kepada mereka. Kambing itu diikat kakinya oleh Nabi lalu disapu susunya sambil memohon kepada Allah. Tiba-tiba susu itu berair banyak …. Kemudian Abu Bakar mengambil sebuah batu cembung yang digunakan Nabi untuk menampung perahan susu. Lalu Abu Bakar pun minum, dan saya pun tidak ketinggalan… Setelah itu Nabi berkata kepada susu : “Kempislah!” maka susu itupun menjadi kempis….
Setelah peristiwa itu saya datang menjumpai Nabi, kataku : “Ajarkanlah kepadaku kata-kata tersebut?”
Ujar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Engkau akan menjadi seorang anak yang terpelajar!”
Alangkah heran dan ta’jubnya Ibnu Mas’ud ketika menyaksikan seorang hamba Allah yang shalih dan utusan-Nya yang dipercaya memohon kepada Tuhannya sambil menyapu susu hewan yang belum pernah berair selama ini, tiba-tiba mengeluarkan kurnia dan rizqi dari Allah berupa air susu murni yang enak diminum …!
Pada sa’at itu belum disadarinya bahwa peristiwa yang disaksikannya itu hanyalah merupakan mu’jizat paling enteng dan tidak begitu berarti, dan bahwa tidak berapa lama lagi dari Rasulullah yang mulia ini akan disaksikan mu’jizat yang akan menggoncangkan dunia dan memenuhinya dengan petunjuk serta cahaya ….
Bahkan pada saat itu juga belum diketahuinya, bahwa dirinya sendiri yang ketika itu masih seorang remaja yang lemah lagi miskin, yang menerima upah sebagai penggembala kambing milik ‘Uqbah bin Mu’aith, akan muncul sebagai salah satu dari mu’jizat ini, yang setelah ditempa oleh Islam menjadi seorang beriman, akan mengalahkan kesombongan orang-orang Quraisy dan menaklukkan kesewenangan para pemukanya….
Dia yang selama ini tidak berani lewat di hadapan salah seorang pembesar Quraisy kecuali dengan menjingkatkan kaki dan menundukkan kepala, di kemudian hari setelah masuk Islam, ia tampil di depan majlis para bangsawan di sisi Ka’bah, sementara semua pemimpin dan pemuka Quraisy duduk berkumpul, ia lalu berdiri di hadapan mereka dan mengumandangkan suaranya yang merdu dan membangkitkan minat, berisikan wahyu Ilahi al-Quranul Karim :
بِسْمِ اللّٰـهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ
الرَّحْمٰنُ
عَلَّمَ الْقُرْءَانَ
خَلَقَ الْإِنسٰنَ
عَلَّمَهُ الْبَيَانَ
الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ بِحُسْبَانٍ
وَالنَّجْمُ وَالشَّجَرُ يَسْجُدَانِ
Dengan menyebut Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang ….
Allah Yang Maha Rahman ….
Yang telah mengajarkan al-Quran ….
Menciptakan insan ….
Dan menyampaikan padanya penjelasan ….
Matahari dan bulan beredar menurut perhitungan ….
Sedang bintang dan kayu-kayuan sama sujud kepada Tuhan….
Lain dilanjutkannya bacaannya, sementara pemuka-pemuka Quraisy sama terpesona, tidak percaya akan pandangan mata dan pendengaran telinga mereka …. dan tak tergambar dalam fikiran mereka bahwa orang yang menantang kekuasaan dan kesombongan mereka …, tidak lebih dari seorang upahan di antara mereka, dan penggembala kambing dari salah seorang bangsawan Quraisy …. yaitu Abdullah bin Mas’ud, seorang kecil lagi miskin serta hina di mata mereka…. !
Marilah kita dengar keterangan dari saksi mata melukiskan peristiwa yang amat menarik dan menakjubkan tersebut! Orang itu tiada lain dari Zubair radhiyallah ‘anhu, beliau berkata:
“Yang mula-mula memperdengarkan al-Quran di Mekah setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ialah Abdullah bin Mas’ud radhiyallah ‘anhu. Pada suatu hari para sahabat Rasulullah berkumpul, kata mereka :
“Demi Allah orang-orang Quraisy belum mendengar sedikit pun al-Quran ini dibaca dengan suara keras di hadapan mereka…. Nah, siapa di antara kita yang bersedia memperdengarkannya kepada mereka ….”
Maka Ibnu Mas’ud berkata : “Saya”.
Kata mereka : “Kami Khawatir akan keselamatan dirimu! Yang kami inginkan ialah seorang laki-laki yang mempunyai kerabat yang akan mempertahankannya dari orang-orang itu jika mereka bermaksud jahat ….”
“Biarkanlah saya!” kata Ibnu Mas’ud pula, “Allah pasti membela”. Maka datanglah Ibnu Mas’ud kepada kaum Quraisy di waktu dhuha, yakni ketika mereka sedang berada di balai pertemuannya….”
la berdiri di panggung lalu membaca: “Bismillahirrahmaanirrahim…. dan dengan mengeraskan suaranya : Arrahman Allamal Quran ….”
Lalu sambil menghadap kepada mereka diteruskanlah bacaannya. Mereka memperhatikannya sambil bertanya sesamanya : “Apa yang dibaca oleh anak si Ummu ‘Abdin itu … . Sungguh, yang dibacanya itu ialah yang dibaca oleh Muhammad”
Mereka bangkit mendatangi dan memukulinya, sedang Ibnu Mas’ud meneruskan bacaannya sampai batas yang dihehendaki Allah. Setelah itu dengan muka dan tubuh yang babak-belur ia kembali kepada para sahabat. Kata mereka : “Inilah yang kami khawatirkan terhadap dirimu ….!”
Ibnu Mas’ud berkata “Sekarang ini tak ada yang lebih mudah bagimu dari menghadapi musuh-musuh Allah itu! Dan seandainya tuan-tuan menghendaki, saya akan mendatangi mereka lagi dan berbuat hal yang sama esok hari”.
Ujar mereka : “Cukuplah demikian! Kamu telah membacakan kepada mereka sesuatu yang menjadi tabu bagi mereka!”
Benar, pada saat Ibnu Mas’ud tercengang melihat susu kambing tiba-tiba berair sebelum waktunya, belum menyadari bahwa ia bersama kawan-kawan senasib dari golongan miskin tidak berpunya, akan menjadi salah satu mu’jizat besar dari Rasulullah, yakni ketika mereka bangkit memanggul panji-panji Allah dan menguasai dengannya cahaya siang dan sinar matahari. Tidak diketahuinya bahwa saat itu telah dekat… Kiranya secepat itu hari datang dan lonceng waktu telah berdentang, anak remaja buruh miskin dan terlunta-lunta serta-merta menjadi suatu mu’jizat di antara berbagai mu’jizat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam….!
Dalam soal harta, ia tak punya apa-apa, tentang perawakan ia kecil dan kurus, apalagi dalam soal pengaruh, maka derajatnya jauh di bawah… Tapi sebagai ganti dari kemiskinannya itu, Islam telah memberinya bagian yang melimpah dan perolehan yang cukup dari pebendaharaan Kisra dan simpanan Kaisar. Dan sebagai imbalan dari tubuh yang kurus dan jasmani yang lemah, dianugerahi-Nya kemauan baja yang dapat menundukkan para adikara dan ikut mengambil bagian dalam merubah jalan sejarah. Islam telah memeberikannya ilmu pengetahuan, kemuliaan serta ketetapan, yang menampilkannya sebagai salah seorang tokoh terkemuka dalam sejarah kemanusiaan ….
Sungguh, tidak meleset kiranya pandangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau mengatakan kepadanya : “Kamu akan menjadi seorang pemuda terpelajar”. Ia telah diberi pelajaran oleh Tuhannya hingga menjadi faqih atau ahli hukum ummat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan tulang punggung para huffaz al-Quranul Karim .
Mengenai dirinya ia pernah mengatakan :
“Saya telah menghafal 70 surat al-Quran yang kudengar langsung dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tiada seorang pun yang menyaingiku dalam hal ini….”
Dan rupanya Allah Subhanahu wa Ta’ala memberinya anugerah atas keberaniannya mempertaruhkan nyawa dalam mengumandangkan al-Quran secara terang-terangan dan- menyebarluaskannya di segenap pelosok kota Makkah di saat siksaan dan penindasan merajalela, maka dianugerahi-Nya bakat istimewa dalam membawakan bacaan al-Quran dan kemampuan luar biasa dalam memahami arti dan maksudnya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberi washiat kepada para shahabat agar mengambil Ibnu Mas’ud sebagai teladan, sabdanya :
“Berpegang-teguhlah kepada ilmu yang diberikan oleh Ibnu Ummi ‘Abdin ….!”
Diwasiatkannya pula agar mencontoh bacaannya, dan mempelajari cara membaca al-Quran darinya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa yang ingin hendak mendengar al-Quran tepat seperti diturunhan, hendaklah ia mendengarkannya dari Ibnu Ummi ‘Abdin …! Barangsiapa yang ingin hendak membaca al-Quran tepat seperti diturunkan, hendaklah ia membacanya seperti bacaan Ibnu Ummi ‘Abdin …!”
Sungguh, telah lama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyenangi bacaan al-Quran dari lisan Ibnu Mas’ud… Pada suatu hari ia memanggilnya sabdanya :
“Bacakanlah kepadaku, hai Abdullah!”
“Haruskah aku membacakannya pada anda, wahai Rasulullah..?”
Jawab Rasulullah : “Saya ingin mendengarnya dari lisan orang lain”
Maka Ibnu Mas’ud pun membacanya dimulai dari surat an-Nisa hingga sampai pada firman Allah Ta’ala :
فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِن كُلِّ أُمَّةٍۭ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَىٰ هٰٓؤُلَآءِ شَهِيدًا
يَوْمَئِذٍ يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُوا۟ وَعَصَوُا۟ الرَّسُولَ لَوْ تُسَوَّىٰ بِهِمُ الْأَرْضُ وَلَا يَكْتُمُونَ اللّٰـهَ حَدِيثًا
“Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu).
Di hari itu orang-orang kafir dan orang-orang yang mendurhakai rasul, ingin supaya mereka disamaratakan dengan tanah, dan mereka tidak dapat menyembunyikan (dari Allah) sesuatu kejadianpun.” (QS. an-Nisaa’: 41-42)
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tak dapat manahan tangisnya, air matanya meleleh dan dengan tangannya diisyaratkan kepada Ibnu Mas’ud yang maksudnya : “Cukup …, cukuplah sudah, hai lbnu Mas’ud …!”
Suatu ketika pernah pula Ibnu Mas’ud menyebut-nyebut karunia Allah kepadanya, katanya :
“Tidak suatu pun dari al-Quran itu yang diturunkan, kecuali aku mengetahui mengenai peristiwa apa diturunkannya. Dan tidak seorang pun yang lebih mengetahui tentang Kitab Allah daripadaku. Dan sekiranya aku tahu ada seseorang yang dapat dicapai dengan berkendaraan unta dan ia lebih tahu tentang Kitabullah daripadaku, pastilah aku ahan menemuinya. Tetapi aku bukanlah yang terbaik di antaramu!”
Keistimewaan Ibnu Mas’ud ini telah diakui oleh para shahabat. Amirul Mu’minin Umar berkata mengenai dirinya: “Sungguh ilmunya tentang fiqih berlimpah-Iimpah” :
Abu Musa al-Asy’ari berkata: “Jangan tanyakan kepada kami sesuatu masalah, selama kiyai ini berada di antara tuan-tuan.’”
Dan bukan hanya keunggulannya dalam al-Quran dan ilmu fiqih saja yang patut beroleh pujian, tetapi juga keunggulannya dalam keshalihan dan ketaqwaan.
Berkata Hudzaifah tentang dirinya : “Tidak seorang pun saya lihat yang lebih mirip kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam baik dalam cara hidup, perilaku dan ketenangan jiwanya, daripada Ibnu Mas’ud…. Dan orang-orang yang dikenal dari sahabat-sahabat Rasulullah sama mengetahui bahwa putera dari Ummi ‘Abdin adalah yang paling dekat kepada Allah ….!”
Beliau datang ke Medinah dan sakit disana kemudian wafat pada tahun 32 H dan dimakamkan di Baqi, Utsman bin ‘Affan ikut menshalatkannya.
Sumber :
- Biografi Ibn Mas’ud dalam Al-Ishabah: Ibn Hajar Asqalani no.4945.
- Mengenal Shahabiah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam., karya Mahmud Mahdi al-Istanbuly.